Dua malam yang berbeda

"Dari mana kamu?" tanya sebuah suara tegas yang menjeda langkah seorang remaja yang baru turun dari motor sportnya. Ia memarkir motornya beberapa saat sebelum bersiap menghadapi laki-laki itu.

Remaja itu menoleh dan melihat sosok laki-laki yang terduduk di kursi tunggu teras rumahnya.

Laki-laki bangkit dan mendekat padanya. Cahaya lampu taman membuat ia bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki berkumis tipis dengan mata yang melotot menatapnya.

"Rupanya, kamu masih sama saja, keluyuran setiap hari dan melakukan hal-hal yang tidak berguna!" laki-laki itu mengibaskan ujung jaket remaja tersebut dengan kasar.

Ia menatap tajam sepasang mata yang membalas tatapannya.

"Mas, biarkan Kala masuk dulu. Dia kan baru pulang. Mas bahkan tidak bertanya kabarnya, padahal kalian jarang bertemu." Ucap seorang wanita cantik berusia pertengahan empat puluhan yang menghampiri laki-laki bernama Yudhistira.

Remaja bernama Kala itu terlihat acuh saja saja. Dengan santai Ia melepas helmnya dan menaruhnya di atas motor.

"Melihat penampilannya yang seperti ini, sudah pasti dia baik-baik saja. Dia pasti habis melakukan hal-hal tidak penting yang sangat dia sukai. Darimana kamu, balapan liar lagi?" tanya Yudhistira seraya menepuk wajah Kala.

Kala tidak menimpali, ia membiarkan sang ayah mengatakan dan melakukan apa yang dia inginkan.

"Heh, jawab pertanyaan saya." Laki-laki itu berkacak pinggang di depan Kala yang menatapnya dengan malas.

"Apa yang mau papah tau dan sejak kapan papah peduli dengan yang aku lakukan?" baru kali ini remaja itu menimpali.

"Jangan kurang ajar kamu Kala!" seru Yudhistira.

"Mas, cukup mas. Malu di dengar tetangga. Masa tiap ketemu kalian selalu ribut dan ribut terus." Ucap wanita yang bernama Wilda yang berusaha melerai mantan suami dan anaknya ini.

"Gak perlu ikut campur! Diam kamu di sana!" tunjuk Yudhistira pada kursi yang ada di teras rumah. Ia maish belum puas memarahi putra semata wayangnya.

Wilda tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya bisa menurut dan duduk di teras, memperhatikan Yudhistira dari kejauhan. Ia juga melihat tangan Kala yang sudah mengepal mendengar perkataan kasar sang ayah pada ibunya.

"Sudah berapa kali papah bilang agar kamu datang ke rumah dan temui ibu sambungmu. Kenapa kamu masih belum datang juga hah, kenapa?! Ini sudah hampir satu tahun Kala dan kamu masih tidak bisa menunjukkan rasa hormat kamu pada istri saya." Yudhistira berseru dengan keras di depan wajah Kala.

Remaja itu tidak menimpali, ia balas menatap wajah sang ayah yang begtu ia benci. Laki-laki yang pergi meninggalkan keluarganya dan memilih menikahi wanita lain.

Hah, kalau mengingat hal itu rasanya ia ingin memukul wajah Yudhistira yang sangat ia benci.

Tapi demi tidak menyulitkan ibunya, Kala lebih memilih pergi dari hadapan Yudhistira. Ia pergi tanpa berkata apapun, meninggalkan Yudhistira yang sedang melotot tidak percaya melihat tingkahnya.

"KALANTARA!!!!" seru Yudhistira dengan suara lantang.

Tapi Kala tidak menghentikan langkahnya apalagi menoleh pada laki-laki yang berkacak pinggang itu.

"Kalantara, kamu menantang papah hah?!" Yudhistira masih tidak terima.

Tapi Kala tetap dengan pilihannya, pergi dari hadapan Yudhistira dengan dada bergemuruh dan tangan yang mengepal erat. Marah, hanya itu yang ia rasakan saat ini hingga tidak ingin melihat wajah laki-laki yang begitu mengecewakannya.

****

Di tempat berbeda, Kinanti masih memandangi salah satu sisi dinding kamarnya yang ia rapikan dan ia hias untuk menghidupkan suasana. Beberapa aksesoris ia pasang dan begitu menggambarkan nuansa kamar seorang gadis.

“Wah, kereeenn ....” Kinanti bergumam sendiri sambil tersenyum. Ia tengah memandangi deretan medali dan piala yang pernah ia dapatkan dari berbagai kompetisi yang diikutinya.

Akhirnya, barang-barang kebanggannya ini bisa ia pajang dan ia pandangi dengan penuh rasa bangga.

Kamarnya kali ini cukup luas di banding kamar-kamar sebelumnya. Sehingga Kinanti bisa menyimpan banyak barang di kamarnya, termasuk berbagai aksesoris serta medali dan piala.

Kinanti memang anak yang cerdas. Walaupun ia sering berpindah-pindah sekolah tapi prestasinya tidak pernah terganggu. Ia rajin mengikuti olimpiade science di sekolahnya. Karena selain berhadiah uang dan medali, ia juga ingin meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai macam perlombaan.

Urusan menang kalah tidak masalah. Ya untungnya selama ini Kinanti selalu menang walau pun tidak selalu ada di urutan pertama. Tapi paling tidak, ia bisa mengukur kemampuannya dan membanggakan sang ayah yang telah bekerja keras demi bisa memberikan pendidikan yang layak untuk Kinanti. Ia ingin membalas rasa lelah ayahnya yang telah mengurus Kinanti seorang diri, dengan banyak prestasi yang ia dapatkan. Untuk saat ini, hanya ini yang bisa ia lakukan.

“Gimana, suka kamarnya?”

Suara Lukman kembali terdengar saat laki-laki berusia setengah abad itu masuk ke dalam kamar Kinanti.

“Suka banget ayah. Aku bisa majang semua penghargaanku.” Seru Kinanti dengan bangga.

“Baguslah!” Lukman mengusap kepala Kinanti dengan sayang.

Ia berjalan menghampiri deretan medali milik Kinanti. Ia tersenyum bangga pada pencapaian putrinya. Di ambilnya satu foto yang sudah Kinanti buat menjadi kolase.

“Foto ini, boleh di pajang di kamar ayah?” pinta Lukman.

Kinanti mendekat. Rupanya yang dimaksud Lukman adalah foto saat menjadi juara oliimpiade science di SMP saat ia tinggal di Sulawesi dulu.

“Kenapa foto yang ini ayah? Yang ini background-nya agak blur.”

“Emmm, soalnya di foto ini ada ayah sama Kinanti. Ayah suka liat senyum kita di foto ini.” Lukman beralasan.

Ia memang sangat menyukai foto ini, karena hanya di foto ini ia mendampingi Kinanti mendapatkan tropy dan medali juara. Di setiap perlombaan, biasanya, Kinanti hanya ditemani oleh gurunya karena Lukman memiliki kesibukan yang mengharuskannya mengutamakan pekerjaan. Namun saat olimpiade itu, Lukman mendapat izin dari atasannya untuk menemani Kinanti mengikuti olimpiade.

Nyatanya, foto ini menjadi satu-satunya foto yang mengabadikan moment saat ia ikut merayakan kemenangan putrinya dalam suatu kejuaraan. Rasa bangga saat mendengar nama Kinanti di sebut sebagai juara pertama pun begitu membekas dipikirannya.

“Okey, boleh.” Kinanti akhirnya setuju.

“Terima kasih.” Satu kecupan diberikan Lukman di pucuk kepala Kinanti.

“Sekarang, kamu istirahat ya. Besok kamu harus ke sekolah baru kamu. Jaraknya lumayan jauh jadi bangun pagi-pagi. Jakarta juga macet, jangan sampai kita kesiangan.”

“Siap ayah!” Kinanti melakukan hormat singkat pada Lukman sebelum laki-laki itu pergi meninggalkannya.

"Selamat malam, Kinan. Mimpi indah."

"Malam ayah, tidur yang nyenyak di kamar baru ayah."

Laki-laki itu tersenyum sebelum kemudian meninggalkan Kinanti di kamarnya.

“Ayah!” panggil Kinanti, saat Lukman sudah ada di depan pintu kamarnya.

“Iya?” Lukman kembali berbalik. Ia melihat senyum Kinanti yang mengembang dengan cantik.

“Terima kasih banyak. Kinan sayang ayah.” Ungkap Kinanti dengan tulus.

“Ayah juga sayang Kinan. Selamat malam nak.” Lukman balas tersenyum. Lambaian tangan Kinanti menjadi akhir perbincangan mereka.

Kinanti menutup pintu kamarnya. Ia berputar-putar melihat sekeliling kamarnya yang cukup luas. Ia segera menghampiri jendela kecil yang langsung terhubung dengan dunia luar. Terdiam di sana beberapa saat sambil menikmati udara malam Jakarta yang tetap terasa hangat.

Beberapa bintang di atas sana berkedip menyapanya membuat Kinanti lantas tersenyum kecil.

“Tolong sampaikan pada ibu, kalau aku dan ayah baik-baik saja. Kami tinggal di tempat yang baru dan rasanya lebih nyaman.” Ungkap Kinanti pada satu bintang yang bersinar paling terang.

Setelah puas memandangi langit malam, ia pun menutup jendela kamarnya. Tirai tipis dan tebal ia tutupkan dan lampu utamapun di padamkan. Hanya ada cahaya kekuningan dari lampu tidur yang menerangi kamarnya.

Kinanti membaringkan tubuhnya telentang di atas Kasur. Ia tersenyum penuh arti membayangkan hari baru besok akan ia jelang.

“Bersiaplah Kinan, kamu harus beradaptasi dengan tempat baru. Jangan sampai ayah memindahkan sekolahmu lagi. Semangaaattt!!!” Kinanti mengusap-usap pucuk kepalanya sendiri lalu menepuk bahunya. Ini cara yang selalu ia lakukan untuk menyemangati dirinya sendiri.

Ia memejamkan matanya menyambut mimpi yang indah.

Sementara itu, Kala masih terdiam di atap kamarnya, Ia melihat hingarnya cahaya kota Jakarta. Ia masih enggan untuk kembali ke kamarnya karena rasa sesak dan pengap yang masih ia rasakan setelah tadi menahan marahnya dalam-dalam.

Ia tertunduk lesu. Tidak memahami keadaan yang selalu menyebalkan baginya. Seringkali ia berpikir, Jika saja ia tidak terlahir di keluarga ini, apa ia akan lebih bahagia?

****

Terpopuler

Comments

Z@in@ ^ €£ QULUB

Z@in@ ^ €£ QULUB

setiap orang punya masalah masing" begitu pun kala dan kinanti

2023-07-05

4

Ririn

Ririn

wihhh namanya keren Kalantara... ntar bakal nama cucu #save aja dulu

2023-06-29

1

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

Kinan bahagia dengan keadaannya sedangkan Kala tertekan dengan segala Yanga ada padanya... begitulah kehidupan ..

2023-05-31

1

lihat semua
Episodes
1 Anak kota
2 Rahasia ayah
3 Dua malam yang berbeda
4 Pagi yang sibuk
5 Sekolah baru
6 XII Ipa 2
7 Demian VS Kala
8 Masa lalu
9 Hari yang berjalan
10 Mini Market
11 Toilet Sekolah
12 Intimidasi
13 Kecemasan
14 Kotak makanan
15 Kesedihan ayah
16 Negosiasi
17 Titik balik
18 Tolong aku,
19 Menyerah
20 Kelompok yang berbeda
21 Uji coba
22 Cap cip cup
23 Keterpurukan yang merubah segalanya
24 Pandangan berbeda
25 Kekhawatiran
26 Kinan sayang ayah
27 Kawan lama
28 Berkat seseorang
29 Perpus
30 Soft boy become bad boy
31 Menggebu
32 Menguping
33 Apa harus pergi?
34 Nasi goreng spesial
35 Menantang rasa takut
36 Hubungan apa?
37 Loyalitas
38 Perbedaan pesan
39 Tawaran menarik
40 Mendukung teman
41 Undangan
42 Cita-cita
43 Syal
44 Rahasia
45 Preman
46 Rumah sakit
47 Pelaporan
48 Kecemasan
49 Di depan mata
50 Pesan Kala
51 Tidak sejalan
52 Permintaan
53 Hambatan untuk pulang
54 Cangggung
55 Hari yang dinanti
56 Mencari ayah
57 Pengingkaran
58 Kepulangan
59 Permakluman
60 Menyelidik
61 Usulan
62 Usaha
63 Menenangkan Kala
64 Mengalah
65 Waktu berdua
66 Ketidaksukaan
67 Pecundang
68 Mengkhawatirkan orang yang salah
69 Toko buku
70 Kotak pensil
71 Stetoscope dan teman-temannya
72 Memojokkan
73 Selisih
74 Semangat dari ayah
75 Kunjungan pagi
76 Rencana
77 Pendamping
78 Seseorang yang mendekat
79 Berusaha keras
80 Kegelisahan Kala
81 Ancaman tidak berarti
82 Dukungan orang tua
83 Menegangkan
84 Menyisir
85 Korban
86 Presentasi
87 Rasa berdebar
88 Keterpurukan
89 Nyaris menyerah
90 Penjuangan panjang
91 Dorongan untuk mendekat
92 Mengabaikan yang tidak perlu
93 Self reward
94 Menghadapi perasaan sama-sama
95 Matahari yang tersenyum
96 Keterikatan tidak terduga
97 Pengakuan
98 Janji kedua
99 Kinan Ame-kala
100 Hubungan yang aneh
101 Takdir sebuah kejutan
102 Perjalanan panjang
103 Saling memperdulikan
104 Semur ayam
105 Kenyataan
106 Hanya memiliki diri sendiri
107 Penyesalan
108 Roti penyelamat
109 Pagi yang mendebarkan
110 Pagi yang baru
111 Bangkai yang merebak
112 Dukungan teman
113 Kunjungan kejutan
114 Pertemuan di malam hari
115 Samar bayang
116 Salah satu penyemangat ayah
117 Putusan
118 Kekompakan
119 Pilihan untuk menghadapi masalah
120 Selesai disini
121 Setiap orang punya sesal
122 Teman baru
123 Berakhir
124 Pamit
125 Permintaan penting ayah
126 Pencapaian
127 Tawa berubah duka
128 Nasihat Ayah
129 Pantai
130 Hari yang indah
131 Tetaplah di sini
132 Dia yang harus pergi
133 Kinanti
134 Mengenang
135 Memiliki satu sama lain
136 Makan malam
137 Tamu tak diundang
138 Kesepakatan
139 Pesan Ayang
140 Kalantara
141 Kinanti ame Kala
142 Ending?
143 Give Away time!!!!!
144 Pengumuman GA
145 Good news
146 Gasha
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Anak kota
2
Rahasia ayah
3
Dua malam yang berbeda
4
Pagi yang sibuk
5
Sekolah baru
6
XII Ipa 2
7
Demian VS Kala
8
Masa lalu
9
Hari yang berjalan
10
Mini Market
11
Toilet Sekolah
12
Intimidasi
13
Kecemasan
14
Kotak makanan
15
Kesedihan ayah
16
Negosiasi
17
Titik balik
18
Tolong aku,
19
Menyerah
20
Kelompok yang berbeda
21
Uji coba
22
Cap cip cup
23
Keterpurukan yang merubah segalanya
24
Pandangan berbeda
25
Kekhawatiran
26
Kinan sayang ayah
27
Kawan lama
28
Berkat seseorang
29
Perpus
30
Soft boy become bad boy
31
Menggebu
32
Menguping
33
Apa harus pergi?
34
Nasi goreng spesial
35
Menantang rasa takut
36
Hubungan apa?
37
Loyalitas
38
Perbedaan pesan
39
Tawaran menarik
40
Mendukung teman
41
Undangan
42
Cita-cita
43
Syal
44
Rahasia
45
Preman
46
Rumah sakit
47
Pelaporan
48
Kecemasan
49
Di depan mata
50
Pesan Kala
51
Tidak sejalan
52
Permintaan
53
Hambatan untuk pulang
54
Cangggung
55
Hari yang dinanti
56
Mencari ayah
57
Pengingkaran
58
Kepulangan
59
Permakluman
60
Menyelidik
61
Usulan
62
Usaha
63
Menenangkan Kala
64
Mengalah
65
Waktu berdua
66
Ketidaksukaan
67
Pecundang
68
Mengkhawatirkan orang yang salah
69
Toko buku
70
Kotak pensil
71
Stetoscope dan teman-temannya
72
Memojokkan
73
Selisih
74
Semangat dari ayah
75
Kunjungan pagi
76
Rencana
77
Pendamping
78
Seseorang yang mendekat
79
Berusaha keras
80
Kegelisahan Kala
81
Ancaman tidak berarti
82
Dukungan orang tua
83
Menegangkan
84
Menyisir
85
Korban
86
Presentasi
87
Rasa berdebar
88
Keterpurukan
89
Nyaris menyerah
90
Penjuangan panjang
91
Dorongan untuk mendekat
92
Mengabaikan yang tidak perlu
93
Self reward
94
Menghadapi perasaan sama-sama
95
Matahari yang tersenyum
96
Keterikatan tidak terduga
97
Pengakuan
98
Janji kedua
99
Kinan Ame-kala
100
Hubungan yang aneh
101
Takdir sebuah kejutan
102
Perjalanan panjang
103
Saling memperdulikan
104
Semur ayam
105
Kenyataan
106
Hanya memiliki diri sendiri
107
Penyesalan
108
Roti penyelamat
109
Pagi yang mendebarkan
110
Pagi yang baru
111
Bangkai yang merebak
112
Dukungan teman
113
Kunjungan kejutan
114
Pertemuan di malam hari
115
Samar bayang
116
Salah satu penyemangat ayah
117
Putusan
118
Kekompakan
119
Pilihan untuk menghadapi masalah
120
Selesai disini
121
Setiap orang punya sesal
122
Teman baru
123
Berakhir
124
Pamit
125
Permintaan penting ayah
126
Pencapaian
127
Tawa berubah duka
128
Nasihat Ayah
129
Pantai
130
Hari yang indah
131
Tetaplah di sini
132
Dia yang harus pergi
133
Kinanti
134
Mengenang
135
Memiliki satu sama lain
136
Makan malam
137
Tamu tak diundang
138
Kesepakatan
139
Pesan Ayang
140
Kalantara
141
Kinanti ame Kala
142
Ending?
143
Give Away time!!!!!
144
Pengumuman GA
145
Good news
146
Gasha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!