Bab.02(Banyak prestasi)

Karena tidak ada tempat untuk pulang, Tito alias Ijul memutuskan mencari tempat yang bisa dia kunjungi. Dan hanya ada satu tempat dimana dia bisa tinggal leluasa. Akhirnya tanpa berfikir lama lama Tito melajukan kendaraan roda dua miliknya, membelah malam yang semakin larut, gelap dan juga kelam seperti masa depan Tito yang belum jelas.

Brak!

Suara pintu terbuka lebar saat dirinya baru saja tiba dan turun dari motornya. Seorang pria berdiri menatapnya tajam.

"Bang ...!" sapanya pelan.

"Masuk!"

Tito mengangguk, segera berjalan mengikuti pria yang dia sebut abang itu. Dia hanya bisa diam seraya terus memperhatikan pria yang berjalan beberapa langkah di depannya.

"Lo kabur dari rumah lagi?" tanya nya saat mereka memasuki sebuah ruangan.

"Iya bang, dan kali ini gue gak akan balik ke rumah itu!"

Pria yang dipanggil abang itu mendengus kasar, lantas mendudukkan dirinya di sofa,

"Kenapa. Padahal keluarga lo orang berada, lo bosa bosan kaya?"

Tito menggelengkan kepalanya, tidak berniat menceritakan kesedihannya. "Enggak Bang!"

Boni tertawa keras, "Kalau lo mau, lo boleh tinggal di sini tapi lo juga harus kerja bareng gue, gue butuh orang!"

"Iya bang, gue mau kerja apa aja dan boleh tinggal di sini sama Bang Boni!"

"Kebetulan gue bakal pergi untuk sementara waktu, jadi lo di sini sampe gue balik."

Tito mengernyit, "Abang mau pergi kemana. Bukannya bisnis abang lagi rame di sini?"

Pria bernama Boni itu tertawa, "Lo gak usah banyak tanya, lo bakal tahu nanti, sekarang lo ke atas, ada kabar kosong bekas adik gue dan lo boleh nempatin sampe adik gue balik nanti."

Tito lagi lagi hanya mengangguk saja dan langsung berjalan ke arah tangga menuju ke lantai dua. Rumah yang kini ditinggalinya lebih cocok di sebut gudang sebab barang barang berantakan dimana mana, juga debu yang sepertinya tidak pernah di bersihkan. Sangat berbeda dengan di rumahnya tapi tidak masalah bagi Tito, karena percuma saja rapi dan bersih juga sedap dipandang seperti rumaah yang dia tinggali bersama sang ayah, tetap tidak membuatnya nyaman dan betah.

Tito merebahkan dirinya dan menatap langit langit kusam, jaraknya lebih pendek jika di bandingkan langit langit rumahnya yang tinggi. Merasa sepi dengan keheningan yang melandanya sampai akhirnya Tito tertidur dengan sendirinya.

***

Motor sport hitam kini melaju kencang menuju sebuah universitas, ya ... Tito saat ini berkuliah jurusan Bisnis, jurusan yang sama sekali tidak dia sukai, dan dia masuk karena ayahnya yang memasukkannya tanpa dia tahu.

Hal itu pula lah yang menjadikan keduanya tidak pernah akur, semua keinginan Tito selalu ditentangnya termasuk memilih jurusan.

"To ... To ... Tito!" sapa Reksa saat pemuda itu baru saja turun dari motor.

Tito menyipitkan kedua mata, "Apaan?"

"Lo di cariin noh," timpal Adit dengan menunjuk ke arah kiri dengan lirikan matanya.

Tito memutarkan pandangan, lirikan Adit baru saja menunjuk ke arah ruangan Dekan. Secepat kilat dia kembali naik ke atas motornya dan menyalakan mesin.

"To ... Mau kemana? Lo gak masuk kelas hari ini?" Reksa menghampirinya dengan bingung.

"Males! Kalian aja ...!"

"Eeh ...?"

Adit menahan Reksa untuk kembali bicara, walaupun dia tidak tahu masalah apa yang membuat Tito pergi setelah tahu ayahnya berada di ruang Dekan sekarang.

Tito melesat, keluar dari kawasan kampus dan berbelok di jalanan sepi belakang kampus, tempat sepi dimana biasanya mahasiswa mahasiswa malas memilih nongkrong dibandingkan belajar.

Orang orang mulai melihat Tito yang menghentikan motor diparkiran, mereka menatap satu sama lain lantas memilih untuk pergi, ataupun memilih melipir dan menundukan kepala menghindari tatapannya.

Tito turun dari motor, berjalan ke arah food court dengan orang orang yang mulai pergi.

"Nasi ayam 1!" serunya pada salah satu penjaga stand makanan.

Tidak peduli tatapan orang orang yang takut padanya, Tito melahap makanan dengan santai, sesekali dia melirik orang orang yang langsung menghindar.

Siapa yang tidak kenal Tito, pemuda ugal ugalan yang terkenal arogan dan begajulan, kasar dan juga sinis. Baik laki laki maupun perempuan takut padanya bahkan hanya dengan tatapannya saja. Dia tidak segan berkelahi, sering kali bermasalah dengan dosen dosen maupun Dekan, sampai tidak ada yang berani lagi padanya.

Bruk!

Seorang pria tersandung kaki meja di depannya sampai dia terkejut dan ayam yang tengah dia gigit terjatuh.

"Maaf ... Maaf maafkan aku To!" ujarnya dengan tergagap gagap.

Tito menatap pria itu dari atas sampai bawah, setelan culun dan norak dengan kaca mata tebalnya. "Lo mau mati?"

Pria berkaca mata tebal itu segera menggelengkan kepalanya. "Enggak ... Enggak To!!"

"Ganti ayam gue ...!"

"I---iya ...!"

Pria itu lari terbirit birit menuju stand penjual nasi ayam, lalu kembali dengan 2 piring nasi ayam dan menyimpannya di atas meja Tito.

"Siapa yang suruh dua?" sentaknya marah.

Alih alih menjawabnya, justru pria itu menundukkan kepalanya.

"Bawa! Lo fikir kerongkongan gue segede gaban lo suruh makan dua piring begini!"

Dengan cepat pria itu mengambil satu piring dan mengembalikannnya lagi.

"Gue gak suruh lo balikin, gue suruh lo bungkus!" teriaknya lagi.

Dan disalah satu kursi di paling ujung, tiga gadis sedang memperhatikannya diam diam. Dan menyenggol lengan seseorang yang menatap ke arah Tito dengan tajam.

"Sila...!?"

"Siapa sih dia. Sok jagoan banget cuma gara gara ayam kaget doang?"

Temannya yang duduk di hadapannya menarik topi yang dikenakan Sila hingga membuat kedua matanya yang tengah menatap tajam Tito terhalang.

"Mending lo mingkem, lo gak tahu dia siapa. Gue kasih tahu ya ... Dia itu Tito alias si Ijul ...!"

"Ijul?"

"Hm ... dia paling berprestasi di sini?" timpal satu temannya di samping.

"Masa iya? Dia ... Berprestasi?"

Dua temannya tertawa pelan, "Gak ada yang bisa ngelawan dia, dia juga tukang mabok, tukang berantem! Banyak deh pokoknya prestasinya!"

Sila tertawa renyah, tidak peduli jika tawanya membuat dua orang temannya was was, "Idih ... Apaan prestasi begituan!"

"Sila ... diem gak Lo!"

Tito mendongkakkan kepalanya saat mendengar suara satu perempuan yang tertawa, menatap tajam ke ujung ruangan dimana Sila yang juga langsung menatapnya.

Dua orang didepannya kini harap harap cemas dan memilih bersiap siap untuk kabur dari sana.

"Jes ... Pergi Jes!"

Jessi bangkit dan menarik Sila, begitupun dengan Merry yang membawa dua tas, tas miliknya sendiri dan milik Sila. Mereka langsung berlari keluar dari food courd itu dan langsung masuk kedalam angkutan umum.

Tito mendengus kasar melihat tiga orang perempuan tidak jelas itu, dan langsung berlalu pergi dengan satu nasi ayam yang telah dia bungkus, dia menghampiri pria culun yang duduk tidak jauh darinya dengan takut, menepuk bahunya keras sampai kaca matanya hampir saja jatuh.

"Lo bayar sekalian punya gue!"

Terpopuler

Comments

lina

lina

eeet bukuk prestasi bukan biat bangga itu mah

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!