Kini sepasang manusia itu sudah sampai di resto siap saji. Jarak yang tidak jauh dari hotel, membuat keduanya sampai di resto tersebut dengan cepat. Mereka pun segera memesan makanan yang di inginkan Ara. Bukan main-main, gadis itu memesan menu berukuran jumbo yang sukses membuat pria itu tercengang.
"Maaf ya, Uncle. Jangan diketawain! Makanku emang gak sedikit," celetuk Ara cengengesan.
Meski malu, namun Ara tidak bisa menyembunyikan rasa laparnya. Hingga Rizky terkekeh menanggapi, sungguh gadis itu jauh berbeda dengan kedua putrinya.
"Gak apa-apa, Uncle malah seneng lihat anak doyan makan. Reysa sama Rayna susah banget disuruh makan. Mereka selalu berdalih takut gendutan," balas Rizky menjelaskan.
Ara terdiam sejenak. Mendengar kata 'anak' membuat ia harus menepis perasaan gila dalam dirinya. 'Benar. Aku seumuran anaknya,' lirihnya dalam hati.
"Kenapa kamu diem? Apa ucapan Uncle menyinggung peraasaanmu?" tanya Rizky khawatir. Tangannya bergerak mengusap rambut gadis itu.
Deg!
Lagi-lagi sentuhan Rizky membuat jantung Ara tak karuan. Gegas ia menepis pikiran-pikiran tersebut. Mencoba menyangkal jika ia memiliki perasaan aneh tehadap pria yang usianya hampir dua kali lipat darinya itu.
"Ah, nggak Uncle! Gak apa-apa," sangkalnya kikuk.
Namun, Rizky masih merasa khawatir. Ia memang memiliki lidah yang sulit dikendalikan. Ucapan tajam seringkali terucap begitu saja dari bibirnya. Dan mungkin menyakiti perasaan lawan bicaranya, termasuk Ara.
"Kamu yakin?" tanya Rizky memastikan dan diangguki Ara dengan senyumnya.
Rizky menghembuskan napas lega. "Syukurlah, Uncle senang mendengarnya. Maaf ya, Uncle kalo ngomong suka gini, asal nyablak. Tapi ... Gimana lagi, udah bawaan dari orok," jelasnya apa adanya.
Ara tertawa kecil menanggapi. Sungguh ia baru tau, jika pria itu memiliki kepribadian yang mungkin sama dengan sang Opa. Ia pikir, pria yang selalu ia klaim 'Hot Uncle' itu memiliki kepribadian pendiam ataupun dingin. Namun, nyatanya demikian.
Rizky yang melihat tawa Ara ikut tersenyum. Benar gadis itu mungkin sama seperti ibunya, yang sama nyablak seperti dirinya. Belum sempat mereka meneruskan perbincangan mereka, pesanan pun datang ke hadapan mereka.
"Bentar ya, Uncle. Kita break dulu ngobrolnya. Aku gak bisa makan kalo sambil ngobrol!" pinta Ara dan disetujui pria yang masih segar diusianya itu.
Rizky hanya memperhatikan cara makan gadis itu. Ia terekeh melihat cara makan Ara yang tak seperti perempuan pada umumnya. Gadis itu nampak lahap, seolah tidak memedulikan kehadirannya. Sementara Rizky sendiri hanya memesan minuman bersoda untuk menemani Ara makan.
"Uncle, beneran gak mau makan?" tanya Ara setelah menelan makannya.
Rizky menggelengkan kepala seraya tersenyum. "Nggak, Uncle udah kenyang. Kamu aja!" tolaknya.
Kembali Ara melahap makanan dihadapannya. Perutnya terasa dimanjakan akan ayam yang berbalut tepung itu. Hingga tak membutuhkan waktu lama, makanan pun tandas tak tersisa.
"Alhamdulillah!" ucap Ara bersyukur, setelah menegak habis minumannya.
"Gimana, kenyang?" tanya Rizky dan dibalas anggukan kepala yang disertai senyum oleh Ara.
"Banget!" balas Ara, "makasih ya, Uncle!" ucapnya tulus.
"Hem, sama-sama. Uncle seneng lihat cara makan kamu," balas Rizky. "Apa makanan disini benar-benar enak?" tanyanya mendekatkan diri seraya berbisik, takut-takut didengar pemiliknya. Belum lagi keadaan yang sepi, dimana hanya ada mereka berdua sebagai pelanggan.
Ara ikut mendekatkan diri dan berbisik. "Sebenarnya, ada beberapa bumbu yang tidak ada dalam ayam itu. Rasanya jadi tak segurih buatanku."
"Benarkah? Apa kamu bisa masak?" tanya Rizky dan diangguki yakin oleh Ara.
"Hem, selain makan, hobiku juga membuat masakannya. Aku juga kuliah dijurusan Cullanary, lho Uncle!" jelas Ara membanggakan diri.
"Wah, iya kah?" tanya Rizky takjub dan diangguki lagi oleh Ara. "Ini bener-bener gak bisa dipercaya," lanjut Rizky menggelengkan kepala.
"Emang kenapa Uncle?" tanya Ara heran.
"Ya, 'kan jauh banget dengan kebiasaan Mami kamu. Mana pernah Uncle lihat dia masuk dapur," balasnya yang ditanggapi kekehan gadis itu.
Ara membenarkan ucapan pria itu. Mana pernah sang Mami bergulat dengan wajan dan kawan-kawannya. Yang ada dia bakal kabur jika Ara sudah memulai eksekusi di dapur.
"Oh iya, Uncle! Nanti aku pengen banget magang di resto Uncle. Boleh dong ya, aku ajuin proposal buat magang disana. Biar aku punya kesempatan bergabung dengan chef-chef handalnya, Uncle!" papar Ara menjelaskan keinginannya.
Rizky tertawa mendengar ucapan gadis itu, seraya mengusek pucuk kepalanya gemas. "Resto Uncle gak semenarik itu!"
Ara memanyunkan bibirnya mendapati tawa pria itu. Bahkan, ia lupa jika baru saja Rizky mengusek rambutnya lagi. "Isshh, siapa bilang? Resto Uncle tuh termasuk deretan resto terkenal. Teman-temanku aja pada tau resto Uncle," protesnya.
Rizky menghentikan tawanya. "Baiklah, nanti Uncle pertimbangkan!"
"Wah, beneran Uncle?" tanya Ara memastikan dengan wajah tak percaya dan diangguki yakin oleh Rizky.
"Aaahhh ... Makasih, Uncle!" ucapnya girang.
Setelah selesai, keduanya memutuskan segera kembali ke hotel. Dimana seluruh keluarga mereka menginap disana. Acara resepsi pernikahan Arga dan Cheryl menjadi saksi, akan pertemuan pertama mereka di pulau Dewata itu.
Keduanya berjalan beriringan dari parkiran. Ara tak henti mengoceh, mengajak pria itu berbicara mengenai makanan.
Hingga saat hendak memasuki pintu lobi, Ara hampir menabrak pintu tersebut jika tangan Rizky tidak menariknya.
Grep! Dug!
Wajah Ara masuk kedalam dada bidang pria itu. Membuat gadis itu terpaku dengan jantung berdegup kencang.
"Hati-hati! Kamu tuh ngoceh mulu, hampir aja!" omel Rizky mengusap kepala Ara yang hampir menubruk pintu.
Ara tersenyum dengan semburat merah di wajahnya. Hatinya berdebar dengan gejolak yang sulit ia artikan.
'Ahh, Uncle. Meleleh aku!'
Flash black off~
**
"Gimana lu udah siap?" tanya Ara pada sahabatnya.
"Udah dong! Tapi ... Beneran Oma lu gak keberatan, gue numpang di rumahnya?" tanya Dea yang masih mengemas barang-barangnya dari loker.
"Gak lah! Oma pasti seneng. Dia jadi ada temennya. Selama ini Oma cuma tinggal berdua sama Opa," balas Ara menjelaskan.
Dea mengangguk mengerti. Ia yang sudah dekat dengan Ara sejak masuk SMA. Sedikitnya, ia tau keadaan keluarga Ara yang terkesan begitu hangat.
"Ahh, sayang sekali. Dua sepupu lu malah udah nikah," celetuk Dea.
Sontak Ara menautkan alisnya heran. "Siapa?" tanyanya.
"Itu si tampan yang playboy itu. Padahal gue berharap jadi ceweknya sekali aja," lanjut Dea menjelaskan, yang kemudian sukses mendapat toyoran dari sahabatnya itu.
"Selera lu emang dah! Orang mah pengen punya cowok baik, lu malah pengen punya cowok playboy," ledek Ara tak habis pikir.
"Tapi ... Sayang Ra, ganteng dia!" kekeh Dea, yang kembali mendapat timpukan sahabatnya itu, hingga keduanya tertawa bersama.
"Eh serius lu, si hot Uncle yang lu suka tuh pemilik resto kita magang?" tanya Dea memastikan sekali lagi.
Ara mengangguk mengiyakan. "Yapss! Pokoknya, lu juga bakal terpesonah saat melihat wajah aslinya," ucapnya meyakinkan.
"Ck! Heleh, perlu di ralat. Selera lu tuh yang aneh," ledek balik Dea menoyor kepala Ara.
Kedua gadis itu tergelak bersama di depan loker. Hingga panggilan seseorang mengalihkan atensi mereka.
"Ara!"
\*\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🥀🌻Yanti~Puspita~Sari🌻🥀
lanjut kakak makin penasaran😁😁
2023-05-02
1