Senja telah tiba sejak tadi bahkan langit sudah menampakkan gelapnya. Suara adzan berkumandang membuat semua manusia di desa itu mulai menunjukkan batang hidungnya. Bukan untuk jalan-jalan namun mereka berbondong-bondong ke masjid untuk melakukan sholat maghrib berjamaah.
Berbeda dengan Lio yang memang kesehariannya di kota kalau malam begini akan kelayapan begitu pula saat di desa. Kebiasaan itu masih lah melekat pada dirinya tanpa ingat kalau disini ia tak punya teman. Tadi siang Lio sudah keluar untuk membeli pakaian di pasar walaupun ia sedikit tak suka dengan modelnya.
"Kenapa modelnya gini amat? Celana longgar, baju longgar... Nggak fashionable sama sekali ini mah" gerutu Lio saat melihat semua penjual hanya menjual itu saja.
Bahkan mungkin hampir semua orang disana mempunyai pakaian seperti itu sehingga kesannya pasaran bagi Lio. Terlebih Lio terbiasa membeli pakaian branded dengan kualitas bahan yang lembut dan limited edition. Namun daripada tak memakai baju sama sekali membuat Lio hanya bisa pasrah memakai pakaian seperti itu.
Bahkan tadi siang ia juga sudah membeli perlengkapan mandinya sekalian di pasar. Hanya ada pasar untuk membeli semua kebutuhan di desa itu bahkan minimarket saja tak ada. Sungguh membuat Lio muak tinggal lama-lama disana. Kalau saja ponselnya ada jaringan, mungkin ia sudah bisa pulang ke kota bermodalkan maps.
Malam ini, Lio memutuskan untuk mencari penjual makanan.. Sedari pagi dirinya sama sekali belum mengisi perutnya yang sudah sangat keroncongan ini. Saat Lio membuka pintu rumahnya, ia begitu terkejut saat semua orang berpakaian rapi dengan yang perempuan menggunakan mukena sedangkan laki-laki berbaju koko dan sarung atau celana kain.
"Lho Nak Lio, ayo ikut ke masjid" ajak salah satu bapak-bapak.
"Disini mah udah kebiasaan kalau adzan berkumandang langsung pada ke masjid sama-sama" lanjutnya.
Lio hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia saja selama 17 tahun hidup di kota jarang pernah diajari sholat bahkan mungkin pelajaran agama di sekolahnya hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Orangtuanya yang juga sama dengannya tak mengedepankan pendidikan agama membuat ketiganya jauh dari fase itu. Kakeknya pernah mengajari sholat beberapa kali namun jarang ia lakukan sampai ia lupa bagaimana bacaannya.
"Ayo, nak. Desa ini rumahnya pada sepi kalau waktu maghrib dan isya' begini bahkan warung makan pada tutup. Mereka akan buka setelah sholat isya'" ajaknya lagi karena tak mendapat respons dari Lio.
Lio terkejut dengan ucapan bapak-bapak itu yang seakan tahu kalau dirinya hendak keluar untuk mencari penjual makanan. Mendengar itu tentunya ia bingung apakah harus mengikuti orang-orang ke masjid atau berdiam diri di rumah sampai sholat isya' selesai. Bapak-bapak yang melihat Lio terpaku pun akhirnya menarik laki-laki itu agar mengikutinya tak lupa dengan cepat menutup pintu rumah kontrakan.
"Eh... Tapi pak, ini pakaian saya?" tanya Lio terkejut.
Bapak-bapak itu menatap menelisik kearah penampilan Lio dari atas ke bawah. Lio hanya bisa berdiri kikuk saat bapak itu melihat penampilannya yang menggunakan celana longgar dibawah lutut dan kaos saja. Tapi tak lama bapak itu menarik Lio kembali kearah yang laki-laki itu tak ketahui. Pasalnya arah menuju masjid bukanlah kesana.
Tak berapa lama keduanya sampai didepan sebuah rumah sederhana. Bapak itu menyuruh Lio untuk duduk di kursi depan rumah sedangkan ia langsung masuk kedalam. Menunggu beberapa menit, bapak itu membawakan sarung dan baju koko putih ditangannya.
"Ini, cepat ganti pakaianmu" titah bapak itu.
Dengan ragu Lio meraih pakaian yang dibawakan oleh bapak itu. Dengan masuk kedalam ruang tamunya, Lio segera mengganti pakaiannya. Tak berapa lama, Lio keluar dengan penampilan rapinya membuat bapak itu tersenyum puas.
"Nah... Gini baru tampan" puji bapak itu.
"Kok gue jadi kaya ustadz-ustadz gitu ya. Wah bisa nih judulnya badboy yang tukang tawuran dan balap motor insyaf" batin Lio dengan geleng-geleng kepala sambil melihat penampilannya sendiri.
***
Ternyata kebiasaan di desa itu, setelah sholat maghrib tak ada yang pulang ke rumah. Mereka akan menetap di masjid hingga sholat isya' berakhir. Sambil menunggu sholat isya', biasanya mereka akan membaca Al-Qur'an bersama-sama.
Beruntungnya tadi saat berwudhu Lio melihat bagaimana tata caranya dari orang didepannya sehingga tak membuat malu. Bahkan ia tadi juga mengikuti sholat maghrib berjamaah walaupun untuk bacaannya dia memilih untuk diam saja.
"Ini kalau teman-teman gue pada tahu gue sholat pasti udah pada syukuran ini mah" batin Lio terkekeh geli.
***
"Ini si bos nggak ada kabar lho sejak semalam? Kemana dia? Apa mungkin ketahuan balapan sampai dihukum kakek?" tanya seseorang memecah keheningan didalam ruangan itu.
Rumah mewah dua lantai yang dijadikan tempat berkumpul ini merupakan aset dari sebuah geng motor LEXON yang dibangun dari hasil balapan. Rumah ini berdiri di perkampungan warga padat penduduk agar tak ada musuh yang tiba-tiba menyerang mendadak.
Pasalnya di perkampungan ini dijaga ketat oleh beberapa warga agar tak ada yang bisa masuk kesana kecuali warga sekitar. Bahkan semua anggota geng motor LEXON ini sudah terdaftar sebagai warga perkampungan itu demi bisa masuk lingkungan. Warga perkampungan itu tak takut dengan adanya keberadaan geng motor LEXON, pasalnya mereka tak pernah mengganggu masyarakat sekitar.
Fasilitas yang ada di rumah itu pun sangat lengkap sehingga kebanyakan anggotanya lebih memilih menginap daripada pulang. Terutama sang ketua yang selalu mencukupi kebutuhan hidup para anggotanya membuat semua begitu senang. Jumlah anggota LEXON sekitar 100 orang saja terdiri dari beberapa siswa dari berbagai sekolah.
"Dihubungi juga nggak bisa nih si bos" gerutu salah satu anggotanya.
"Mungkin lagi senang-senang sama ceweknya" jawab anggota lain dengan santai.
"Cewek yang mana? Ceweknya aja banyak, kalau dikumpulin bisa bentuk perkampuangan baru" canda anggota lainnya.
Semua orang tertawa dengan guyonan itu. Pasalnya memang benar jika Lio mempunyai banyak pacar dan gebetan yang tersebar di beberapa sekolah. Sampai anggota geng motornya saja bingung yang mana pacarnya sekarang. Mereka lebih memilih diam jika ada salah satu yang mengaku sebagai pacar Lio.
"Kita tunggu sampai besok. Kalau besok tak juga ada kabar, kita ke rumahnya" putus salah satu anggota inti bernama Yuda.
"Oh... Jangan lupa, rahasiakan berita tentang hilangnya si bos sampai kita bisa menemukannya. Kalau sampai kabar itu menyebar, bisa habis kita diincar geng motor lain" lanjutnya memperingatkan.
"Siap" jawab mereka semua serentak.
Akhirnya mereka memutuskan untuk sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang merokok, main PS, saling berbincang, bahkan tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments