Semenit kemudian Kemal mulai melihat Elina memasang ekspresi khawatir, Elina menatap Kemal dengan serius dan mengucapkan beberapa kata yang sebenarnya tidak Kemal harapkan. Meskipun pada akhirnya Kemal hanya bisa menghela napas sambil melirik ke arah Elina secara diam-diam.
"Baiklah, beri aku waktu sebentar" ucap Kemal dengan tegas dan jelas.
Klub mulai lebih liar dari yang Kemal duga, orang-orang di lantai dansa lebih banyak melakukan hal mesum dari pada menikmati pesta ulang tahun, sialan memang padahal ini adalah hari ulang tahunnya. Pikir Kemal sambil berjalan menuju meja dimana ada Aldiro dan Erlan disana.
Wanita bergaun pendek berkerumunan di sekitar meja mereka, berciuman dan tertawa setelah melakukannya. Lagi, Kemal mendesah melihat pemandangan ini.
"Hai kawan-kawan, apa kalian menikmati pestanya ?" Tanya Kemal dengan senyum di wajahnya.
Para lelaki itu mengangguk membuat Kemal tersenyum penuh rasa syukur, setidaknya ia tak menjadi tuan rumah yang buruk kalau begini, ia menoleh kesamping saat Erlan menatapnya, pria itu menggerakkan kepalanya menunjuk ke arah Aldiro, membuat Kemal segera melirik pria yang sedang mabuk itu.
Aldiro masih saja menatap Elina.
Padahal di sampingnya ada yang sudah putus asa membelai pa-ha Aldiro tapi Aldiro terus mengabaikannya, pria itu terus meneguk minumannya sedangkan matanya masih menatap Elina.
"Al" panggil Kemal.
Aldiro kembali meneguk minumannya sampai gelas itu kosong sebelum beralih menatap Kemal. "Ada apa ?"
"Bisakah kita bicara sebentar ?" Kemal menunjukan senyum simpatiknya seperti biasa, dan itu membuat alis Aldiro mengkerut.
"Apa yang ingin kau katakan ?" Tanya Aldiro dengan nada kesal, Erlan mengucapkan kata maaf dengan cepat pada Kemal atas sikap Aldiro barusan.
"Aku ingin bicara padamu secara pribadi" Kemal mencoba tersenyum lagi.
Aldiro mendengus kemudian kembali menuangkan minuman keras itu lagi, dengan nada kesal ia menjawab "Katakan saja disini"
Kemal memperhatikan saat pria itu membawa minumannya ke bibir, sedangkan matanya masih menatap satu orang yang berada di meja ujung sana. Entah sudah berapa gelas yang Aldiro habiskan.
"Ini tentang Elina" ucap Kemal lembut.
Saat itulah kepala Aldiro menoleh dan menatap wajah Kemal, membuat Kemal yakin kalau Aldiro bertanya melalui tatapannya apa ada kabar baik yang ia bawah.
"Oh, ada apa dengan penipu itu ?" Kata-kata Aldiro penuh dengan kepahitan, matanya berkilat di ruangan redup klub itu, rasa sakit dan kesedihan terlihat jelas disana.
Kemal menghela napas "Elina bilang kau tidak boleh minum terlalu banyak"
Wajah Aldiro langsung berubah marah, namun ia berusaha menenangkan diri. Kemal bisa melihat pria itu mencengkram kuat gelas di tangannya "lalu apa lagi ?"
Kemal langsung menelan ludah, inilah yang ia hindari, Aldiro banyak menanyakan tentang Elina.
"Hanya itu ?, Dia mengatakan supaya aku tidak minum terlalu banyak ?" Aldiro tertawa terbahak sambil menggelengkan kepalanya, ia kembali meneguk minuman di gelasnya.
"Kenapa dia tidak mengatakannya sendiri ?, Apa dia takut kalau aku mengalami kecelakaan setelah ini ?"
"Al.." baik Kenal maupun Erlan menatap Aldiro, mata mereka terbelalak kaget, keduanya begitu terkejut mendengar ucapan Aldiro barusan.
"Apa dia benar-benar peduli ?" Aldiro bertanya, matanya menunjukan kalau dia benar-benar mabuk.
Dulu sejak Aldiro dan Elina masih berpacaran, Aldiro jarang minuman keras jenis apapun, karena Elina tidak menyukainya dan akan selalu memarahi Aldiro. Dan hanya sebuah tatapan tajam Aldiro langsung membuang botol-botol minumannya ke tempat sampah.
"Tentu saja dia peduli" jawab Kemal.
"Tapi kenapa dia selingkuh dariku Kemal ? ,Jadi bagaimana mungkin dia peduli padaku, dia itu hanya wanita penipu" Aldiro mengoceh sambil tertawa sedih, kepalanya menggeleng tak percaya.
Erlan dan Kemal saling pandang, tak berapa lama Erlan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Aldiro.
"Al, ayo kita pulang" ucap Erlan sambil berusaha memegang tangan Aldiro, namun dengan cepat pria itu menepis tangannya.
"Aku tidak mau, aku masih ingin minum..gelas ini lebih baik dari pada berurusan dengan hidupku yang menyebalkan sekarang"
Erlan mencoba menarik tangan Aldiro untuk berdiri, tapi Aldiro justru mendorong tubuh Erlan menjauh.
"Al, kamu sudah mabuk jadi biarkan Erlan yang mengantarmu sekarang !" Kemal berusaha membantu.
"Kamu tidak mengerti bagaimana perasaan ku, kamu enak masih bisa bicara dengannya, sedangkan denganku dia tidak mau bicara sama sekali" Aldiro bergumam, menelan rasa pahit dalam mulutnya.
"Al, ayo pulang se-" kata-kata Erlan langsung terpotong begitu saja oleh Aldiro.
"Diam kau ! Aku sedang bicara dengan Kemal"
Kemal mendesah "Apa kamu ingin Elina melihatmu seperti ini ?"
Aldiro terdiam, ia memang mabuk sekarang tapi Kemal tau kalau pria itu masih sadar apa yang terjadi dan apa yang ia dengar.
"Elina bilang, kalau kau mabuk maka biarkan Erlan mengantarmu pulang"
"Apa yang akan di lakukan Elina sebagai balasannya jika aku menuruti keinginannya ?" Tanya Aldiro, matanya yang terpejam menunjukkan kesedihan yang mungkin di rasakan hatinya saat ini.
"Dia bilang dia akan berbicara dengan mu"
Kepala Aldiro terangkat "Benarkah ?"
Kemal tersenyum gugup "Ya, tentu saja"
Aldiro membungkuk dan membiarkan kepalanya beristirahat di sofa, matanya terpejam "katakan juga padanya kalau dia juga harus menciumku sebagai balasan"
"Baiklah" balas Kemal seraya menghela napas.
Ini pertama kalinya Kemal berada dalam situasi seperti ini, dan ia berharap ini akan menjadi yang terakhir. Ia melirik ke arah Elina yang sedang mengerutkan keningnya. Mungkinkah wanita itu khawatir melihat Aldiro di bawah oleh Kemal dan Erlan menuju luar klub.
Kemal menggelengkan kepalanya seraya menghela napas, pasangan ini adalah pasangan paling rumit yang pernah ia temui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments