Nadine sedang menemani sang anak yang sedang tidur siang saat dering ponselnya berbunyi. Terlihat ternyata panggilan itu berasal dari ibunya.
Dia pun melihat bahwa Yuda belum pulang dari gerai es kopinya. Ini adalah kesempatan baginya untuk mengobrol dengan kedua orang tuanya.
"Halo, Buk, Assalamualaikum," ucap Nadine sambil mengangkat ponselnya.
[Nak, boleh Ibuk video call?]
"Boleh, Buk."
Panggilan pun beralih menjadi panggilan video. Di sana menampilkan ibunya yang sedang berbaring dengan wajah sedikit pucat.
"Lho, Ibuk sakit?" tanya Nadine dengan tatapan khawatir.
[Nggak, Nak, cuma pusing aja.]
"Kenapa, Buk? Apa Ibuk memikirkan sesuatu?"
[Enggak, Nak. Ibuk cuma pusing sedikit aja, kok.]
"Ini pasti karena Via nggak bayarin angsurannya bulan ini, kan, Buk?"
Ucapan Nadine membuat sang ibu terkejut. [Enggak, Nak, bukan karena itu.]
"Ibuk jangan bohong sama aku. Aku tahu kok kalau Via dan suaminya nggak bisa bayarin hutang ke bank dan terpaksa Ibuk yang bayar pakai gaji pensiun Ibuk."
Ibunya terdiam hingga akhirnya menitihkan air matanya.
[Maafin Ibuk, ya, Din. Ibuk nggak dengerin kamu. Sekarang Via lagi ada masalah sama suaminya. Suaminya belakangan marah-marah dan pergi ke rumah ibunya. Jadi, Via nggak punya banyak pemasukan karena nggak dibantu suaminya.]
"Ya Allah, kasian banget Ibuk. Angsurannya kan satu bulan gaji pensiunan Ibuk. Sedangkan gaji Ayah untuk kebutuhan hidup dan cicilan Ibuk."
[Udah, nggak papa, Nak. Jangan pikirin Ibuk. Doakan aja semoga Ibuk sehat.]
"Iya, Buk. Maafin aku belum bisa jengukin Ibuk. Nanti kalau aku sama Mas Yuda pulang, aku akan ke rumah Ibuk buat nengokin Ibuk."
[Alhamdulillah, kamu nginep, kan, Nak?]
"Emm, enggak, Buk."
[Pasti Yuda yang nggak bolehin, kan?]
"Maafin Nadine, ya, Buk."
[Ibuk ngerti. Tapi, apa kamu nggak bisa bilangin dia supaya jangan terlalu posesif sama kamu? Kenapa, ya, kok sepertinya Yuda nggak suka lama-lama di sini?]
"Mungkin dia cuma nggak betahan aja orangnya, Buk. Maafin aku, ya, Buk."
[Kamu nurut banget ya sama Yuda, Nak? Apapun yang dia bilang kamu selalu nurut. Apa kamu tahu terlalu penurut juga tidak baik? Apalagi suamimu Sepertinya egois. Dia orang yang keinginannya harus diikuti.]
"Udahlah, Buk. Yang penting Mas Yuda sayang sama aku. Dia mencukupi semua kebutuhanku. Ini kan yang Ibuk mau?"
[Memang ini yang Ibuk mau, Nak. Kamu hidup berkecukupan. Tapi, bukan berarti dia harus mengambil kamu dari Ibuk. Masa Ibuk mau ketemu anak Ibuk aja nggak boleh lama-lama? Padahal kan Ibuk yang melahirkan kamu. Ibuk yang melahirkan jodoh dia. Apa dia nggak mikir, tanpa Ibuk, dia nggak akan ketemu jodohnya!] Tampak bulir bening keluar dari mata sang ibu.
"Buk, udah, Buk. Aku nggak mau berdebat karena ini." Nadine juga menangis. Dia sendiri pun bingung dengan kehidupannya. Di satu sisi, dia sangat mencintai keluarganya, tapi di sisi lain, dia juga mencintai suaminya.
[Maafin Ibuk, Din. Udah dulu, ya. Denger kabar kamu sehat aja Ibuk udah seneng. Titip salam buat Yuda dan Ayuna, ya.]
"Iya, Buk. Ibuk cepet sembuh, ya."
Panggilan pun mati. Nadine hanya bisa menyeka sudut matanya yang basah. Dia tak bisa terlihat seperti ini atau suaminya akan tahu bahwa dia sudah mencuri waktu untuk berbicara dengan ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Yuli maelany
ibunya juga egois bukannya menyadari kesalahannya dulu malah mengatakan hal yang bersifat propokatif sama Nadine....
22nya terlalu egois menurut ku....
2023-05-05
1