Rahasia ayah

Setelah terjebak kemacetan beberapa lama, akhirnya Lukman dan Kinanti tiba di halaman sebuah rumah sederhana di salah satu sudut kota Jakarta. Rumah ini akan menjadi tempat tinggal bersama Lukman selama mereka tinggal di Jakarta. Rumahnya memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk ditinggali oleh ayah dan anak tersebut.

Menahan keinginan miksinya, membuat Kinanti kesakitan. Saat mobil berhenti, ia segera turun dan berlari ke pintu.

“Ayah, kuncinya mana?” teriak Kinanti yang sudah tidak kuat menahan kandung kemihnya yang penuh.

“Sebentar Kinan.” Lukman segera turun dan menyusul putrinya.

Kinanti sudah tidak bisa menahannya. Ia berjinjit-jinjit kecil sambil memegangi perutnya saat Lukman membuka pintu rumah. Ia sudah berkeringat dingin.

“Toiletnya di sebelah dapur.” Teriak Lukman saat pintu berhasil terbuka.

Kinanti tidak menyahuti, ia segera berlari masuk kemudian hanya suara pintu tertutup saja yang di dengar Lukman.

“Dasar anak kecil. Ckckckck....” Ujar Lukman sambil tersenyum kecil melihat tingkah putrinya.

“Hah ....” Kinanti menghembuskan nafasnya lega setelah akhirnya bisa membuang cairan dari dalam kandung kemihnya ini. Rasanya lega sekali.

Setelah selesai, ia baru sadar kalau kamar mandi yang ia tuju sangatlah lucu. Warna keramiknya merah muda, seperti warna kesayangan gadis pada umumnya. Kamar mandinya juga sangat bersih. Sepertinya pemilik rumah sebelumnya merawat rumah ini dengan baik.

“Ayah, kamar mandinya bersih banget.” Cicit Kinanti setelah keluar dari kamar mandi dan menemui Lukman.

Laki-laki itu sedang menurunkan barang-barang mereka dan Kinanti segera ikut membantu.

“Iya, pemilik sebelumnya sangat menjaga rumah ini, jadi semua ruangannya sangat bersih.” Sahut Lukman, mengoper tas tenteng berisi makanan bekal mereka, pada Kinanti.

“Pantesan. Ini kita ngontrak berapa lama ayah?” Kinanti menaruh tas berisi makanan itu di atas meja yang ada di teras rumah.

“Kita gak ngontrak, ayah dapet rumah ini over credit dari temen ayah. Kita tinggal lunasin sisa cicilan rumah ini selama satu tahun ke depan.” Terang Lukman. Ia menurunkan koper yang berukuran cukup besar dan menaruhnya di dekat pintu.

“Hah, beneran ayah? Jadi nanti rumah ini akan jadi rumah kita?” seru Kinanti dengan mata berbinar.

Lukman berhenti sejenak untuk tersenyum dan mengiyakan pertanyaan putrinya.

“Iyaaa. Ayah kan udah pernah bilang, nanti kita akan menetap di ibu kota, supaya kalau kamu mau mengakses apapun lebih mudah. Gak tertinggal seperti waktu kamu tinggal di daerah.”

“Untungnya, uang tabungan ayah cukup untuk over credit rumah ini. Jadi rumah ini akan menjadi rumah kita selamanya.” Ungkap Lukman.

“Akhirnyaaaaa, kita benar-benar punya rumah ayah. Gak tinggal di mes karyawan atau kontrakan lagi. Makasih banyak ayah ....” Kinanti berhambur memeluk Lukman yang berkeringat.

“Hahahaha iyaa... maaf yaa, karena kamu cukup lama harus tinggal di rumah kontrakan yang jauh dari kata layak. Ayah harap, walaupun rumah ini sederhana, kamu bisa kerasan tinggal di sini.” Ungkap Lukman sambil mengusap pucuk kepala putrinya lalu mengecupnya.

“Eeemmm ... kenapa ayah minta maaf segala. Ayah udah berusaha keras untuk Kinan, Kinan akan merawat rumah ini dengan baik."

"Selain itu, dengan rumah yang nyaman, Kinan akan semakin giat belajar untuk mengejar cita-cita Kinan, supaya kelak ayah hanya perlu duduk manis dan Kinan yang akan memenuhi semua kebutuhan ayah. Ayah harus bahagia dan tenang di masa tua ayah nantinya.” Ungkap Kinanti penuh kesungguhan.

“Iya nak.” Mata Lukman berkaca-kaca mendengar penuturan ayahnya. Ia sampai tidak bisa berkata-kata. Kalimat Kinanti yang manis seperti ini selalu berhasil membuat hatinya meleleh sekaligus memberinya asupan semangat.

“Syukurlah kalau Kinan mau merawat rumah ini. Kita beruntung karena mendapatkan rumah yang sudah dilengkapi dengan tempat tidur dan furnitur penting lainnya. Kamar Kinan bahkan sudah siap di lantai atas. Pergilah untuk melihat.”

“Eeemmm terima kasih banyak, ayah." Kinanti mengeratkan pelukannya beberapa saat.

"Kalau gitu, Kinan mau liat-liat dulu ya ayah. Beberapa barang, Kinan bawa masuk." Ujarnya dengan semangat.

"Iya, pergilah."

Dengan tangannya yang kurus, Kinanti mengangkut satu per satu barang yang bisa ia bawa masuk. Mengumpulkannya di ruang tamu, agar mudah untuk ia rapikan.

"Ayah, yang ini kamar ayah kan?” teriak Kinanti dari pintu. Ia menunjuk satu kamar paling besar di lantai satu.

“Iya. Ayah menjelang tua, kalau kamar ayah di atas, nanti repot naik turun tangganya.”

“Nggak lah, ayah selalu muda. Dan harus selalu muda serta penuh semangat. Karena, ayah harus selalu ada di samping Kinan, sampai kapanpun.” Tegas Kinanti.

Lukman hanya tersenyum kelu, lantas menganggukkan kepalanya pada Kinanti. Ia selalu suka melihat senyum ceria yang terbit dari bibir putrinya.

“Kinan bawa barang ayah masuk yah.” Kinanti menarik koper Lukman yang lumayan besar.

“Gak usah nak, itu berat. Nanti aja sama ayah.” Tolak Lukman.

“Berat apanya, ini kan ada rodanya.” Kilah Kinanti.

Ia tetap menarik koper besar itu menuju kamar Lukman. Menempatkan baju-baju Lukman di dalam lemari berdasarkan jenis pakaian yang biasa Lukman pakai hingga menaruh koper kosong di salah satu sudut kamar.

"Okey, jendelanya di buka dulu, supaya ada udara segar yang masuk." Kinanti beralih ke jendela kamar Lukman. Ia membukanya lebar-lebar dan dari tempatnya ia bisa melihat punggung sang ayah yang masih berada di dekat mobil.

"Kinan sayang ayah. Sehat selalu ayah." Gumam Kinanti, menatap bangga pada Lukman.

Puas memandangi punggung Lukman yang sudah tidak setegap dulu, Kinanti melanjutkan pekerjaannya dengan merapikan barang-barang lain. Tidak banyak yang ia rapikan karena barang mereka hanya sedikit. Sebelum ke lantai atas, Kinanti mengambilkan satu mug air minum dan menaruhnya di atas meja. Air minum itu untuk ayahnya.

Beberapa saat Kinanti termenung, memandangi sosok laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu. Sebagian rambutnya bahkan sudah memutih dengan kulit yang hitam legam terpapar sinar matahari. Seringnya Lukman bekerja di lapangan, membuat ia harus berhadapan langsung dengan teriknya matahari.

“Terima kasih ayah, ayah udah ngasih banyak hal buat Kinan. Ayah selalu bekerja keras untuk Kinan. Ayah adalah laki-laki terhebat di Kinan.” Batin Kinanti. Ia mengarahkan tangannya ke arah Lukman lantas membuat bentuk hati khas idol Korea Selatan dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

"Saranghaeyo ayah?" ucapnya sambil tersenyum kecil.

Setelah puas memandangi Lukman, Kinantipun pergi ke lantai atas untuk merapikan barang-barang miliknya.

Baru beberapa saat Kinanti pergi, tiba-tiba saja Lukman terbatuk. Cepat-cepat ia masuk ke dalam mobil dan menutup pintu serta jendela mobil.

“Uhuk! Uhuk!” batuk Lukman semakin keras saja. Ia menekan hidungnya yang selalu terasa sakit saat batuk atau bersin. Ia buru-buru mencari tissue dan lagi, darah segar ikut termuntahkan bersamaan dengan air liurnya dari dalam mulut.

Lukman menatap darah di tissue itu dengan khawatir. Cepat-cepat ia membuang tisue itu ke selokan di depan rumahnya agar tidak di lihat Kinanti.

Ya, ia tidak mau Kinanti tahu apa yang terjadi padanya. Anaknya hanya harus tahu kalau ia baik-baik saja.

*****

Terpopuler

Comments

Margie 1💖💞🍇

Margie 1💖💞🍇

sepertinya ayahnya menyembunyikan penyakitnya

2023-09-29

0

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

ayh nya sakit 😥

2023-08-26

1

Erma Wati

Erma Wati

pengorbanan Ayah tak ternilai😍😍

2023-08-10

1

lihat semua
Episodes
1 Anak kota
2 Rahasia ayah
3 Dua malam yang berbeda
4 Pagi yang sibuk
5 Sekolah baru
6 XII Ipa 2
7 Demian VS Kala
8 Masa lalu
9 Hari yang berjalan
10 Mini Market
11 Toilet Sekolah
12 Intimidasi
13 Kecemasan
14 Kotak makanan
15 Kesedihan ayah
16 Negosiasi
17 Titik balik
18 Tolong aku,
19 Menyerah
20 Kelompok yang berbeda
21 Uji coba
22 Cap cip cup
23 Keterpurukan yang merubah segalanya
24 Pandangan berbeda
25 Kekhawatiran
26 Kinan sayang ayah
27 Kawan lama
28 Berkat seseorang
29 Perpus
30 Soft boy become bad boy
31 Menggebu
32 Menguping
33 Apa harus pergi?
34 Nasi goreng spesial
35 Menantang rasa takut
36 Hubungan apa?
37 Loyalitas
38 Perbedaan pesan
39 Tawaran menarik
40 Mendukung teman
41 Undangan
42 Cita-cita
43 Syal
44 Rahasia
45 Preman
46 Rumah sakit
47 Pelaporan
48 Kecemasan
49 Di depan mata
50 Pesan Kala
51 Tidak sejalan
52 Permintaan
53 Hambatan untuk pulang
54 Cangggung
55 Hari yang dinanti
56 Mencari ayah
57 Pengingkaran
58 Kepulangan
59 Permakluman
60 Menyelidik
61 Usulan
62 Usaha
63 Menenangkan Kala
64 Mengalah
65 Waktu berdua
66 Ketidaksukaan
67 Pecundang
68 Mengkhawatirkan orang yang salah
69 Toko buku
70 Kotak pensil
71 Stetoscope dan teman-temannya
72 Memojokkan
73 Selisih
74 Semangat dari ayah
75 Kunjungan pagi
76 Rencana
77 Pendamping
78 Seseorang yang mendekat
79 Berusaha keras
80 Kegelisahan Kala
81 Ancaman tidak berarti
82 Dukungan orang tua
83 Menegangkan
84 Menyisir
85 Korban
86 Presentasi
87 Rasa berdebar
88 Keterpurukan
89 Nyaris menyerah
90 Penjuangan panjang
91 Dorongan untuk mendekat
92 Mengabaikan yang tidak perlu
93 Self reward
94 Menghadapi perasaan sama-sama
95 Matahari yang tersenyum
96 Keterikatan tidak terduga
97 Pengakuan
98 Janji kedua
99 Kinan Ame-kala
100 Hubungan yang aneh
101 Takdir sebuah kejutan
102 Perjalanan panjang
103 Saling memperdulikan
104 Semur ayam
105 Kenyataan
106 Hanya memiliki diri sendiri
107 Penyesalan
108 Roti penyelamat
109 Pagi yang mendebarkan
110 Pagi yang baru
111 Bangkai yang merebak
112 Dukungan teman
113 Kunjungan kejutan
114 Pertemuan di malam hari
115 Samar bayang
116 Salah satu penyemangat ayah
117 Putusan
118 Kekompakan
119 Pilihan untuk menghadapi masalah
120 Selesai disini
121 Setiap orang punya sesal
122 Teman baru
123 Berakhir
124 Pamit
125 Permintaan penting ayah
126 Pencapaian
127 Tawa berubah duka
128 Nasihat Ayah
129 Pantai
130 Hari yang indah
131 Tetaplah di sini
132 Dia yang harus pergi
133 Kinanti
134 Mengenang
135 Memiliki satu sama lain
136 Makan malam
137 Tamu tak diundang
138 Kesepakatan
139 Pesan Ayang
140 Kalantara
141 Kinanti ame Kala
142 Ending?
143 Give Away time!!!!!
144 Pengumuman GA
145 Good news
146 Gasha
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Anak kota
2
Rahasia ayah
3
Dua malam yang berbeda
4
Pagi yang sibuk
5
Sekolah baru
6
XII Ipa 2
7
Demian VS Kala
8
Masa lalu
9
Hari yang berjalan
10
Mini Market
11
Toilet Sekolah
12
Intimidasi
13
Kecemasan
14
Kotak makanan
15
Kesedihan ayah
16
Negosiasi
17
Titik balik
18
Tolong aku,
19
Menyerah
20
Kelompok yang berbeda
21
Uji coba
22
Cap cip cup
23
Keterpurukan yang merubah segalanya
24
Pandangan berbeda
25
Kekhawatiran
26
Kinan sayang ayah
27
Kawan lama
28
Berkat seseorang
29
Perpus
30
Soft boy become bad boy
31
Menggebu
32
Menguping
33
Apa harus pergi?
34
Nasi goreng spesial
35
Menantang rasa takut
36
Hubungan apa?
37
Loyalitas
38
Perbedaan pesan
39
Tawaran menarik
40
Mendukung teman
41
Undangan
42
Cita-cita
43
Syal
44
Rahasia
45
Preman
46
Rumah sakit
47
Pelaporan
48
Kecemasan
49
Di depan mata
50
Pesan Kala
51
Tidak sejalan
52
Permintaan
53
Hambatan untuk pulang
54
Cangggung
55
Hari yang dinanti
56
Mencari ayah
57
Pengingkaran
58
Kepulangan
59
Permakluman
60
Menyelidik
61
Usulan
62
Usaha
63
Menenangkan Kala
64
Mengalah
65
Waktu berdua
66
Ketidaksukaan
67
Pecundang
68
Mengkhawatirkan orang yang salah
69
Toko buku
70
Kotak pensil
71
Stetoscope dan teman-temannya
72
Memojokkan
73
Selisih
74
Semangat dari ayah
75
Kunjungan pagi
76
Rencana
77
Pendamping
78
Seseorang yang mendekat
79
Berusaha keras
80
Kegelisahan Kala
81
Ancaman tidak berarti
82
Dukungan orang tua
83
Menegangkan
84
Menyisir
85
Korban
86
Presentasi
87
Rasa berdebar
88
Keterpurukan
89
Nyaris menyerah
90
Penjuangan panjang
91
Dorongan untuk mendekat
92
Mengabaikan yang tidak perlu
93
Self reward
94
Menghadapi perasaan sama-sama
95
Matahari yang tersenyum
96
Keterikatan tidak terduga
97
Pengakuan
98
Janji kedua
99
Kinan Ame-kala
100
Hubungan yang aneh
101
Takdir sebuah kejutan
102
Perjalanan panjang
103
Saling memperdulikan
104
Semur ayam
105
Kenyataan
106
Hanya memiliki diri sendiri
107
Penyesalan
108
Roti penyelamat
109
Pagi yang mendebarkan
110
Pagi yang baru
111
Bangkai yang merebak
112
Dukungan teman
113
Kunjungan kejutan
114
Pertemuan di malam hari
115
Samar bayang
116
Salah satu penyemangat ayah
117
Putusan
118
Kekompakan
119
Pilihan untuk menghadapi masalah
120
Selesai disini
121
Setiap orang punya sesal
122
Teman baru
123
Berakhir
124
Pamit
125
Permintaan penting ayah
126
Pencapaian
127
Tawa berubah duka
128
Nasihat Ayah
129
Pantai
130
Hari yang indah
131
Tetaplah di sini
132
Dia yang harus pergi
133
Kinanti
134
Mengenang
135
Memiliki satu sama lain
136
Makan malam
137
Tamu tak diundang
138
Kesepakatan
139
Pesan Ayang
140
Kalantara
141
Kinanti ame Kala
142
Ending?
143
Give Away time!!!!!
144
Pengumuman GA
145
Good news
146
Gasha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!