Keduanya sama-sama terkejut karena tidak menyangka akan terjadi kejadian seperti saat ini. Meskipun pria di balik helm itu bisa melihat wajah Diandra dengan sangat jelas, akan tetapi Diandra tidak bisa melihat wajah yang tertutup kaca helm tersebut. Sehingga di saat itu pun Diandra tersadar dan langsung saja beranjak dari tubuh pria tersebut. Begitu juga dengan pria itu yang langsung saja bangun dan hendak melarikan diri.
"Heh sini kamu! Kamu mau lari kemana? Kamu harus menyerahkan diri," kata Diandra yang menarik tangan pria itu.
Akan tetapi semuanya sia-sia, karena tenaga pria tersebut lebih kuat sehingga ia pun bisa melepaskan tangannya dari genggaman Diandra dan segera kabur.
"Ayo naik," kata salah satu teman pria tersebut yang menghampirinya menggunakan motor sport.
Hingga pria itu pun langsung saja naik dan mereka melarikan diri sehingga bebas dari kejaran polisi. Lalu kedua pria itu berhenti di salah satu tempat yang menurut mereka sudah aman.
"Bagaimana? Apa kau sudah cukup lega?" Tanya Riko.
"Ya, untung saja kau cepat datang. Lagipula aku tadi bisa terlambat melarikan diri juga gara-gara wanita gila itu. Sepertinya aku sudah pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya, tetapi yang jelas setiap bertemu dengannya, aku selalu saja sial," ucap Kenzo.
"Oh ya? Apa maksudmu wanita yang tadi menarik tanganmu itu?" Tanya Riko.
"Ya, dia memintaku untuk menyerahkan diri kepada polisi. Aku rasa itu orang sakit jiwa," jawab Kenzo.
"Memangnya apa yang terjadi dengan kalian tadi, sampai dia menarik tanganmu dan memintamu untuk menyerahkan diri ke polisi? " Tanya Riko lagi.
"Tadi aku tidak sengaja menabraknya, lalu kita berdua sama-sama terjatuh. Tetapi dia menimpa tubuhku, kenapa harus dia yang jadi marah-marah," gerutu Kenzo dengan kesal.
Sehingga membuat Riko pun tersenyum menatap wajah sahabatnya itu.
"Kenapa kau menatapku dan tersenyum seperti itu?" Tanya Kenzo.
"Tidak apa-apa, aku sudah lama saja tidak mendengarmu mengoceh karena seorang wanita," kata Riko.
"Ah sudahlah kau tidak perlu membahas itu lagi. Sekarang kita pikirkan bagaimana teman-teman kita yang sudah tertangkap oleh polisi," kata Kenzo.
"Ya, kau benar, kita harus menolong mereka, tidak mungkin kita membiarkan mereka kesusahan," kata Riko.
"Lebih baik kita bahas soal ini dengan ketua geng yang baru. Dia tidak bisa membalikkan telapak tangannya begitu saja, sementara anggota kita berada di kantor polisi. Yang aku lihat dia juga melarikan diri terlebih dulu daripada kita," kata Kenzo.
"Ya sudah, lebih baik sekarang kita ke markas," ajak Riko.
Lalu mereka berdua pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke markas Geng Motor Eagle.
*****
"Di, kamu baik-baik aja 'kan?" Tanya Sasa saat mereka dalam perjalanan menuju pulang ke rumah.
"Iya aku baik-baik aja kok, kamu nggak usah khawatir ya," jawab Diandra.
"Iya, lagipula 'kan kamu yang menimpa cowok itu. Asik dong peluk-pelukan sama cowok yang nggak dikenal, aku yakin deh pasti cowok itu cakep," ledek Sasa.
"Apaan sih Sa, cowok pakai helm seperti gitu dibilang cakep. Aneh-aneh aja deh kamu. Lagipula cowok itu anak geng motor, mau secakep apa pun tetap aja nggak ada yang benar. Pakai tawuran di jalan lagi, benar-benar meresahkan," gerutu Diandra yang terlihat sangat kesal.
"Sudah, kamu tuh nggak boleh lah terlalu membenci geng motor seperti itu, gimana coba kalau tiba-tiba jodoh kamu anak geng motor? Lagipula nggak semua anak geng motor itu buruk kok," ujar Sasa.
"Whatever, aku tetap nggak akan pernah tertarik sama anak geng motor. Kamu 'kan sudah dengar sendiri aku bilang kalau aku nggak mau kenal sama cowok atau apapun yang berbau dengan geng motor," ucap Diandra mengingatkan.
"Hm, lihat aja nanti," cibir Diandra, lalu ia pun fokus untuk menyetir.
Sedangkan Diandra memutar bola mata malas, lalu pandangannya juga lurus ke depan.
Hingga tidak berapa lama kemudian mereka telah tiba di rumah Diandra, Sasa pun langsung berpamitan pulang ke rumah meskipun Diandra sudah menawarkannya untuk mampir. Karena Sasa juga merasa tubuhnya begitu lelah setelah tadi mereka membersihkan toilet dan ingin cepat-cepat beristirahat di rumah.
Begitu pula dengan Diandra, karena tubuhnya begitu lelah, selesai makan malam ia pun langsung berpamitan kepada sang ayah untuk langsung tidur dan terbangun keesokan harinya.
*****
"Pagi Pa, ucap Diandra yang melihat ayahnya sedang menyiapkan sarapan berupa nasi goreng untuk mereka berdua.
Ya semenjak kepergian ibunya, ayahnya itu sudah terbiasa untuk menyiapkan sarapan. Bahkan malam hari jika Diandra sudah lelah, maka ayahnya jugalah yang akan menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Pagi anak Papa, sudah bangun kamu?" Tumben cepat bangunnya," kata Danu Oliver Jhonson, ayah Diandra.
"Iya Pa, soalnya tadi malam aku capek banget, jadi tidurnya cepat dan bangunnya juga nggak kesiangan deh," jawab Diandra.
"Oh … ternyata ada bagusnya juga ya kamu dihukum seperti itu, jadi tidak tidur larut malam," ucap Danu.
"Ih … Papa, malah diledekin lagi anaknya," gerutu Diandra yang mengerucutkan bibirnya itu.
"Jangan ngambek dong, Papa 'kan hanya bercanda. Oh iya Papa minta maaf ya, kemarin Papa buru-buru pergi dulu karena ada meeting di perusahaan. Pak Harry meminta Papa menangani suatu proyek untuk pertama kalinya dan jika berhasil, Papa akan dipromosikan naik jabatan," ucap Danu.
"Oh ya? Bagus dong Pa, aku doakan mudah-mudahan Papa berhasil ya Pa. Ayahnya Sasa itu benar-benar baik banget ya," ucap Diandra.
"Terima kasih ya Sayang doanya. Kamu benar, selama Papa bekerja, baru kali ini Papa bertemu dengan bos yang baik seperti Papanya Sasa. Ya mungkin juga karena dia adalah ayah dari sahabat kamu, untuk itu Pak Harry ingin menolong Papa," ucap Danu.
"Ya nggak seperti itu juga lah Pa. Memang Om Harry itu baik, baik banget malahan, sama seperti anaknya. Tapi jika Om Harry memberikan kepercayaan kepada Papa, itu juga karena keahlian Papa. Aku yakin kok suatu saat nanti Papa pasti akan sukses lagi seperti dulu," ucap Diandra mengingat jika dulu memang ayahnya itu pernah memiliki perusahaan sendiri meskipun kecil. Akan tetapi gagal dan bangkrut karena ditipu oleh temannya sendiri.
"Terimakasih ya Sayang," ucap Danu lalu memeluk sang buah hati.
Sejak kepergian sang ibu lalu disusul oleh adiknya, kini Diandra hanya hidup berdua saja sang ayah. Mereka hidup saling menyayangi, Diandra sangat berbahagia memiliki ayah yang begitu baik dan tulus seperti Danu. Ia berjanji suatu saat nanti akan membuat ayahnya bangga dan selalu membahagiakan orang tuanya itu.
*****
Berbeda halnya dengan kediaman keluarga Matthew, meskipun saat ini Kenzo hanya tinggal berdua bersama dengan ayahnya, ia sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dari Bram meskipun ia adalah anak satu-satunya. Bahkan semenjak kepergian ibunya, ayahnya semakin terlihat acuh tak acuh dan semakin tak peduli terhadap anaknya sendiri. Hanya uang saja yang bisa ia berikan kepada Kenzo, tanpa memikirkan bagaimana kehidupan Kenzo.
"Mau kemana kamu Kenzo?" Tanya Bram saat melihat Kenzo yang sudah rapi dan hendak pergi.
"Ya mau ke kampus lah Pi, memang mau kemana lagi," jawab Kenzo.
"Ke kampus mana maksud kamu? Kamu lihat ini," ucap Bram sembari mencampakkan selembar kertas, hingga melayang di atas meja.
Kenzo pun langsung saja mendekati Bram yang duduk di ruang keluarga, lalu meraih kertas tersebut. Setelah membacanya, Kenzo sangat terkejut melihat apa yang tertulis di atas kertas itu.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments