"Heh ... Gue lagi ngomong, dasar gak tahu etika. Otak lo kurang seons!"
Tito terus berjalan tidak peduli, dia hanya melambaikan tangan padanya tanpa menoleh sedikitpun. Sila benar benar kesal di buatnya, dia menendang udara.
"Sial banget, dia yang berulah gue yang salah. Kurang asem emang!"
Tito melenggang begitu saja, dia tidak kembali ke kelas melainkan langsung keluar gerbang kampus, entah kemana dia pergi setelahnya. Bersikap masa bodoh dengan tugas tugas kuliahnya. Sementara Sila memilih kembali masuk ke kelas.
Huuuuuuu!
Terdengar sorak sorakan dan riuh tepuk tangan dari teman teman satu kelasnya pada saat Sila masuk ke dalam kelas, sampai membuat dia terperangah.
"Apaan nih?"
"Cie yang sok pahlawan."
"Hooh ... Berani banget sih lo lawan Tito."
"Belum tahu aja kalau usahanya bakal sia sia ...!"
Sila mematung, mendengar teman teman satu kelasnya berbicara seperti itu, mereka bertepuk tangan dan ersorak sorai itu mungkin bukan untuk keberaniannya tapi untuk kebodohan yang di lakukannya.
Merry pun bangkit dan menariknya ke tempat duduk.
"Mer ... Apa gue salah ya?" tanyanya pelan.
"Gue udah bilang ama lo jangan ikut campur masalah apapun apalagi masalah dengan Tito. Lo ngeyel sih, lo pasti kena peringatan?"
Sila terkesiap dengan kedua manik hitam yang membola ke arah Merry, dia tidak menyangka jika Merry sudah tahu apa yang di alaminya di kantor wakil rektor.
Melihat reaksi Sila yang kaget, Merry pun mengernyit. "Jangan bilang itu bener?"
Sila mengangguk lirih, "Iya Merr, malah gue yaang di kasih surat peringatan, katanya gue yang nyebabin keributan tadi!"
"Kata gue juga apa, lo sih ngeyel, lo gak tahu TIto itu kayak apa, dia itu berandalan. Percuma lo lapor sana sini dan sok belain pak Burhan tadi, lo yang kena masalah kan sekarang!"
"Tapi gue gak mungkin diem aja Mer ... Udah jelas jelas dia yang salah, semua orang juga lihat tadi kayak apa kan, banyak saksinya kok, belum lagi kejadian kemarin di kantin sana."
Merry menghela nafas, mengedarkan pandangannya pada teman temannya. "Lo fikir mereka mau bersaksi? Enggak Sil ... Mereka gak akan mau bersaksi apalagi melibatkan diri dengan Tito, orang itu akan menghajarnya habis habisan setelah bersaksi, atau dia akan melakukan hal yang benar benar buruk." ucapnya dengan suara pelan.
"Lo serius?"
Merry mengangguk, "Lo mahasiswa pindahan, jadi lo gak akan tahu banyak soal Tito, dia orang yang paling banyak kasus di sini. Semua orang takut padanya, dia itu berandalan kampus!"
"Tapi pihak kampus gak ambil tindakan apa apa sama dia, apa gak di Drop Out?" tanya Sila masih pnasaran karena pihak tertinggi dari struktural univesitas kampus pun seolah takut padanya.
"Lo dengar ya baik baik, bokap Tito itu orang yang cukup terpandang di kampus ini, jadi mau bagaimana pun kelakukannya, dia akan tetap di bela, dan kita kita ini yang akan di salahkan, itu udah jadi raahaasia umum."
"Gila ... Itu sih gak masuk akal, mau sampe kapan kita cuma bisa diem, orang ulah dia udah keterlaluaan banget sama pak Burhan,"
"Apa lo fikir pak Burhan juga bakal ngomong?"
"Enggak sama sekali Mer, dia bahkan bilang gak ada yang ribut."
Merry kembali menggelengkan kepalanya, kali ini raut wajahnya terlihat lebih serius. "Nah kan , gue jugaa bilang apa. Mending lo gak usah ikut campur, lo tutup kuping sama tutup mata lo, pura pura aja gak tahu."
Sampai jam kuliahnya berakhir, semua orang menatap Sila dengan tatapan aneh dan sulit di artikan, desas desus dengan cepat menyebar seantero kampus kalau Sila mendapat masalah karena Tito, tapi mereka tidak pula mendukung dengan apa yang dia lakukan.
Sila tidak bisa diam saja, dia harus melakukan sesuatu, minimal ada orang orang yang juga korban bersatu dan menuntut keadilan agar pihak kampus tidak hanya diam saja dan membiarkan segala tindakan Tito hanya karena ayahnya adalah orang yang penting di sana.
Sila teringat mahasiswa yang tempo hari mendapat intimidasi dari Tito di kantin, dia pun segera berjalan ke arah kantin untuk mencarinya.
Merry menyusulnya dengan cepat, mencegahnya agar tidak melakukan hal hal yang hanya akan jadi percuma.
"Jangan gila lo Sil ... Lo g tahu apa yang akan di lakukan Tito sama lo kalau lo berani kayak gini."
"Gue gak bisa diem aja Merr ... Lo ngerti kan, gue bakal kumpulin orang orang yang nasibnya sama kayak gue, kita semua gak bisa diem aja ngelihatnya, dengan kita sama sama bersatu, mungkin rektor juga akan berfikir, kalau perlu kita viralin."
Merry menggelengkan kepalanya, "Otak lo bebel amat sih Sil ... Terserah lo deh, yang pasti gue gak ikut campur urusan ini, lo tanggung semuanya sendiri, gue pengen kuliah dengan tenang dan gue gak bisa bantu lo."
Merry berlalu begitu saja, dia meninggalkan Sila yang keras kepala. Sila hanya menghela nafas melihat Merry yang semakin jauh meninggalkannya dan tidak mau membantunya, tapi sikap Merry tidak bisa mengubah apapun apalagi niatnya. Dia pun memilih kembali berjalan ke arah kantin, mencari mahasiswa berkaca mata itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya Sila menemukannya. Pria itu tengah duduk di kursi paling pojok dengan dua buku yang terbuka di atas meja juga segelas es jeruk yang tinggal setengahnya. Sila memberanikan diri menghampirinya dan berdiri di depannya.
"Permisi, gue ada perlu sama lo, gue duduk ya?" ucapnya dengan menarik kursi dan mendudukkan dirinya tanpa menunggu jawaban.
Pria itu mengernyit, "Gue gak kenal lo .. Jadi apapun urusan lo ... Gue gak mau tahu!"
"Tunggu, gue aja belum ngomong apa apa, seenggaknyaa lo dengerin gue ngomong dulu!"
"Gee udah tahu apa yang bakal lo bilang sama gue, soal Tito kan?"
"Lo udah tahu?" Sila kaget,
Dia mengangguk, "Gosip udah nyebar kemana mana kalau lo ad masalah sama Tito, tapi sorry gue gak bisa bantu, gue gak mau terlibat!"
Pria itu bangkit seraya membereskan buku buku miliknya, dia juga menghabiskan es jeruk miliknya. "Gue gak mau ikut campur kalau soal TIto. Lo boleh suruh apa aja asal bukan itu yang lo minta dari gue." ujarnya lalu beranjak pergi.
"Lo juga di intimidasi, lo harusnya speak up biar Tito di kasih hukuman supaya jera!" serunya dengan suara keras, Sila tidak peduli jika suaranyaa kini di dengar banyak orang.
"Sialan ... ini bakalan susah! Mereka semua takut sama Tito, si berandalan!"
Sila tidak tahu jika Tito tengah duduk di atas motor miliknya, pemuda itu pun terus menatap ke arah Sila yang kini terlihat Frustasi daan kesal.
"Gue pengen lihat setangguh apa diri lo, dasar si tukang ikut campur!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
lina
awas lo, suka m tito tar sila 😅
2023-06-11
0
lina
aihs mery kepala batu
2023-06-11
0
lina
tuh denger apa kata mery
2023-06-11
0