"Jadi itu target kita?" tanya Josh ikut memperhatikan sasaran pandangan Mika yang saat itu sedang memperhatikan Dira tengah bicara dengan Anja.
"Bukan kita, tapi gue! Gue akan membalas dendam sama bang*sat itu menghancurkan pacarnya!" jawab Mika menatap tajam sepasang sejoli itu.
"Tapi gue, pengen cari masalah sama ban*ci itu!" geram Josh menyipitkan matanya melihat Anja.
Dendam yang masih belum terselesaikan, berurat dan berakar di benak Josh dan teman-teman mereka. Anja dulu adalah salah satu dari mereka, mengatakan diri sebagai sahabat sejati, tapi nyatanya Anja mengkhianati mereka.
***
Siang itu, anak-anak kelas unggulan sedang pelajaran praktek olahraga, tapi di tengah pelajaran, pak Tomo pergi ke rumah kepala sekolah hingga menjadikan mereka praktek sendiri.
Anja dan kedua temannya bermain basket. Kalau soal main basket, jangan diragukan lagi, Anja juaranya. Saat akan menepis serangan dari Galang, Bola itu tanpa sengaja terlempar, melambung jauh hingga mengenai pindah Mika.
Semua orang yang ada di lapangan itu yang juga mengenal siapa Mika dan keempat sahabatnya itu menjadi ketakutan. Sisa yang tidak tahu sepak terjang mereka? Para berandalan sekolah, anggota geng motor yang sudah langganan jeruji besi.
"Cari mati, biawak ini!" umpat Josh meludah ke lantai. Lalu segera maju ke tengah lapangan.
"Mau apa kalian ke sini para siswa buangan?" sambar Fikri yang juga sudah muak melihat tingkah gerombolan mafia sekolah itu.
"Bangsat! Kalian yang cari masalah. Apa maksud Lo melempar bola ke arah Mika?" hardik Josh yang merasa ini lah saat yang dia tunggu bisa membalaskan dendamnya. Tangannya sudah gatal ingin memukul mereka.
"Kita gak sengaja. Gue tadi yang melempar. Sorry," ucap Anja melihat pada Mika.
"Enak banget Lo bilang sorry. Gue bukan orang suci yang bisa memaafkan Lo gitu aja!" ucap Mika menyeringai. Tentu ini triknya untuk memberikan balasan pada Anja.
Mika sudah mengubah polanya. Dia ingin menggunakan akalnya untuk menghabisi Anja.
"Jadi, apa mau Lo?" hardik Fikri gak sabar. Dia ingin sekali bertarung dengan geng Mika, muak karena semua anak-anak di sekolah takut pada mereka.
Semua orang heran melihat Mika, ketua geng itu lah yang paling berpengaruh membuat keributan, kenapa tidak dikeluarkan saja. Tapi masih misteri, kenapa sampai detik ini, baik yayasan atau kepala sekolah tidak mengeluarkannya.
"Kita bertarung, main basket!" ucap Mika melirik Anja. Walau pun Fikri yang menantangnya, tapi Mika tahu bahwa Anja tidak akan mundur karena ini menyangkut harga dirinya. Terlebih saat ini mereka berada di tengah lapangan, disaksikan oleh banyak siswa lain, tidak hanya dari kelas mereka.
"Oke!" jawab Fikri penuh semangat. Anja masih mengunci pandangan Mika. Siapa yang tidak mengenal tiga pangeran basket sekolah itu, Fikri yakin dengan mudah akan bisa mengalahkan Mika dan geng nya. Sekalinya ini cara mereka mempermalukan preman sekolah itu. Fikri yakin hanya butuh 15 menit buat mereka K.O.
"Tapi gue gak mau buang-buang waktu bertanding tanpa ada taruhan."
Siasat Mika masuk. Ini yang dia tunggu. Mika adalah pria yang penuh perhitungan, dia tidak akan mungkin mengatakan hal itu kalau tidak yakin.
"Lo mau taruhan apa? Memangnya ada benda yang berharga dari berandalan kayak kalian?" cemooh Galang.
"Lo bisa minta apa aja," tantang Mika yang mulai terbakar egonya.
"Oke. Gue minta motor Lo pada, motor yang biasa Lo pake buat kerusuhan dan ikut geng motor Lo yang gak penting itu," tantang Fikri. Josh ingin sekali maju membelai rahang musuhnya itu agar tidak seenaknya saja bicara.
Tapi gerakan tangan Mika membaut Josh berhenti. Mika tahu, kenapa motor itu yang jadi incaran mereka, karena Anja dan teman-temannya tahu bahwa motor itu simbol harga diri mereka.
"Oke, gue terima," jawab Mika.
"Gak cuma itu, kalau kita yang menang, Lo semua harus jadi babu kita selama sebulan penuh!" tambah Galang semakin di atas awan. Gimana gak, mereka bertiga adalah atlet basket sekolah, pasti gampang lah menyelesaikan pertandingan ini dengan skors tinggi, sekaligus mempermalukan Mika and the gang!
"Setuju!" jawab Mika tenang. "Ada lagi?" tanya Mika.
"Dari kita cukup," sambar Anja yang ingin menyudahi kesombongan teman-temannya.
"Baik, sekarang dari kita. Kalau kami memang, gue cuma minta satu." Semua mata tertuju pada Mika. Bahkan kedua temannya gak tahu apa yang diinginkan oleh Mika. Ini dadakan mana ada mereka berembuk sebelumnya. Lonceng istirahat berbunyi, semakin banyak anak-anak yang berkerumun ingin menyaksikan pertandingan spektakuler ini.
Dikalangan siswa pria, banyak yang sudah mengetahui kisah Anja dan Mika. Mereka mengenal Mika, walau pria itu jarang muncul di sekolah, hingga wajar jika banyak yang tidak mengenalinya.
Tepat saat orang menunggu permintaan Mika, Dira bersama teman sekelasnya keluar. Rini menarik cepat tangan Dira mendekati lapangan. "Lihat tuh, pacar kamu kayaknya lagi tanding, tapi sama siapa, ya?" ucap Rini penasaran.
Dia mengamati pria yang membelakangi mereka yang akan menjadi lawan Anja. "Gue gak kenal," ucap Nana.
"Makanya kita mendekat." Rini sudah menarik Dira ke sisi lapangan dekat tim yang mendukung Anja. Pergerakan itu mendapat perhatian dari Mika. Pria itu menoleh ke arah Dira lalu mengangkat telunjuknya menunjuk gadis itu.
"Kalau kami yang memang, pacar Lo buat gue. Lo harus minta dia jadian sama gue!" ucap Mika mengunci tatapan Dira.
Sontak semua anak yang ada di dekat mereka melotot ke arah Dira. Si kutu buku yang miskin itu kenapa bisa jadi rebutan dua cowok paling berpengaruh di sekolah mereka. Yang satu hitam dan yang satu aliran putih. Yin dan Yan.
"Gila! Lo jangan macam-macam! Jangan libatkan orang lain dalam masalah kita!" salak Anja tidak terima. Dia tahu ini akal bulus Mika untuk menghukumnya. Dia tahu kalau Dira sangat berarti bagi Anja.
"Terserah, kalau Lo gak terima. Kita batal tanding dan Lo bakal habis gue bantai karena udah melempar bola ke pindah gue!"
"Gue lebih terima kalau Lo mukulin gue!" sambar Anja cepat.
Tapi tidak dengan Fikri dan Galang. Keduanya tidak setuju. Kalau Mika menghajar Anja, mereka tidak bisa ikut serta dalam pertarungan itu, jadi tidak punya kesempatan untuk mempermalukan Mika dan teman-temannya.
Lagi pula, kalau mereka menang, Galang dan Fikri akan puas menjadikan mereka budak selama sebulan penuh. Kapan lagi kesempatan ini mereka dapatkan.
"Ja, Lo tenang aja. Kita pasti menang, mending Lo bujuk cewek Lo buat mau jadi taruhan," bisik Fikri mendekat.
"Gila Lo, ya! Gue gak mau. Ini masalah kita, kenapa melibatkan Dira? Gue gak mau!"
"Bilang sama Dira, ini cuma formalitas. Kita yang bakal menang," ucap Galang menimpali.
Anja diam, sementara Mika masih menunggu. Tidak sabar dengan keputusan Anja, Fikri menarik tangan Dira masuk ke dalam lapangan.
"Dir, Lo mau ya jadi taruhan kita. Lo tenang aja kita pasti menang!" ucap Fikri penuh percaya diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
biawak gak tuh🤭🤭🤭🤣
2024-01-08
0
Imam Sutoto Suro
good luck thor lanjutkan
2023-05-30
0