Pagi yang sibuk

Kesibukan pagi terlihat jelas di dalam rumah sederhana dengan cat dominan berwarna cream. Dua orang itu terlihat sibuk bersiap-siap karena harus segera berangkat. Kinanti masih harus menghabiskan segelas susu yang sudah disiapkan ayahnya serta mengunyah dengan cepat dua telor ceplok yang juga disiapkan Lukman.

Sementara itu Lukman masih berada di kamarnya, memakai kemeja dengan tergesa-gesa karena hari semakin siang.

“Ayah, apa setiap pagi kita harus berangkat sepagi ini?” Kinanti membawa sarapan sang ayah ke ruang tamu. Tempat terdekat dengan kamar Lukman.

“Nggak nak, kali ini aja. Katanya mau ada demo jadi kita harus lewat jalan protocol sebelum pendemo datang. Kalau terlambat sedikit saja, kita gak bisa lewat sama sekali. Kita harus mengambil jalur memutar dan sudah pasti akan kesiangan.”

Lukman baru selesai menyisir rambutnya yang mulai menipis, mungkin karena usianya yang sudah tidak muda lagi.

Ia duduk di kursi tamu dan meminum kopi hitam buatan putrinya. Roti bakarpun ia kunyah dengan cepat bersamaan dengan tablet multi vitamin yang rajin ia konsumsi setiap hari.

“Kenapa ayah gak bilang kalau mau ada demo. Tau gitu kan aku bangun lebih pagi.” Kinanti memakai sepatunya di anak tangga terakhir, ia begitu tergesa-gesa.

“Ayah baru ingat, itupun di kasih tau sama temen ayah. Mana ayah ada meeting pagi hari ini.” Lukman melihat jam di tangannya dan sudah semakin siang.

Ia segera menyuapkan roti bakar buatan Kinanti.

“Ayo kita berangkat. Sebentar lagi beberapa ruas jalan akan di tutup.” Kopi itu terpaksa hanya diminum setengahnya dan Lukman bergegas masuk ke mobil untuk menghangatkan mesin mobilnya.

“Iya ayah.” Kinanti mengikat tali sepatunya dengan cepat. Hah, harusnya ia memasangkan tali sepatu dari kemarin, bukan baru pagi ini.

Setelah siap, ia menyambar roti bakar sisa dan tasnya, berlari keluar rumah dan mengunci pintu. Sementara di mulutnya masih ada potongan roti bakar yang akan ia habiskan.

“Kebiasaan, makan sambil jalan.” Protes Lukman saat Kinanti masuk ke dalam mobil dan duduk disampinya. Roti bakar itu masih ada di mulut putrinya dan belum selesai di makan.

“Gag kegugu.” Ucapnya tidak jelas. Melihat Lukman yang menatapnya, Kinanti segera mengambil alih roti di mulutnya dan tersenyum kecil.

“Maaf ayah, gak keburu.” Ia mengulangi kalimatnya.

“Biasakan, telen dulu, baru ngomong. Apalagi Kinan anak perempuan. Harus menjaga etika dan sopan santun.” Lukman masih memberi pesan sambil memarkirkan mobilnya keluar dari halaman yang tidak terlalu luas.

“Iya ayah. Tapi ayah juga jangan lupa, nanti rapihkan kerah baju ayah yang masih berdiri sebelah. Jangan sampe di kira habis maling ayam.” Kinanti balas mengingatkan.

“Nakal kamu.” Lukman tersenyum mendengar ledekan putrinya. satu tangannya mengendalikan setir sementara tangan satunya merapikan kerah baju. Ia melihat penampilannya dari cermin visor di hadapannya.

"Udah, udah ganteng." Goda Kinanti yang membuat sang ayah terkekeh.

Perjalanan menuju sekolah Kinanti dimulai. Dalam kondisi jalanan lancar, harusnya bisa di tempuh hanya dengan waktu sekitar setengah jam saja. Lebih lama karena mereka masuk jalur one way dan harus berputar di bunderan. Bunderan ini yang tingkat kemacetannya paling tinggi.

“Yah, kenapa sih Kinan sekolahnya harus di sekolah itu? Kan kejauhan, yah. Lagian sekolah itu SPP nya mahal banget, lebih dari dua kali lipat di sekolah biasanya. Kinan liat bayang banget biaya lain yang harus di bayar apalagi di tahun akhir pembelajaran ini.” Protes Kinanti. Padahal ia melihat ada sekolah lain yang lebih dekat dengan rumahnya.

Semalam, Kinanti sudah mengecek biaya pendidikan di sana. Jumlah uang yang dibayarkan Lukman tidaklah sedikit untuk membayar satu tahun akhir sebelum ia lulus.

"Biaya sekolah di Jakarta memang gak murah. Apalagi sekolah swasta dan bertaraf internasional. Tapi tidak masalah selama itu bisa membuat putri ayah semakin berkembang dan meningkatkan pengetahuan Kinan di bidang pelajaran. Katanya banyak peluang untuk bisa di terima di perguruan tinggi terkenal. Sekolah itu juga di dukung oleh beberapa yayasan pendidikan yang besar."

"Lagi pula, sekolah itu rekomendasi dari guru Kinan di Bandung. Kinan banyak pindah-pindah sekolah, beberapa sekolah mungkin gak bisa nerima Kinan. Dan guru Kinan merekomendasikan sekolah itu dengan jaminan Kinan anak berprestasi dan bisa mengejar ketertinggalan. Dia sudah menghubungi kenalannya dan katanya bisa terima murid pindahan tahun akhir.” Terang Lukman apa adanya.

Kinanti mengangguk paham, walau sebenarnya ia masih tidak bisa terima.

“Di sekolah itu, banyak anak orang kaya. Katanya sih aman, gak ada pembulyan dan sebagainya. Tapi ayah tetep khawatir sama Kinan. Nanti, kalau ada yang ngebuly Kinan, baik itu secara fisik, psikis ataupun mental, Kinan bilang sama ayah. Ayah usahakan cari sekolah lain yang lebih baik lagi. Ayah gak mau anak ayah direndahkan oleh orang lain hanya karena mereka lebih berduit.” Ungkap Lukman dengan penuh kesungguhan.

“Ayah tenang aja, ayah kan tau siapa Kinan. Gak mungkin Kinan nerima gitu aja direndahkan sama orang lain. Ayah aja yang ngebesarin Kinan gak pernah ngebentak Kinan apalagi mukul Kinan, masa orang lain Kinan biarin ngelakuin hal jahat sama Kinan.” Tekad Kinan dengan meyakinkan.

“Bagus, itu baru anak ayah. Bagaimanapun, gak boleh ada yang ngerendahin anak ayah. Atau melecehkan Kinan.” Timpal Lukman dengan penuh kesungguhan.

Kinanti hanya tersenyum mendengar pesan dari sang ayah. Ia selalu berusaha terlihat kuat dan berani di hadapan Lukman. Karena ia tidak mau Lukman terlalu mencemaskannya.

Lampu merah menyala terang dan mobil Lukman pun terpaksa berhenti bersama kendaraan lainnya. Kinanti memperhatikan jalan disekitaran yang ia lewati. Ia mencoba menghafalnya agar saat ia harus berangkat dan pulang sendiri, ia tidak tersesat. Ia mencatat kendaraan umum apa saja yang melewati jalanan ini.

Tanpa sengaja, pandangannya terhenti pada seorang pengendara motor yang berada di barisan paling depan. Celah antar kendaraan di depannya yang cukup renggang, membuat Kinanti bisa melihat plat nomor motor tersebut. Entah mengapa ia merasa cukup familiar dengan flat nomor itu. Entah dimana ia pernah melihatnya.

“Nanti sore, Kinan jangan pulang terlalu sore ya. Takutnya ayah pulang terlambat karena ini hari pertama kerja. Jadi Kinan usahakan pulang siang, supaya masih banyak kendaraan umum.”

Pesan Lukman membuyarkan pikiran Kinanti.

“Iya ayah.” Sahutnya sambil tetap memperhatikan motor yang lurus dengan barisan duduknya.

Lampu lalu lintas kembali hijau dan motor itu sudah melaju dengan cepat, meninggalkan ia yang masih harus berbagi jalanan dengan pengendara lain. Di benaknya ia msih berpikir,

"Dimana aku pernah melihat motor itu?" gumam Kinan.

Ia iseng mencatat plat nomor itu di buku catatannya. Mungkin saja ia akan memerlukannya suatu waktu nanti.

****

Terpopuler

Comments

♡ꪀo𝒗eꪶᵢₛₜ 𝓐𝓵𝓮𝓽𝓽𝓱𝓮𝓪♪♪

♡ꪀo𝒗eꪶᵢₛₜ 𝓐𝓵𝓮𝓽𝓽𝓱𝓮𝓪♪♪

Seru Thor ceritanya

2023-06-30

1

Ririn

Ririn

penasaran sma nya kinan dmn kak Nay?

2023-06-29

1

Ririn

Ririn

wkkkk

2023-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Anak kota
2 Rahasia ayah
3 Dua malam yang berbeda
4 Pagi yang sibuk
5 Sekolah baru
6 XII Ipa 2
7 Demian VS Kala
8 Masa lalu
9 Hari yang berjalan
10 Mini Market
11 Toilet Sekolah
12 Intimidasi
13 Kecemasan
14 Kotak makanan
15 Kesedihan ayah
16 Negosiasi
17 Titik balik
18 Tolong aku,
19 Menyerah
20 Kelompok yang berbeda
21 Uji coba
22 Cap cip cup
23 Keterpurukan yang merubah segalanya
24 Pandangan berbeda
25 Kekhawatiran
26 Kinan sayang ayah
27 Kawan lama
28 Berkat seseorang
29 Perpus
30 Soft boy become bad boy
31 Menggebu
32 Menguping
33 Apa harus pergi?
34 Nasi goreng spesial
35 Menantang rasa takut
36 Hubungan apa?
37 Loyalitas
38 Perbedaan pesan
39 Tawaran menarik
40 Mendukung teman
41 Undangan
42 Cita-cita
43 Syal
44 Rahasia
45 Preman
46 Rumah sakit
47 Pelaporan
48 Kecemasan
49 Di depan mata
50 Pesan Kala
51 Tidak sejalan
52 Permintaan
53 Hambatan untuk pulang
54 Cangggung
55 Hari yang dinanti
56 Mencari ayah
57 Pengingkaran
58 Kepulangan
59 Permakluman
60 Menyelidik
61 Usulan
62 Usaha
63 Menenangkan Kala
64 Mengalah
65 Waktu berdua
66 Ketidaksukaan
67 Pecundang
68 Mengkhawatirkan orang yang salah
69 Toko buku
70 Kotak pensil
71 Stetoscope dan teman-temannya
72 Memojokkan
73 Selisih
74 Semangat dari ayah
75 Kunjungan pagi
76 Rencana
77 Pendamping
78 Seseorang yang mendekat
79 Berusaha keras
80 Kegelisahan Kala
81 Ancaman tidak berarti
82 Dukungan orang tua
83 Menegangkan
84 Menyisir
85 Korban
86 Presentasi
87 Rasa berdebar
88 Keterpurukan
89 Nyaris menyerah
90 Penjuangan panjang
91 Dorongan untuk mendekat
92 Mengabaikan yang tidak perlu
93 Self reward
94 Menghadapi perasaan sama-sama
95 Matahari yang tersenyum
96 Keterikatan tidak terduga
97 Pengakuan
98 Janji kedua
99 Kinan Ame-kala
100 Hubungan yang aneh
101 Takdir sebuah kejutan
102 Perjalanan panjang
103 Saling memperdulikan
104 Semur ayam
105 Kenyataan
106 Hanya memiliki diri sendiri
107 Penyesalan
108 Roti penyelamat
109 Pagi yang mendebarkan
110 Pagi yang baru
111 Bangkai yang merebak
112 Dukungan teman
113 Kunjungan kejutan
114 Pertemuan di malam hari
115 Samar bayang
116 Salah satu penyemangat ayah
117 Putusan
118 Kekompakan
119 Pilihan untuk menghadapi masalah
120 Selesai disini
121 Setiap orang punya sesal
122 Teman baru
123 Berakhir
124 Pamit
125 Permintaan penting ayah
126 Pencapaian
127 Tawa berubah duka
128 Nasihat Ayah
129 Pantai
130 Hari yang indah
131 Tetaplah di sini
132 Dia yang harus pergi
133 Kinanti
134 Mengenang
135 Memiliki satu sama lain
136 Makan malam
137 Tamu tak diundang
138 Kesepakatan
139 Pesan Ayang
140 Kalantara
141 Kinanti ame Kala
142 Ending?
143 Give Away time!!!!!
144 Pengumuman GA
145 Good news
146 Gasha
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Anak kota
2
Rahasia ayah
3
Dua malam yang berbeda
4
Pagi yang sibuk
5
Sekolah baru
6
XII Ipa 2
7
Demian VS Kala
8
Masa lalu
9
Hari yang berjalan
10
Mini Market
11
Toilet Sekolah
12
Intimidasi
13
Kecemasan
14
Kotak makanan
15
Kesedihan ayah
16
Negosiasi
17
Titik balik
18
Tolong aku,
19
Menyerah
20
Kelompok yang berbeda
21
Uji coba
22
Cap cip cup
23
Keterpurukan yang merubah segalanya
24
Pandangan berbeda
25
Kekhawatiran
26
Kinan sayang ayah
27
Kawan lama
28
Berkat seseorang
29
Perpus
30
Soft boy become bad boy
31
Menggebu
32
Menguping
33
Apa harus pergi?
34
Nasi goreng spesial
35
Menantang rasa takut
36
Hubungan apa?
37
Loyalitas
38
Perbedaan pesan
39
Tawaran menarik
40
Mendukung teman
41
Undangan
42
Cita-cita
43
Syal
44
Rahasia
45
Preman
46
Rumah sakit
47
Pelaporan
48
Kecemasan
49
Di depan mata
50
Pesan Kala
51
Tidak sejalan
52
Permintaan
53
Hambatan untuk pulang
54
Cangggung
55
Hari yang dinanti
56
Mencari ayah
57
Pengingkaran
58
Kepulangan
59
Permakluman
60
Menyelidik
61
Usulan
62
Usaha
63
Menenangkan Kala
64
Mengalah
65
Waktu berdua
66
Ketidaksukaan
67
Pecundang
68
Mengkhawatirkan orang yang salah
69
Toko buku
70
Kotak pensil
71
Stetoscope dan teman-temannya
72
Memojokkan
73
Selisih
74
Semangat dari ayah
75
Kunjungan pagi
76
Rencana
77
Pendamping
78
Seseorang yang mendekat
79
Berusaha keras
80
Kegelisahan Kala
81
Ancaman tidak berarti
82
Dukungan orang tua
83
Menegangkan
84
Menyisir
85
Korban
86
Presentasi
87
Rasa berdebar
88
Keterpurukan
89
Nyaris menyerah
90
Penjuangan panjang
91
Dorongan untuk mendekat
92
Mengabaikan yang tidak perlu
93
Self reward
94
Menghadapi perasaan sama-sama
95
Matahari yang tersenyum
96
Keterikatan tidak terduga
97
Pengakuan
98
Janji kedua
99
Kinan Ame-kala
100
Hubungan yang aneh
101
Takdir sebuah kejutan
102
Perjalanan panjang
103
Saling memperdulikan
104
Semur ayam
105
Kenyataan
106
Hanya memiliki diri sendiri
107
Penyesalan
108
Roti penyelamat
109
Pagi yang mendebarkan
110
Pagi yang baru
111
Bangkai yang merebak
112
Dukungan teman
113
Kunjungan kejutan
114
Pertemuan di malam hari
115
Samar bayang
116
Salah satu penyemangat ayah
117
Putusan
118
Kekompakan
119
Pilihan untuk menghadapi masalah
120
Selesai disini
121
Setiap orang punya sesal
122
Teman baru
123
Berakhir
124
Pamit
125
Permintaan penting ayah
126
Pencapaian
127
Tawa berubah duka
128
Nasihat Ayah
129
Pantai
130
Hari yang indah
131
Tetaplah di sini
132
Dia yang harus pergi
133
Kinanti
134
Mengenang
135
Memiliki satu sama lain
136
Makan malam
137
Tamu tak diundang
138
Kesepakatan
139
Pesan Ayang
140
Kalantara
141
Kinanti ame Kala
142
Ending?
143
Give Away time!!!!!
144
Pengumuman GA
145
Good news
146
Gasha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!