Dira menatap cemas ke arah Anja. Pertandingan sudah berjalan tiga babak, dan ini adalah babak penentuan. Setengah jam yang sudah berlalu itu, membuat Dira hampir lupa caranya bernapas.
Ini hidup dan matinya. Sepuluh menit ke depan, nasib cintanya akan diputuskan.
Saat Fikri menarik tangannya ke pinggir lapangan dan menceritakan mengenai pertandingan basket itu sekaligus persyaratan yang diminta oleh Mika dan apa konsekuensinya jika mereka menolak, membuat Dira berada di ujung tanduk.
Semua serba salah. Dira ibarat makan buah simalakama. Jika dia menolak, maka Anja, pria yang dicintainya akan dipermalukan dan dihajar oleh Mika and the geng, tapi kalau dia menerima, dia tidak mungkin bisa bersama dengan Anja lagi.
Apa yang harus dia lakukan? Menyelamatkan Anja dan juga sekaligus kehormatan pria itu dan kedua temannya, atau justru menyelamatkan nyawanya sendiri?
Dira sudah bisa memprediksi bagaimana hidupnya nanti ketika harus menjadi pacar Mika. Yang menjadi pertanyaan Dira saat ini, adalah mengapa pria itu, yang jelas-jelas menunjukkan kebencian kepadanya, terlebih saat pertama kali bertemu di toko roti tempat dia bekerja, justru memilihnya untuk menjadi pacar?
Dira yakin, Mika sedang merencanakan sesuatu hal untuk membalas dendam kepada Anja, itulah sebabnya dia mendekati Dira, untuk mencari umpan yang bisa digunakan untuk menyiksa perasaan Anja.
Pertandingan semakin seru babak pertama dimenangkan oleh tim Anja, yang semakin membuat Fikri yakin dengan mudah bisa memenangkan pertandingan ini. Siapa yang tidak mengenal mereka, atlet basket sekolah.
Namun, satu hal yang tidak diketahui oleh Fikri dan Galang, dan hanya diketahui oleh Anja, bahwa Mika sangat jago main basket. Bahkan pria itu juga adalah atlit nasional pada tingkat SMP.
Siapa sangka, keadaan berbalik. Pada babak kedua, Mika bisa menyamakan kedudukan, dilanjut dengan babak ketiga poin tim Mika masih memimpin, dan jika nanti tim Mika yang memenangkan pertandingan di babak terakhir ini maka jelas, Mika'lah pemenangnya.
Josh sudah melempar bola dan berhasil dengan mulus ditangkap oleh Mika.Pria itu akan mencoba untuk melempar dengan gaya one hand shot untuk mendapatkan tiga poin.
Tembakan tiga poin dengan jarak yang begitu jauh, tentu saja hal yang sulit. Untuk mendapatkan tiga poin, Mika harus memasukkan bola ke dalam keranjang melalui sebuah tembakan dari luar garis penalti, dan tidak semua pemain bisa melakukan hal itu. Sebelum memasukkan bola itu, Mika menolak ke pinggir lapangan, sekali lagi melihat wajah Dira, dan saat dia melihat wajah Dira yang ketakutan dan berusaha berdoa agar dirinya gagal, Mika menyunggingkan senyum mencemooh.
"Aku mohon, buat lah bola itu gak masuk!" gumam Dira dengan bibir komat-kamit sambil meremas tangannya.
Namun, alam semesta sedang tidak bersahabat dengan Dira. Tembakan Mika mendaratkan bola dengan mulus ke dalam keranjang, tepat saat berbunyi peluit yang ditiup siswa yang terpilih jadi wasit.
Tubuh Dira seketika terduduk di pinggir lapangan. Lemas dan dadanya terasa sejak setelah mengetahui pemenang pertandingan itu.
Rini dan juga Nana segera memapahnya berdiri, untuk kembali ke kelas. Melihat semua itu, Anja menyesali kebodohannya karena sudah mengikuti kemauan Fikri dan juga Galang, seharusnya dia menolak dengan tegas permintaan Mika, karena dia tahu bahwa Mika begitu jago dalam bermain basket, yang artinya sama saja dia melilitkan tali ke lehernya sendiri.
Anja bergegas meninggalkan lapangan, dia ingin melihat keadaan Dira. Namun, langkahnya terhenti ketika Mika menghadang tepat di depannya.
"Jangan dekati dia! Mulai saat ini, gadis itu milik gue, pacar gue! Gue harap Lo jangan coba menemui dia lagi!" ucap Mika yang mengetahuinya niat Anja yang ingin menyusul Dira.
Kaki Anja tertahan di sana, di antara perjanjian terkutuk itu. Betapa dia menyesali kebodohan serta kecerobohannya mengikuti permainan Mika. Apa yang dia harus lakukan sekarang? Dia ingin meminta maaf kepada Dira, tapi pastinya hal itu akan sulit diterima gadis itu.
Dira pasti sangat terluka saat ini. Wanita mana yang tidak akan terluka hatinya ketika kekasihnya sendiri menjadikannya sebagai bahan taruhan.
Mungkin saat ini dia tidak bisa menemui Dira, tapi nanti tanpa sepengetahuan Muka, dia akan mencari gadis itu, meminta maaf dan mengatakan akan mencari jangan keluar agar Dira bisa lepas dari Mika.
Dira melangkah lunglai menuju gerbang sekolah. Anak-anak pada berebut untuk keluar hingga terlihat seperti semut yang sedang berkerumun.
Langkah Dira terhenti kala Josh menghadangnya. Pandangan Dira terangkat mulai dari sepatu hingga tertuju pada wajah pria itu.
"Minggir!" umpat Dira tegas. Dia tidak mau dianggap pengecut yang bisa ditindas oleh Mika dan teman-temannya. Enak saja mereka mengklaim dirinya sebagai milik Mika. Baik Anja sekalipun tidak berhak memberikannya pada Mika!
"Jangan galak-galak dong, Cantik! Noh, teman gue nungguin Lo dari tadi," jawab Josh menunjuk ke arah Mika yang sudah duduk di atas motornya.
Dira mengikuti telunjuk Josh dan sempat berlaga pandang dengan Mika, buru-buru Dira menurunkan pandangannya.
"Maaf, aku sibuk. Gak sempat untuk bicara dengannya," jawab Dira memutar tubuh, memilih jalan lain, tapi Josh tidak menyerah. Kembali dia menghadang langkah Dira, membuat gadis itu kesal.
Dia melotot kepada Josh, dia tahu pria itu tidak akan membiarkannya pergi sebelum Dira menghadap pada Mika.
Dengan rasa kesal, Dira akhirnya mengalah, melangkah menuju tempat Mika berada. d
Dengan tatapan menantang dan keberanian yang dipaksakan, Dira melihat ke arah wajah pria itu.
"Apa yang kau inginkan dariku? Kalau kau pikir dengan pertandingan bodoh kalian itu yang menjadikanku taruhan bisa membuatmu merasa menjadi pemilik atas diriku, maka kau salah! Aku bukan milik siapapun dan tidak ada satu orang pun yang bisa memaksaku untuk mengikuti perkataanmu!" teriak Dira dengan suara bergetar.
Mika tahu bahwa gadis itu penuh ketakutan saat berbicara dengannya, terlihat pada sisi tubuhnya, Dira meremas dengan kuat ujung roknya.
"Terserah, kalau Lo menolak atau menerimanya, yang jelas mulai saat ini Lo adalah milik gue! Hanya gue yang bisa memerintah Lo dan perlu Lo ingat, gak seorang pun yang boleh menemui Lo, termasuk pria brengsek itu! Jadi lupakan mimpi Lo untuk bisa pacaran dengan dia!" tegas Mika menatap tajam wajah Dira.
Ada yang aneh dalam hati Mika, setiap melihat wajah Dira seolah memorinya mengingatkan pada seseorang, tapi tidak tahu siapa orang itu. Hanya saja wajah itu begitu familiar, ketika dia menutup matanya, wajah itu samar-samar mendekatinya, namun, ketika membukanya lagi, wajah itu hilang seketika.
"Apa sebelum Lo sekolah di sini Lo pernah ketemu sama gue?" tanya Mika pada akhirnya. Rasa penasarannya membuatnya tidak tenang, apa mungkin dia adalah teman masa kecilnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
wooow keren lanjut thor
2023-05-30
0