Keduanya saling bertatapan sejenak, hingga di saat itu pun Diandra ingat tujuannya menghampiri pria tersebut.
"Heh kamu itu tidak punya mata ya, kamu bisa lihat 'kan jika di sini ada taksi, kenapa kamu harus berhenti mendadak seperti itu? Aku ini sedang buru-buru," oceh Diandra yang begitu kesal.
Akan tetapi pria tersebut malah memutar bola matanya malas, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Hei kamu itu budek ya? Atau kamu nggak bisa ngomong?" Tanya Diandra karena melihat pria tersebut hanya diam saja.
"Sudah puas ngomel-ngomelnya?" Tanya pria tersebut.
Lalu pria itu mengenakan helmnya kembali dan melajukan motornya itu tanpa memperdulikan Diandra sama sekali.
"Heh, pria tidak tahu sopan santun!" Teriak Diandra, hingga pria tersebut bersama motor sport-nya sudah tak terlihat lagi dari pandangan matanya.
Din … din …
"Nona, ayo kita pergi dari sini. Jika tidak malah kita yang akan menyebabkan kemacetan," ucap supir taksi yang membunyikan klakson taksinya itu.
Langsung saja Diandra masuk ke dalam taksi tersebut, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju ken kampus.
*****
Setibanya di kampus, Diandra tampak berlarian menuju ke kelasnya. Akan tetapi sayangnya pada saat itu ia melihat sang dosen yang sedang memberikan materinya dan itu artinya Diandra memang sudah terlambat, bahkan sangat-sangat terlambat karena sudah lebih 15 menit dari seharusnya ia hadir. Di saat itu Diandra berdiri di samping jendela yang kebetulan ada sahabatnya duduk di samping jendela tersebut.
"Hust … ." Diandra memanggil sahabatnya itu dengan suara isyarat.
Sasa yang mendengar akan hal itu pun segera saja melihat ke arah sahabatnya, lalu Diandra memberikan isyarat kepada Sasa agar ia bisa masuk ke dalam kelas.
"Apakah kalian mengerti?" Tanya dosen, sehingga membuat Sasa pun terkejut dan langsung melihat ke arah dosen tersebut.
Sembari ia memikirkan cara bagaimana caranya agar bisa membuat Diandra masuk ke dalam kelas.
Lalu Sasa berjalan mendekati dosen dan ia pun menanyakan 1 materi yang ia katakan tidak mengerti dan meminta untuk mendengar penjelasannya secara langsung, sembari menghalangi dosennya itu agar tidak melihat ke arah pintu.
Dengan seperti itu, segera saja Diandra membuka pintu secara perlahan, lalu masuk ke dalam kelas.
"Berhenti!" Teriak dosen dengan tegas.
Sayangnya dosen tersebut sudah melihat Diandra, hingga pada akhirnya Diandra dan juga Sasa yang diduga telah bersekongkol dengan Diandra diusir keluar dari kelas dosen tersebut. Dan setelah kelas berakhir, mereka berdua diminta untuk menemui dosen tersebut di ruangannya.
*****
"Pak, maaf ya Pak. Saya sama sekali tidak bermaksud kok, tapi memang tadi saya kasihan Pak melihat Diandra. Karena jika dia tidak mengikuti materi Bapak, 'kan pastinya dia akan sangat ketinggalan. Karena materi Bapak ini benar-benar sangat penting," ucap Sasa yang mencoba untuk membela dirinya dan juga sahabatnya itu.
"Iya Pak, maafkan kami ya. Kami janji tidak akan melakukan hal ini lagi. Tadi saya itu terkena macet Pak di jalan, maka dari itu saya terlambat," terang Diandra.
"Itu hanya alasan kamu saja, buktinya teman-teman kamu yang lain tidak ada yang terlambat," kata dosen killer itu.
"Maaf Pak, sebenarnya tadi malam saya tidak bisa tidur, sehingga membuat saya menjadi bangun kesiangan. Tapi saya juga tidak bohong kok Pak, kalau di jalan tadi saya memang terkena macet," ucap Diandra yang berkata jujur.
"Sekarang saja kamu baru berkata jujur. Keputusan saya sudah bulat, kalian berdua tidak boleh mengikuti kelas saya sampai semester ini berakhir.
"Hah?" Diandra dan Sasa sama-sama terkejut mendengarnya.
"Jangan dong Pak, tolong kami Pak. Materi Bapak benar-benar sangat penting Pak untuk hidup kami di kampus ini, tolong ya Pak," ucap Sasa memohon.
"Iya Pak, beri kami hukuman lain saja ya," pinta Diandra pula.
"Saya akan tetap mengizinkan kalian berdua untuk masuk ke kelas saya berikutnya, tetapi dengan hukuman kalian harus membersihkan seluruh toilet kampus yang ada di lantai bawah," kata dosen tersebut.
"Tapi Pak-" bantah Sasa, tetapi langsung saja dicela oleh sahabatnya itu.
"Iya Pak siap. Apapun hukumannya pasti akan kamu lakukan, termasuk apa yang Bapak katakan tadi. Yang penting kami bisa mengikuti kelas Bapak yang selanjutnya," kata Diandra menyetujui.
*****
"Duh … capek banget. Ini semua gara-gara kamu tahu nggak Di, kalau tadi kamu nggak terlambat dan tidak menerima hukuman dari dosen killer itu, kita tidak akan seperti ini. Ini sih gila, kita membersihkan 10 toilet di hari yang sama, dari siang sampai kampus sudah terlihat sepi seperti ini dan kita masih berada di sini," kata Sasa yang tampak bersandar lesu.
"Ya aku minta maaf deh. Terus mau bagaimana lagi? Daripada kita tidak bisa ikut kelas dosen killer sampai akhir semester dan nantinya kita harus mengulang lagi di semester ini bagaimana? Aku nggak mau Sa. Kamu 'kan tahu sendiri bagaimana usaha Papa aku yang hanya bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Papa kamu untuk menguliahkan aku. Saat ini aku juga belum mendapatkan pekerjaan lagi, supaya aku bisa membantu Papa," kata Diandra yang membuat Sasa pun terdiam dan tampak sedih.
Memang kondisi keuangan keluarga Diandra tidak sebaik kondisi keluarga Sasa. Sasa merupakan anak tunggal dari pasangan yang kaya raya, sehingga apapun yang dimintanya selalu dituruti. Akan tetapi jika Sasa menawarkan bantuan berupa uang kepada Diandra, pasti Diandra selalu menolaknya, meskipun keduanya sudah bersahabat cukup lama. Bagi Diandra dengan ayahnya bisa bekerja di perusahaan ayah Sasa saja sudah membuat Diandra merasa bersyukur dan berterimakasih.
"Ya sudah, semuanya juga sudah terjadi 'kan. Kalau begitu sekarang kita cari minuman segar, setelah itu aku antar kamu pulang ya," kata Sasa yang memang sudah sering mengantar sahabatnya itu pulang, meskipun terkadang Diandra suka menolaknya dengan alasan tidak mau merepotkan Sasa.
"Oke," jawab Diandra yang merasa tubuhnya sudah sangat lelah, sehingga ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Lalu mereka berdua pun pergi meninggalkan kampus dan menuju pulang ke rumah.
*****
Saat di dalam perjalanan, tiba-tiba saja ada kemacetan yang membuat orang-orang tampak menjauh dan juga tidak berani melewati jalan tersebut. Diandra dan Sasa pun segera saja turun dari mobil untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Pak, ini ada apa ya? Kenapa jalanan jadi macet seperti ini, lalu kenapa kalian semua menjauh?" Tanya Diandra kebingungan.
Itu Nona, di depan sana ada tawuran antar geng motor. Jadi tidak ada yang berani mendekat karena takut menjadi sasarannya," jawab seorang bapak paruh baya.
"Geng motor lagi? Ini benar-benar keterlaluan," umpat Diandra. "Sa, kita harus ke sana sekarang, aku tidak mau ada yang menjadi korban lagi setelah Adik aku," ucapnya yang langsung berjalan mendekati tempat dimana terlihat para pria yang sedang tawuran.
Dengan cepat Sasa berlari mengejar dan menarik tangan sahabatnya itu.
"Jangan gila deh Di, kamu mau cari mati. Kalau kamu ke sana yang ada kamu yang akan dikeroyok oleh mereka. Lebih baik kamu nggak usah ikut campur," kata Sasa yang kebetulan ucapannya itu didengar oleh orang di sekitar.
"Iya Nona, lebih baik Anda jangan ikut campur. Tenang saja kami sudah menelepon polisi dan sebentar lagi polisi akan datang," kata seorang pria muda.
"Tuh kamu dengar sendiri 'kan. Jadi jangan nekat untuk mengantar nyawa ke sana. Memangnya kamu pikir dengan kamu ke sana, mereka akan berhenti tawuran, mereka akan mendengar ucapan kamu, begitu?" Kata Sasa yang membuat Diandra pun terdiam dan membenarkan apa kata sahabatnya itu.
Wi … yu … wi … yu
Saat mendengar suara sirine mobil polisi, membuat para geng motor yang terlibat tawuran dan diduga sebagian adalah mahasiswa itupun segera saja bubar dan melarikan diri dengan berlarian ke segala arah. Akan tetapi banyak juga di antara mereka yang tertangkap oleh polisi.
Hingga di saat itu pun ada beberapa orang yang tampak sedang berlari ke arah Diandra dan Sasa. Salah satunya malah tidak sengaja menabrak Diandra yang membuat keduanya pun sama-sama terjatuh dengan posisi berpelukan dan tubuh Diandra yang ada di atas tubuh pria tersebut.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments