Almira di ajak masuk ke dalam ruangan para dosen, disana ternyata banyak juga dosen wanita, dan dari tatapannya kepada damian, mereka semua pada ada rasa.
‘Wihh, ternyata benar-benar dossen idola rupanya,’ pikir Almira yang melihat betapa banyaknya kotak nasi di atas meja dosennya.
Damian Nampak mengabaikan semua kotak nasi itu, ia segera membuka laptopnya. Sementara Almira yang sedari tadi menahan lapar, justru sungguh tergoda dengan aroma wangi yang di hasilkan oleh makanan di atas meja Damian.
Hingga tanpa sengaja, perut Almira mendadak berbunyi, itu sungguh memalukan sekali bagi Almira.
Damian hanya melirik sejenak, ia kemudian kembali focus kepada laptopnya.
‘’Sudah, semua matkul kamu sudah saya setujui,’’ kata Dosen damian.
‘’Terima kasih, Pak.’’ Sahut Almira yang sangat gembira.
Namun baru hendak melangkah, terdengar panggilan masuk dari ponsel damian.
‘’Apa! Panasnya kembali tinggi?!’’ cemas Damian.
Almira mendadak menghentikan langkahnya, dan mendengar semua percakapan damian.
Namun setelah itu ia segera keluar dari ruangan dosen damian, ketika hendak keluar dari kampus, ada seorang pria yang memanggilnya.
‘’Dek,’’ panggil pria itu.
‘’Eh, iya, pak. Ada yang bisa saya bantu?’’ tanya Almira yang mengenal pria ini, pria yang tadi pagi juga datang ke kampus dengan membawa bayi damian.
‘’Dek, tolong pegang bentar chaca yah, bapak mau ke toilet bentar,’’ kata pria itu.
Alhasil Almira menggendong bayinya dosen damian, hingga papa bayi itu datang mendekat, ‘’Kenapa chaca bisa ada dengan kamu?’’ tanya dosen Damian, jelas sekali terlihat wajah cemas seorang ayah di wajah tampan Damian.
‘’Ehh, itu Pak. Bapaknya tadi kebelet buang air kecil,’’ jawab Almira.
Damian Nampak melirik ke kanan dan kiri, ia menghela nafas kasar dan kembali berkata, ‘’Ish! Mana lagi pak tarjonya!’’ kesal Dosen Damian.
….
Mendadak terdengar suara isakan tangis dari Chaca, melihat itu baik Almira dan Damian, mereka sama-sama panik sekali.
‘’Pak, panas chaca tinggi lagi, mendingan sekarang bapak bawa dia ke rumah sakit,’’ cemas Almira.
Damian yang tidak ingin terjadi apa-apa dengan putri tercintanya, langsung saja masuk ke dalam mobil dan berkata, ‘’Cepat masuk!’’ ujar dosen damian.
‘’Saya, Pak?!’’ kaget Almira.
‘’Yah kamu lah, siapa lagi. Cepat masuk, kamu temani saya ke rumah sakit sekarang!’’ ujar Dosen damian.
….
….
Satu jam perjalanan, akhirnya Damian dan Almira sampai juga di rumah sakit, karena terjebak macet membuat chaca terus saja menangis tiada henti, nasib baik ada Almira yang bisa menanganinya.
‘’Ya allah, Nak, bertahanlah.’’ Kata cemas dosen Damian, ia sungguh berkeringat dingin lagi.
Almira hanya bisa mengikuti dari belakang Damian, hingga mereka tiba di ruangan pemeriksaaan.
‘’Silahkan masuk, pak buk.’’ Ujar salah seorang suster wanita.
Almira yang menggendong chaca langsung meletakkan di ranjang pasien mungil, hanya saja chaca langsung menangis ketika di turunkan oleh Almira.
‘’cup, cup, cup. Chaca sayang jangan menangis yah, nak.’’ Almira kembali menggendong chaca, dan ketika itu barulah chaca berhenti menangis.
Nasib baik dosennya seorang wanita, namun damian sedari tadi terus terdiam dan memperhatikan Almira, baru kali ini anaknya anteng di tangan wanita lain.
‘’Sudah, ini jangan lupa dikasih ke anaknya yah, buk.’’ Kata dokter wanita itu, seketika Almira dan Damian saling pandang satu sama lain, mereka sangat kaget ketika dokter wanita itu malah memanggil Almira dengan panggilan ibuk, seakan ia adalah mamanya chaca saja.
‘’Nanti kalo anaknya masih belum turun juga panasnya, dibawa lagi kesini, yah Pak, buk. Semoga anak bapak dan ibuk cepat sembuh dan sehat lagi,’’ kata dokter wanita itu.
‘’Ehh, maaf, dok. Dia bukan istri saya, di aitu mahasiswi saya.’’ Sela dosen damian.
Seketika dokter dan perawat lain, mereka saling pandang satu sama lain. Mungkin kaget ternyata gadis yang sedari tadi menggendong chaca bukan ibu kandungnya.
‘’Ehh, maaf, pak. Saya pikir kalian ini pasangan suami istri,’’
.....
Almira dan Damian hanya terdiam kala mendengar ucapan sang dokter, kala keluar dari rumah sakit, Damian memilih untuk melangkah di depan dengan menggendong putrinya, sementara itu Almira mengikuti dari belakang.
‘Cijj! Yah kali saya tuh punya istri di bawah umur seperti dia!’ batin Damian yang terus melangkah,
Hanya saja masalahnya itu, putrinya terus saja menangis dalam gendongan Damian, Almira yang paling anti dengan hal seperti ini, dirinya lantas melangkah di samping Damian dan memintanya agar dia saja yang menggendong putri Damian.
‘’Biar saya saja, Proff.’’
Damian melirik sejenak, ucapan dokter tadi terus saja menganggu pikiran damian, alhasil Damian menggelengkan kepala.
Almira hanya terdiam, dirinya juga tidak memaksa. Hanya saja sepanjang perjalanan putri Damian terus menangis. Almira ingin kembali membujuk Damian untuk menyerahkan putri nya itu kepada Almira saja, namun melihat wajah sangar dari Damian membuat nyalinya mencuit seketika.
‘’Astaga, Nak! kamu jangan terus menangis dong,’’ Damian berusaha menenangkan putri kecilnya.
Alhasil damian memberhentikan langkahnya dan menatap kepada Almira yang ternyata juga tengah menatap kepadanya.
Damian sendiri sangat malu jika harus meminta bantuan kepada Almira, hanya saja demi putri tercintanya, ia akhirnya menurunkan rasa gengsi yang sangat tinggi itu.
‘’Hmm, nih.’’ Ucap Damian dengan menatap lurus ke depan sana.
Sebenarnya Almira ingin sekali tertawa melihat betapa lucunya wajah dosennya yang sangat dingin dan jutek, namun malah meminta bantuan kepada orang lain.
‘’Jangan tertawa, atau mau nilai kamu saya gagalkan!’’ ucap Damian yang menyadari jika Almira tengah menertawainya, yah sekalipun tidak ada suara, namun Damian sangat peka sekali.
Seketika Almira menjadi cemberut, dirinya mendumel dalam hati. ‘Cihh! Apa apa pasti nanti di sangkut pautkan dengan nilai! Benar benar dosen yang paling tidak professional!’’ dumel Almira.
Dirinya menggendong putri damian, dan benar saja ketika berada dalam gendongan Almira, putri damian sudah langsung terdiam, bahkan matanya juga sudah terpejam.
‘’Nih, pak. Putri Anda sudah tidur,’’ kata Almira yang ingin memberikannya kepada Damian.
‘’Kamu saja yang menggendong putri saya sampai ke mobil, takutnya kan dia terbangun lagi.’’’ Sahut Damian.
‘’Tapi, Pak …’’
Damian menoleh kepada Ana denegan memberikan tatapan dinginnya yang membuat bulu kuduk Almira merinding seketika.
‘’Tapi, apa?’’ tanya Damian.
‘’Saya …. Saya nggak bisa pulang sama bapak sekarang,’’ kata Ana dengan gugup, melihat tatapan mata damian saja membuat Almira merasa sedang berhadapan dengan hantu saja.
‘’Kenapa? Kamu kan datang kesininya itu sama sayaa, jadi otomatis pulangnya juga harus sama saya! Apalagi kamu masih ada kelas dengan saya satu jam lagi. Apa kamu lupa? Atau tidak ingin masuk di kelas saya sore ini?’’
Almira lantas memberikan gelengan dengan cepat.
‘’Lantas apa alassannya?’’ tanya Damian yang seakan tengah mengintimidasi Almira.
‘’Saya …. Saya mau ke toko buku dulu, pak.’’ Ucap Almira.
‘’Baik, jika begitu akan saya temani, pokoknya kamu tidak boleh kembali ke kampus jika tidak bersama dengan saya, apalagi saya juga kasihan dengan anak kita.’’
Almira merasa heran dengan ucapan anak kita yang terlontar dari mulut damian.
‘’Anak kita?’’
‘Astaga, apa yang sudah kamu lakukan sih Damian! Kenapa kamu malah berkata seperti itu sih!’ batin Damian yang sangat malu dengan ucapannya sendiri.
‘’Maksud saya itu, anak saya!’’ ucap Damian yang segera melangkah dengan menahan malu, bahkan untuk melirik kepada Almira saja dia tidak mau.
`Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
jangan kecantol loh pak🤭
2023-07-10
0
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
iya wajar dong kalian datang berdua. yang ga tau ya pasti ngiranya kalian berdua orang tua Cha Cha
2023-07-10
0
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
tawarin makan keq pak.. daripada tuh nasi kotak cuma jadi pajangan
2023-07-10
0