Bab.03(Gue gak peduli)

Sila dan kedua temannya kembali masuk ke kelas untuk mengikuti jam mata kuliah dari seorang dosen yang cukup di kenal killer, semua tampak baik baik saja selama satu jam mata kuliah, sampai suara keras terdengar hingga hampir semua mahasiswa menoleh ke luar.

"Jangan di paksa dong, itu namanya ngelanggar hak asasi manusia!"

"Ya ... Tapi ayahmu su___"

"Gue gak peduli, sekalipun presiden yang ngomong. Gue gak mau dan gue gak sudi!"

Dosen killer yang tengah berada di kelas pun ikut keluar, dia melihat Tito dan seorang pegawai administrasi tengah saling ribut.

"Antonio Baires!" sentaknya dengan keras, berjalan ke arah Tito dengan penuh kemarahan.

Semua orang yang kini melihat mereka menjadi harap harap cemas, apa yang akan di lakukan Dosen yang terkenal galak itu pada salah satu mahasiswa tergalak di kampusnya, seluruh kampus tahu bagaimana perangainya Tito. Tidak sedikitpun terlihat ketakutan pada Tito sekalipun dia berhadapan dengan seorang dosen.

"Kau tahu apa hak asasi manusia sementara kau saja tidak berlaku seperti manusia?"

Tito menggeram, "Lo bilang apa Botak?"

"Dasar kurang ajar!"

"Apa ... Lo fikir gue bakal takut? Mau semua dosen turun pun gue jabanin, sini lo ... Atau lo lo semua yang berani ... Sini lo, gak usah pada lihatin doang!" tunjuknya pada mahasiswa lainnya yang hanya berdiri dan menonton keributan diantara ketiganya bak menonton pertunjukan opera sabun.

Tito benar benar tidak mau kalah apalagi mengalah pada dosen maupun petugas yang menyuruhnya menanda tangani sebuah surat yang dia sendiri tidak begitu faham akan isi surat itu. Begitu pula dosen killer yang semakin tersulut oleh amarah Tito.

Sampai Adit dan juga Reksa yang tengah berada di kelasnya berlari ke arah Tito dan menariknya mundur.

"To ... Balik To, ayo kita ke kelas aja!"

Tito mencengkram tangan Adit dan menghempaskannya begitu kuat hingga Adit tersungkur.

"Gak usah ikut campur lo lo pada! Gue gak butuh pembelaan dan gue gak butuh kalian!"

"To ... Nyebut To ... Lo bisa di D.o nanti!!" tambah Reksa.

"Bodo amat! Kalau perlu keluarin gue dari sini sekarang juga, gue bakal seneng keluar dari tempat sialan ini!" ujarnya dengan mengambil tong sampah dan melemparkannya ke arah dimana Dosen dan petugas Administrasi itu berdiri.

Brak!

Hampir saja tong sampah itu mengenai Dosen killer itu, semua orang juga kaget dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi mereka berdua masih beruntung karena ternyata Sila berlari ke arahnya dan mendorong Tito hingga tong sampah terlempar ke sisi lain.

"Lo gila ya! Otak lo konslet?" bentaknya pada Tito yang kini tersungkur, pria itu bangkit dan menatap ke arah Sila dengan tajam, kedua rahangnya semakin mengeras dengan dua bola mata yang memerah.

Cewek ini lagi, dia bukannya yang ngetawain gue di kantin tadi kan, dan sekarang dia nyari gara gara lagi sama gue. Batin Tito.

"Lo gak usah ikut campur!" sentaknya pada Sila. "Lo cari gara gara sama gue!"

Sila berdecih, dia tidak suka ketidak adilan yang terjadi baik dimana saja dan kapan saja, apalagi ini terjadi depan mata kepalanya sendiri . "Lo fikir lucu, lo fikir lo itu jagoan, lo gak di ajarin sopan santun di rumah lo. Hah?" sentak Sila.

Tito semakin berang saat Sila menyebut rumah dan semua spekuasi terhadapnya, tatapannya semakin tajam saja pada Sila yang saat itu juga menatapnya tanpa rasa takut sedikitpun.

"Jangan lo kira gue gak berani karena lo cewek!"

"Oh iyaa silahkan, lo mau apa sama gue, mau pukul gue ... Sini, pukul gue, nih pipi gue ... Lo mau pukul?" kata Sila memancing emosi Tito.

Semua semakin terlihat takut dan was was saat melihat keberanian Sila, apa dia tidak tahu siapa Tito, atau dia bahkan tidak tahu siapa kelurga Tito, dan sepertinya dia memang tidak tahu apa apa tentang Tito.

Tito mengepalkan tangan, berjalan mengampirinya, namun Dosen killer itu langsung menarik tangan Sila dengan cepat dan membawanya masuk ke dalam kelas.

"Jangan di ladeni! Kau hanya akan membuatnya makin marah!"

"Tapi pak!" Sela Sila saat Dosen itu menutup pintu kelas mereka.

"Kita lanjutkan saja kelas ku, jangan hiraukan berandalan itu!"

"Gak bisa dong Pak, dia udah kurang ajar banget, apa pihak kampus gak ada tindakan apa apa sama dia, apa bapak juga takut sama dia?"

Sorai sorak terdengar riuh kini di kelas mereka saat Sila bicara, Merry segera menariknya untuk duduk dan berhenti bicara, Sila benar benar dibuatnya heran karena mereka justru menyorakinya.

"Mening lo gak usah ikut campur deh! Percuma aja!" Cicit seorang temannya yang duduk di paling depan.

Sila menatapnya tajam, namun Dosen itu kembali menyuruh mereka diam dan kembali fokus pada mata kuliahnya saja.

Sementara Tito melangkah pergi dengan marah, mnninggalkan Adit dan juga Reksa begitu saja, niat hati menghindari ayahnya yang kini sudah pergi, dia justru harus berurusan dengan seorang gadis.

"To .. Lo mau kemana?"

"To ... Ayo pergi To!"

Lagi lagi Tito tidak mampu bicara sedikitpun, dia terus berjalan dalam diam dengan fikiran yang panas, dia perlu sesuatu untuk menyalurkan amarahnya yang tertahan.

Brak!

Brak!

Dia menendang tong tong sampah yang dia lihat di sepanjang koridor kampus.

"Kurang ajar, gue pengen tonjok tuh mulut rombeng cewek tadi! Kalau perlu gue sobek tuh mulut!" gumamnya marah dengan terus berjalan keluar.

Tak kurang dari satu jam, semua pihak kampus tahu apa yang dilakukan oleh Tito perihal sepele itu, namun tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan segala tindak tanduk Tito sang berandal.

Sementara itu, seseorang mengetuk pintu kelas lalu masuk. Berbisik bisik pada dosen yang kala itu masih menerangkan mata kuliahnya di depan kelas. Sedetik kemudian dia menoleh pada Sila yang sedang menulis ringkasan.

"Sila ... Kau di tunggu ke ruang dosen!" ucapnya.

Silaa tersentak, menatap Merry yang duduk di sampingnya juga pada teman temannya yang lain yaang kini melihat ke arahnya dengan heran.

"Apaan ya Mer?"

"Gue gak tahu Sil!"

"Ada karena gue tadi ribut sama tuh cowok. Mereka butuh kesaksian gue kali ya?" tanyanya lagi penasaran.

Merry mengerdik tidak tahu, atau memilih untuk tidak mengatakannya pada Sila, tapi satu hal yang dia tahu adalah satu masalah yang akan di alami Sila karena perbuatannya tadi.

"Ayo Sila. Tunggu apa lagi?" ujar Dosen itu lagi.

Sila pun akhirnya bangkit, melangkah keluar dan mengikuti seorang staff kampus yang menyusulnya.

"Kenapa ya Sila di panggil Bu. Apa gara gara ribut tadi, cowok kurang asem itu emang wajib di D. O sih, gak ngotak soalnya!"

Petugas staff itu hanya diam tidak menjawab, dia hanya menoleh sekilas dan kembali berjalan menuju ruangan yang di maksud. Sedangkan Sila hanya menatapnya dengan heran.

"Duh ... Kok gue jadi was was ya!"

Terpopuler

Comments

lina

lina

hayo lah buat bicin s tito ama sila 🤔🤔🤔

2023-05-05

0

lina

lina

astaga yito udah kaya orang kesurupan

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!