Aldiro mencengkram minumannya dengan keras, mengabaikan tangan seorang wanita yang sedang membelai pa-hanya, karena kini matanya tertuju pada seorang wanita saja yaitu Elina.
Di sana Elina masih tersenyum kecil saat duduk di sudut klub, yang akan menjadi tempat ulang tahun Kemal. Terlepas dari asap-asap berwarna, lagu-lagu liar yang ceria, dan orang-orang yang meneriakkan masalah dengan cara menari dan bermesraan. Elina masih terlihat seperti makhluk manis yang tidak bersalah. Ia memberikan senyum manis pada orang-orang yang melewati mejanya.
Meja wanita itu kosong kecuali sekaleng coca cola, yang Aldiro tau minuman favoritnya. Elina tidak pernah menyukai alkohol jenis apapun karena ia menganggapnya 'tidak sehat'. Wanita itu adalah wanita yang paling lugu yang pernah di temui Aldiro dan mungkin juga itu adalah alasan Aldiro tidak menyukainya sejak awal. Jatuh cinta pada Elina masih menjadi misteri bagi Aldiro. Dan sekarang hati Aldiro sangat hancur oleh penampilan malaikat yang lugu itu tetapi berubah menjadi wanita penipu.
Cinta Sialan....
Membawa segelas minuman keras ke bibirnya, mata Aldiro melirik Elina yang terlihat tak nyaman sambil membuka tas kecilnya. Ekspresi wanita itu panik seraya mengeluarkan ponselnya dan Aldiro langsung merasakan darahnya mendidih karena pikirannya dengan cepat berasumsi nomor siapa yang coba di hubungi Elina sekarang.
Merasa akan segera meletus, Aldiro menarik wanita yang tidak ia kenal di sampingnya. Membenturkan bibirnya ke bibir wanita itu, ia bisa mendengar sorak sorai dan teriakan dai teman-temannya di masalalu. Yang mendorongnya untuk melakukan adegan panas. Setelah beberapa menit berciuman Aldiro menarik diri, kembali melihat ke arah Elina yang mana sekarang wanita itu sedang memperhatikannya.
Seringai muncul di wajah Aldiro saat dia melihat kedua mata Elina terbelalak kaget, dan sesuatu menggelitik hati Aldiro tetapi ia mengabaikannya, ia tahu persis apa arti mata Elina.
Seringai Aldiro langsung menghilang saat melihat Dekta datang. Tangan Aldiro mencengkram tempat kaca ketika melihat Elina berdiri, rasanya ia ingin melemparkan tubuh Dekta ke dinding terdekat untuk melampiaskan amarah nya.
"Sayang, ayo berciuman lagi !" Ucap wanita yang ada di samping Aldiro, belahan dadanya sengaja di pamerkan. Sementara tangannya kembali membelai paha Aldiro.
Sementara Aldiro masih terus memperhatikan Dekta dan Elina yang berjalan menuju kamar mandi, matanya semakin merah karena marah. Apalagi saat melihat tangan Dekta melingkar di pinggang Elina.
"Pergi kau pela-cur"
Tawa dan berbagai ejekan terdengar di telinga Aldiro, namun pria itu memilih tak peduli. Ia kembali mengambil segelas alkohol lagi dan menghabiskan isinya dalam satu tegukan penuh.
*
*
*
Aldiro merasa Elina menahan napas, punggung wanita itu bersandar ke dinding. Kepalanya kembali di miringkan kesamping dan itu membuat Aldiro marah.
"Bicaralah !" Aldiro meraung, memamerkan matanya yang terkenal berbahaya dan di pasangkan dengan suara parau yang membuat Elina tersentak.
"A-aku harus pergi" ucap Elina dengan lembut, masih enggan untuk menatap Aldiro.
Aldiro menggigit bibir bawahnya, mengepalkan tangannya dan meninju dinding tepat di samping wajah Elina, membuat Elina melompat kaget tapi Aldiro tak peduli. Ia sudah muak, drama macam apa yang sedang di mainkan oleh Elina untuknya. Yang di inginkan Aldiro hanyalah memiliki Elina.
"Sialan kau El, Sialan" Aldiro kembali meraung saat tangannya menyentuh dagu Elina, dengan kasar ia menarik wajah Elina hingga menghadapnya kemudian menempelkan bibir mereka berdua.
Tangan Elina berusaha mendorong tubuh Aldiro tapi dengan cepat pria itu memegang tangannya dan memperdalam ciumannya. Aldiro dengan kasar menggigit bibir bawa Elina membuat mulut wanita itu terbuka, pria itu mengambil kesempatan memasukan lidahnya hingga erangan lembut keluar dari bibir Elina membuat tubuh Aldiro memanas seketika.
Lampu merah klub berkelap-kelip di sepanjang lorong remang-remang yang kosong menuju kamar mandi bersamaan dengan getaran musik dansa ceria yang datang dari dalam. Namun Aldiro tak terpengaruh, ia terus mencicipi daging kenyal milik Elina.
"Hentikan, Al !" Elina merintih dan tanpa sadar melengkungkan punggungnya saat mulut Aldiro perlahan turun dan mulai menghisap dan menggigit lehernya. Lidah Aldiro dengan terampil menjilat dan menghisap daging Elina, dengan sengaja memberikan sebuah ******.
Napas Elina tercekat, wajahnya memerah, bibirnya sedikit terbuka, dan matanya mulai terpejam mungkin karena kenikmatan saat Aldiro mulai menyatukan tubuh mereka.
Seolah-olah merasakan bibir dan jari Aldiro mulai menjadi lebih agresif, mata Elina terbuka dan mendorong Aldiro menjauh dengan seluruh kekuatannya. Keduanya terengah-engah, mencari udara di sekitar mereka.
"Aku harus pergi," ucap Elina, dadanya masih terlihat naik-turun, mata nya masih menghindari untuk bertemu mata Aldiro.Dengan pandangan sekilas ke wajah Aldiro, Elina pergi dan tidak menoleh ke belakang.
Bahkan tidak sama sekali.
Aldiro ditinggalkan sendirian di lorong, lampu berkelap-kelip dari lampu bohlam kecil di dinding dan langit-langit. Ia mengepalkan tangannya dan meninju dinding terdekat.
"Sial, brengsek" Umpat Aldiro, ia menginginkan Elina kembali tapi semuanya terlalu menyakitkan karena wanita itu pergi bahkan tanpa menoleh ke arahnya.
Kemal memperhatikan saat Elina menarik napas dalam-dalam, bahunya terlihat seolah-olah ia sedang memikul beban dunia.
"Apa kamu baik-baik saja ?" Tanya Kemal, berita tentang Aldiro dan Elina putus sudah menyebar ke semua orang.
Dan tentu saja kabar ini tak luput dari pengetahuan Kemal.
Elina sudah memberitahunya tentang apa yang sudah terjadi, namun sejauh ini Kemal belum memutuskan kepada siapa ia harus berpihak.
Setelah perpisahan tersebut, pertemanan mereka yang terdiri dari Elina, Dekta, Erlan, Aldiro dan Kemal tampak nya terpecah menjadi dua. Mungkin karena sudah bersahabat sejak kecil akhirnya Erlan memihak pada Aldiro, sedangkan Dekta menjadi kekasih Elina. Dan setelah banyak pertimbangan Kemal memutuskan untuk bermain adil, ia tetap berada di antara keduanya.
"Aku baik-baik saja" jawab Elina berbohong.
Namun tentu saja Kemal tau, bagaimana mungkin wanita itu baik-baik saja sekarang.
Kemal berusaha melakukan apa saja supaya Elina tak sendirian, meskipun ia tak menyukai apa yang telah di lakukan Elina, namun sebagai seorang teman ia tak ingin meninggalkan apapun yang terjadi. Kemal yakin Elina memiliki alasan mengapa ia melakukan ini, suatu alasan yang tidak boleh di ketahui oleh Aldiro untuk saat ini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments