Seorang pria menghampiri kedua gadis itu. Pria tampan dengan senyum yang membuat siapa saja terpesona, kecuali satu gadis yang sulit ia taklukan. Yaitu, Ara.
"Zidan, kenapa?!" sapa balik Ara dengan kerutan di dahinya.
"Besok kita berangkat bareng, ya?" tawar Zidan. Pria yang terus berusaha dekat dengan Ara. Meski pernah di tolak, namun Zidan tidak mau berhenti dan terus mengikuti gadis itu.
"Emm, kayaknya gak bisa deh! Besok gue sama Dea di jemput sama sepupu gue," balas Ara beralasan.
Ya, mereka magang di kota yang sama. Jika Ara dan Dea di resto, maka berbeda dengan Zidan yang magang di sebuah perusahaan. Saat tau Ara magang di kota itu, Zidan juga mengajukan proposal di sebuah perusahaan yang tidak jauh dari resto yang akan ditempati Ara. Tentu dengan alasan untuk lebih dekat dengan gadis itu.
"Hem, ya udah. Nanti kita ketemu disana, ya! Aku juga udah dapatin kostan yang gak jauh dari perusahaan. Kamu bisa main ke kostanku nanti," final Zidan dan hanya dibalas senyum tipis oleh Ara.
Ara melirik Dea yang sudah selesai. "Ya udah, kita duluan, ya!" pamitnya.
"Eh, kalian mau kemana?" tanya Zidan mencegat.
"Emm, kita ... Kita ..." Bingung dengan alasan apa yang akan mereka jelaskan, Ara dan Dea saling senggol untuk menghindari pria itu.
"Kita mau ke salon!" celetuk Dea.
Ara tersenyum menanggapi. "Ah, iya. Kita mau nyalon dulu. Besok 'kan harus tampil fresh, iya gak?"
"Iya, dong! Kita 'kan mau ketemu chef-chef keceh, kudu keceh juga lah," balas Dea.
Kedua gadis itu cengengesan memberi alasan. Berharap Zidan tidak mengikuti mereka.
"Oh ... Ya udah, aku antar ya!" tawar Zidan.
"Gak usah!" tolak Ara cepat. "Ini me time cewek. Jadi ... Sebaiknya lu pulang aja!"
"Ya udah kita pergi dulu, yuk De!" ajak Ara bergegas menyeret tangan sahabatnya berlalu dari sana.
Zidan hanya mampu menghembuskan napas kasar. Saat lagi-lagi gadis incarannya itu menghindar. "Entah dengan cara apalagi, aku bisa dapatin kamu, Ra?"
**
"Gila lu, Ra? Cowok sekeren Zidan malah lu anggurin," komentar Dea menggelengkan kepala. Sungguh ia tak habis pikir dengan pemikiran sahabatnya itu.
Ara hanya tergelak mendapat komentar dari gadis dibelakang dirinya. Kini keduanya tengah berboncengan di atas motor kesayangan Ara.
"Udah biarin aja! Cowok tuh emang sama aja," balasnya.
Dea hanya mencebikan bibir menanggapi. Terkadang ia bingung, kenapa Ara harus diberi wajah cantik, idaman para pria? Sementara dirinya hanya diberi kecantikan biasa saja. Coba saja keadaannya terbalik. Mungkin akan dengan senang hati, ia bisa memacari setiap pria tampan.
"Berhenti, ngehalu!" ledek Ara mengusap kasar wajah sahabatnya dari depan. Ia tentu tau kemana fikiran gadis itu, saat tak mendengar suaranya.
Dea berdecak kesal, sahabatnya itu tau saja apa yang ada di otaknya. Ara yang mendengar decakan itu kian tergelak. Kedua gadis itu terus bercanda dan saling ledek di atas motor.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Bukan salon seperti yang ia katakan pada Zidan. Namun, kedua gadis itu akan menjelajah beberapa barang yang akan mereka bawa besok.
Tidak seperti gadis lainnya, mereka hanya membeli apa yang diperlukan. Kedua gadis itu bukan type-type gadis yang suka menghamburkan uang cuma-cuma atau type gadis yang senang mempercantik diri. Dari pada membeli barang branded untuk koleksi, mereka lebih suka menjelajah berbagai makanan.
Seperti kali ini, hanya membutuhkan waktu beberapa menit mereka berbelanja. Sisanya mereka habiskan menjelajahi makanan di sebuah resto. Hingga, mereka tak sengaja bertemu seseorang yang sudah sejak lama Ara hindari.
"Ara!" sapanya.
Seketika selera makan gadis itu pun menghilang. Tak sudi melihat pria di hadapannya, Ia pun segera mengambil dompet dalam tas. Mengambil beberapa lembar uang, yang ia simpam di atas meja. Kemudian, bangkit dari posisinya.
"Ra ... Tunggu dulu!" cegat pria yang tak lain mantan kekasihnya itu mencekal pergelangan tangan sang gadis.
"Lepas!" Ara menepis kasar tangan Vino dengan wajah datar.
"Oke, oke!" Vino mengalah mengangkat tangan ke atas.
"Lu ngapain lagi, sih? Bikin mood orang nyungseub aja," kesal Dea mengomeli.
Vino hanya menghembuskan napas pelan. Tentu ia begitu teramat bersalah pada mantan kekasihnya itu. Ia hanya ingin mendapat maaf dari gadis cantik yang tidak juga hilang dari hatinya.
"Aku tau, aku salah! Aku cuma ingin minta maaf sama kamu, Ra. Setiap malam aku selalu dihantui rasa bersalah sama kamu. Jadi ... Tolong, Ra maafin aku!" pinta Vino memelas.
Ara menghembuskan napas dalam. Bohong, jika ia memaafkan Vino begitu saja. Rasa sakit di khianati tidak akan hilang begitu saja. Namun, ia juga bukan type pembenci. Gadis itu hanya ingin menghindar dan tidak ingin berurusan lagi.
Belum sempat ia menjawab, tiba-tiba datang seorang wanita dengan perut membuncit menghampiri mereka.
"Kamu ngapapin disini sama cewek? Kamu mau selingkuh, iya?" todong wanita itu.
"Nggak! Siapa yang selingkuh? Aku tuh cuma-"
"Halah, gak usah banyak alasan. Aku gak buta ya," selak wanita itu. "Dan kamu!" tunjuknya pada Ara.
"Vino udah nikah! Ini hasil pernikahan kami," tegas wanita itu mengusap perutnya. "Jadi ... Gak usah keganjenan deketin suami orang. Dasar pelakor!"
"Sel!" peringat Vino menghentikan.
Ara menarik satu sudut bibirnya. Ternyata karma yang di dapatkan Vino lebih kejam dari apa yang ia doakan. Entah ia harus senang atau kasihan melihatnya?
"Maaf, Mbak! Saya sama sekali tidak tertarik dengan suami anda. Selera saya tidak lagi orang yang salah!" ucap Ara penuh penekanan.
"Dan buat anda tuan Vino. Saya sudah memaafkan anda. Hiduplah dengan baik ke depannya! Terimalah takdir yang sudah Tuhan gariskan. Karena itu, buah dari apa yang kamu tanam sebelumnya," lanjutnya pada Vino.
"Baiklah, saya permisi!" pamitnya berlenggang pergi, diikuti oleh Dea dari belakang.
Vino menatap kepergian Ara dengan hati yang terasa sakit. Ucapan Ara sungguh menusuk ke dalam relung hatinya. Ia menyadari apa yang sekarang terjadi padanya adalah buah yang ia tuai dari kesalahan di masalalu. Memiliki istri yang begitu posesif dan pemarah. Namun, ia merasa sedikit lega. Mungkin dengan Ara memaafkannya, ia bisa hidup sedikit tenang.
'Makasih, Ra! Dari sekian banyak wanita, hanya kamu yang berbeda. Aku menyesal, Ra. Sungguh!' batin Vino lirih.
"Udah, ayo!" ajak istrinya menyeret.
Sementara Ara dan Dea sudah sampai di depan resto. Berulang kali Dea melirik wajah Ara yang masih nampak datar. Gadis itu ingin mencoba menghibur sahabatnya.
"Lu keren dah!" celetuknya menepuk bahu gadis disampingnya.
Sontak Ara menoleh mengerutkan dahi. "Keren apanya?" tanyanya heran.
"Tadi itu. Lu selalu kalem ngadepin masalah dan bikin lawan lu, KO," jelas Dea.
Ara terkekeh mendapat penjelasan Dea. Sebenarnya bukan itu yang ia pikirkan sejak tadi. Ia tidak peduli dengan mantan dan istrinya itu.
"Gue gak mikirin si Vino woy!" balas Ara menoyor kepala Dea.
"Lha terus? Napa muka lu kayak gitu?"
"Sebenarnya ... Gue lagi mikir aja! Si Uncle bisa move on gak ya? Dan mau nikahin gue?"
"Hah??!!!"
******
**Gaisss, ada yang mau kenalan sama si 'Hot Uncle' dan Ara gak??? Yuk kita kenalan🤭
Ini nih, Hot Uncle yang bikin Ara ngiler🤤 mak othor yakin, readers juga ikut ngiler😂**
Rizky Algibran, Hot Uncle bermulut pedas. Yang siap buat Ara kepanasan🤣
Arabella Diazmara, gadis cerewet yang siap buat Uncle Iky move on dan berubah manis🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Rika Hari
itu kan kim won bin 🤗
2023-06-05
1
Jana
lho lho hot uncle nya si doi... ga bahaya Tah??? 🤪
2023-05-27
1
elf
aq suka K-pop.. aq suka drama n lagu² korea.. tapi klw pas baca novel visualnya org korea,,, kok aku gak greget y bacanya...
aq ngefans bgt sama SUJU,, tp g puas klw baca novel visual korea.. apalagi kbnyakan LISA gandengan x member BTS.. beejiibuuunn... kyk kurang hot... 🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼🙏🏼
yg baca komenku g usah ngebully.. itu pndapatku..bebas donk...!!!!
2023-05-20
5