Episode 04

"Kemal, aku tidak bisa melakukan ini.... Aku tidak bisa, ku mohon jangan paksa aku !" Ucap Elina, lututnya hampir tertekuk saat ia memohon pada Kemal agar tak bertemu dengan Aldiro.

Mata Kemal masih menatap ke tempat lain, Sengaja menghindari tatapan mata Elina, ia sebenarnya masih merasa kasihan pada Aldiro yang mabuk karena sikap Elina.

"Kemal" panggil Elina saat pria yang sejak tadi ia ajak bicara terus membuang muka.

Sedangkan disisi lain, Dekta menyesap kopinya. Tampaknya tidak menyadari apa yang terjadi dengan dua orang yang duduk beberapa meter darinya. Kemal menatap Dekta dengan wajah yang kesal, bagaimana mungkin bajingan ini bisa begitu tenang ?.

"Bisakah kamu berhenti menatapku seperti itu ? Karena itu membuatku merinding" ucap Dekta bergidik ngeri.

"Kenapa tidak kamu saja yang berbicara dengan Aldiro ?" Kemal tiba-tiba menyarankan, dan ini bukan lah ide yang buruk karena Aldiro sudah mengenal Dekta sejak mereka pertama duduk di bangku SMA. Kemal pikir setidaknya keduanya telah menciptakan banyak kenangan indah.

"Tidak mau, pria itu hanya hidup untuk dua hal. Pertama, terobsesi dengan Elina dan kedua memukul semua orang bahkan teman-teman nya sendiri" Dekta mencoba mencari alasan.

"Kalau begitu cobalah untuk menghindari pukulan Al saat kalian berdua bicara"

Dekta memutar matanya "Itu tidak akan berhasil, hentikan saja semua ini Mal ! Jangan terlalu mengkhawatirkan dirimu karena semua masalah ini tidak ada hubungannya dengan mu"

Elina dan Kemal tersentak, keduanya tidak menyangka akan mendengar kata sensitif itu dari Dekta. Semua orang tau kalau Dekta adalah tipe pria yang blak-blakan tetapi Elina dan Kemal tidak menyangka kalau Dekta akan menjadi pria yang tidak peka seperti ini. Kemal menghentakkan kakinya dan dalam keadaan marah ia keluar dari kafe.

"Kemal tunggu" teriak Elina "ah Dekta, seharusnya kamu tidak mengatakan semua itu pada Kemal" tambah Elina sedikit panik saat dia melihat Kemal pergi.

"Biarkan saja dia ! Yang ku katakan hanyalah kebenaran" balas Dekta yang memusatkan perhatiannya pada kue di atas meja.

Elina menghembuskan napasnya, kemudian bangkit untuk menyusul Kemal.

"Kemal tunggu !"

*

*

*

Aldiro merasakan detak jantungnya berpacu dengan kuat, matanya bertemu langsung dengan kedua mata Elina. Tapi ini bukan Elina yang ia cium dengan terengah-engah di lorong.

Aldiro membungkuk di sofa kafe, sedangkan disisi lain Elina duduk begitu rapih di tempat duduknya. Selama satu menit pandangan mereka bertemu.

Elina berdehem dan membuang muka, tidak ada yang mencoba untuk bicara duluan di antara keduanya.

"Al..." Dengan penuh keberanian Elina membuka suara, Aldiro bertanya-tanya berapa banyak waktu yang Elina lakukan untuk mengumpulkan keberanian dalam melakukan ini.

"Ada apa El ?" Aldiro hanya bisa menyeringai ketika Elina tersentak mendengar nama panggilannya, wanita itu mungkin bisa menyembunyikan keterkejutannya tapi Aldiro lebih dulu menyadarinya.

"A-Aku d-disini untuk---"

"Hentikan tindakan mu itu ! Kamu terlalu gugup ketika kamu merasa tidak nyaman. Apa aku membuatmu tak nyaman ?" Potong Aldiro menatap Elina, rasa sakit terlihat jelas di wajahnya. Ia mengira ia sudah membuang rasa sakit pada minumannya semalam, namun nyatanya semuanya masih terasa sekali.

Selama seperkian detik, Aldiro merasa kalau Elina tampak memikul semua beban dunia. Tapi Aldiro sadar wanita itu tidak pantas untuk di kasihani, dia adalah seorang penipu dan pembohong yang telah mengkhianati Aldiro.

"Beri aku alasan ! Kenapa kau melakukan ini padaku ?" Aldiro merasa jantungnya akan meledak, ia berusaha mengendalikan perasaannya.

"Apa salahku El ? Apa salahku ? Tolong jawab aku !"

Elina membuang muka, menghindari tatapan Aldiro. Dan itu membuat Aldiro kesal, ia membanting telapak tangannya di atas meja.

"Lihat aku dan jawab pertanyaan ku Elina !"

Elina dengan cemas memandangi orang-orang di sekitar dan menundukkan kepalanya berulang kali, mungkin meminta maaf atas perilaku Aldiro. Ia kembali berbalik dan menatap Aldiro, kebingungan terlihat jelas di matanya.

Aldiro mencemooh, berani sekali Elina kebingungan. Seharunya yang merasakan itu adalah dirinya.

Seperti sudah cukup, Elina berdiri dan berbalik untuk pergi. Aldiro dengan cepat mengikuti dan meraih pergelangan tangan Elina.

"Jangan pergi !" Suara Aldiro cukup tegas, namun berbeda dengan hatinya yang begitu rapuh dan diam-diam hancur berkeping-keping saat ia melihat wajah Elina yang tak membalas tatapannya. Entah sejak kapan Elina nya yang manis berubah sedingin ini.

Elina menatap tangan Aldiro yang mencengkram pergelangan tangannya, dan dengan kasar ia menarik tangannya sendiri. Ia berbalik dan berhenti sejak sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Tidak lama kemudian, Aldiro mendapati dirinya di seret oleh dua pasang tangan yang di kenalnya keluar dari kafe. Kemal dan Erlan telah menyaksikan apa yang terjadi, mereka kasihan pada Aldiro.

"Kamu akan baik-baik saja" ucap Kemal mencoba menghibur.

Aldiro hanya bisa memberikan senyum pahit atas jawaban dari ucapan sahabatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!