"Duh ... Kok gue jadi was was ya!"
Sila dipersilahkan untuk masuk kedalam sebuah ruangan yang tampak asing baginya. Baru kali ini dia di panggil selama berkuliah di kampus yang cukup ternama itu.
"Arsila Ervalita. Dengan nomor Induk Mahasiswa 898989999?" tukas seorang pria yang tengah duduk.
"Iya Pak. Saya!" sahut Sila gugup.
"Silahkan duduk!"
Staff yang mengantarkannya pun menyuruhnya duduk di sebuah kursi, Sila yang polos langsung saja duduk dengan berhadapan pria paruh baya itu. Gadis itu tersentak kaget saat melihat papan nama yang berada di atas meja. WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN DAN AKADEMIK.
Kenapa aku dipanggil Wakil rektor, apa gara gara masalah ribut tadi? Tidak mungkin langsung di urus oleh wakil rektor kayak gini. Ini pasti ada hal lain. Batin Sila.
Tidak lama kemudian pintu terbuka lagi, Tito masuk dengan menenteng tas lalu menyimpannya begitu saja. Membuat Sila berdecak melihat kelakuannya.
"Dasar gak punya sopan santun!" gumam Sila.
Tito meliriknya dengan bengis tanpa mengatakan apa apa. "Ada apa lagi?" tanyanya pada wakil rektor yang kini menatapnya juga.
"Duduklah Tito!"
Tito pun duduk disamping Sila, dia kembali menatap Sila dengan tajam, terlihat sekali jika dia tidak menyukai Sila.
"Aku memanggil kalian terkait keributan yang terjadi, laporan yang masuk padaku mengatakan jika kalian berdua terlibat. Benar begitu? Lalu masalah yang terjadi adalah masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan pihak kampus!"
"Enggak Pak ... Orang ini yang terlibat keributan bahkan hampir saja melemparkan tong sampah pada Pak Burhan, semua dikelas ku melihatnya kalau bapak butuh saksi mata. Aku datang untuk mencegah keributan itu!" terang Sila, dia merasa dia harus membela diri.
"Panggil Burhan kemari!" titahnya pada seorang staff yang berada juga di sana.
Staff itu keluar dari ruangan untuk menyusul dosen yang terkenal killer itu. Sementara kedua mahasiswa itu kembali saling menatap dengan bengis.
Tito hanya diam, dia tidak berniat membela diri maupun menjelaskan apapun terkait hal tersebut saat wakil rektor meminta menjelasan. Hanya Sila yang berani bicara dan berani menyampaikan kebenarannya.
Tidak berselang lama, staff kampus masuk bersama Burhan. Dosen yang Sila bela dalam kejadian 2 jam yang lalu. Gadis itu bersenyum lega saat Burhan menatapnya.
Sementara Burhan langsung duduk tidak jauh dari wakil rektor.
"Jelaskan duduk permasalahannya. Apa benar kau juga terlibat?" tanya wakil Rektor padanya.
"Tidak ada kejadian apa apa, itu hanya keributan biasa antar mahasiswa. Bukan masalah besar sampai kau harus turun tangan seperti ini!" terang Burhan.
Sila tentu saja tertohok. Bagaimana bisa dosennya kini justru berbohong dan tidak mengatakan hal yang sebenarnya.
"Pak ... Bukan kayak gitu kan kejadiannya. Bapak tadi lihat apa yang di lakukannya. Anak anak juga pada lihat!" Ucap Sila mulai panik. Kenapa bisa seperti itu.
Sementara Tito hanya tersenyum saja.
"Tidak ada yang terjadi Sila ... Kau mungkin salah arti dalam hal ini, masalahmu dengan Tito adalah masalah pribadi yang tidak ada sangkut pautkannya dengan pihak kampus!" terang Burhan lagi.
"Sila apa kamu dengar keterangan dari Pak Burhan, tidak ada yang menyebutkan jika ada keributan besar, jadi bapak rasa ini adalah salah faham saja. Dan karena itu. Kita anggap tidak ada masalah di kampus ini."
"Tapi Pak ... Dia!"
Wakil rektor pun menggelengkan kepalanya. Dia mengatakan semua baik baik saja dan berharap Sila tidak lagi bicara apapun.
"Pak ... Jelas jelas orang ini yang membuat keributan. Bapak tanya anak anak yang lain. Mereka pasti akan bilang yang sama denganku Pak. Apa pihak kampus akan diam saja. Dia sudah banyak bikin ulah!"
Wakil rektor hanya menghela nafas. "Sila ... Aku rasa ini sudah cukup. Jadi kembali ke kelas!"
"Aku masih belum ngerti kenapa kalian semua diam saja?"
"Lebih baik lo mingkem!" Gumam Tito.
"Lo yang diem! Harusnya lo tuh di D.O dari sini!"
Tito mengedik, dia bahkan tidak peduli apa pun yang akan terjadi padanya.
Wakil rektor dan pak Burhan saling menatap, tak lama dering telepon berbunyi dan pemilik ruangan itu mengangkatnya. Terlihat wajahnya sangat serius dan juga mengangguk angguk.
"Kalian boleh kembali ke kelas! Kau juga!" ujarnya pada pak Burhan.
Sila yang tidak mengerti apa apa itu menatapnya tajam, juga pada Tito yang kembali mengerdik lantas keluar begitu saja.
"Dasar kurang ajar!" gumamnya tanpa bicara.
"Sila ... Ini kali pertamanya kau bermasalah, apa kami harus memberimu surat peringatan karena bicara kasar dan tidak sopan di ruangan rektor?"
Sila terkesiap mendengarnya. Alih alih memberi Tito hukuman wakil rektor justru memperingatinya agar hati hati sementara pada Tito mereka bersikap biasa saja.
Akhirnya dengan kesal Sila keluar dari ruangan itu.
"Aku minta maaf Pak!" cicitnya dan segera berlari menyusul Tito.
"Hey ... Lo gila ya! Lo yang bikin salah kenapa gue yang jadi salah!"
Tito meliriknya sebentar tanpa menghentikan langkahnya.
"Heh ... Gue lagi ngomong, dasar gak tahu etika. Otak lo kurang seons!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
lina
😅😅 dosen aja takut
2023-05-26
0
Sophia Aya
semangat thor di tunggu up selanjutnya 💪💪💪
2023-05-18
0