Sifat yang keras

Malamnya, Nadine terlihat memandangi kalung tersebut. Sangat indah dan terlihat mahal.

"Duh, cantik banget istriku. Ayo, foto dulu," ucap Yuda sambil memotret sang istri.

Beberapa kali jepretan, terlihat hasil yang bagus. Yuda langsung membagikan foto tersebut ke akun miliknya dan menandai akun sang istri.

[Hadiah buat istriku yang baik.]

Begitulah caption yang ada pada unggahan itu. Banyak sekali orang-orang yang menyukai postingan itu dan tak sedikit yang berkomentar dengan mengatakan bahwa sang istri memang cantik.

"Kok di-posting, Mas? Aku nggak suka lho, nanti disangka pamer," ucap Nadine dengan tatapan ragu.

"Udah, kamu nurut saja, Sayang. Biar keluarga kamu lihat kalau aku bisa bahagiakan kamu."

Nadine hanya diam mendengar ucapan Yuda. Lagi-lagi sang suami melakukan hal yang membuat Nadine kecewa. Dia selalu saja memposting semuanya ke sosial media. Jalan-jalan, tidur di hotel, bahkan saat makan enak di restoran.

"Mas, keluarga aku sekarang kan udah baik sama kamu. Kalau kita datang, mereka pasti menyambut kita dan memuji kamu, apa itu semua nggak cukup, Mas?"

"Nadine, kamu mau menuruti ucapan suami kamu atau enggak?" Yuda melayangkan tatapan dinginnya pada Nadine hingga wanita cantik itu lagi-lagi menunduk takut.

Inilah hal yang tak bisa dilakukannya pada sang suami, yaitu membantah. Dia selalu saja menuruti ucapan sang suami karena watak suaminya yang sangat keras. Dia harus menuruti atau akan terjadi pertengkaran yang hanya membuat hatinya sedih.

"Maaf, Mas."

"Oh, ya, tiga hari lagi kita nginep di rumah orang tua aku ya. Soalnya saudara Mama mau nikahin anaknya."

"Beneran, Mas? Jadi aku boleh sekalian nengokin Ibuk?" tanya Nadine dengan tatapan mata berbinar-binar. Kebetulan rumah orang tuanya dan mertuanya hanya berjarak tiga puluh menit saja.

"Ya, tapi sebentar aja. Aku tungguin kamu."

"Hah? Kok ditungguin, Mas? Mas di rumah Mama aja, biar aku di rumah Ibuk. Sehari aja aku nginep di rumah Ibuk, Mas."

"Kalau aku bilang nggak boleh, ya nggak boleh! Kamu ngerti, nggak sih?"

Ucapan Yuda membuat Nadine kembali menundukkan kepalanya. Dia tak mampu lagi melawan karena keputusan Yuda tak bisa diganggu gugat.

Yuda pun pergi ke kamar dan memberikan kembali ponsel Nadine. Anak Nadine yang bernama Ayuna sedang tidur di kamarnya sehingga dia hanya sendiri di ruang tamu rumah itu.

Ayuna sudah berusia tiga tahun. Sedang aktif-aktifnya dan lucu-lucunya.

"Kalau di pesta keluarga kamu, pasti kamu sempet-sempetin pulang. Giliran keluarga aku, kamu pasti nggak mau," ucapnya sambil menyeka sudut matanya yang basah.

Tingg Tingg Tingg. Terdengar suara ponsel yang berdering. Saat dilihat, ternyata itu adalah panggilan video dari orang tuanya.

Cepat-cepat Nadine mengangkat panggilan video itu dan tersenyum senang.

"Halo, Buk," ucapnya sambil tersenyum lebar.

[Halo, Sayang. Lagi apa? Mana cucu Ibuk?]

"Ayuna udah tidur, Buk."

[Gimana kabar kamu, Nak? Kapan kamu pulang ke sini?]

"Beberapa hari lagi, Buk."

[Mana Yuda?]

"Aku di sini, Buk. Ibuk apa kabar?"

Tiba-tiba saja Yuda datang dan duduk di samping Nadine dan tersenyum pada orang tua Nadine.. Sangat berbeda dari sikapnya pada Nadine tadi.

[Baik, kalian gimana?]

"Baik, Buk. Oh ya, kami mau keluar nih, nanti lagi teleponnya, ya."

[Oh iya, iya, hati-hati, ya, Nak. Jangan lupa Ayuna dibangunin dulu.]

Panggilan pun mati. Membuat Nadine sangat kecewa pada sang suami yang tak pernah memberi cela padanya untuk mengobrol.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

wajar Yuda kecewa tapi aku yakin dia baik kok,pelan Pelan aja kamu kasih pengertian moga aja nanti dia bisa luluh dan menerima keluarga kamu....

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!