Hot Uncle

Tiga tahun berlalu dari kejadian itu. Seperti yang dikatakan Ara, gadis itu benar-benar tidak tertarik atau pacaran dengan lelaki manapun. Beberapa lelaki mendekat pun, terus diabaikan olehnya.

"Ra, serius lu gak terima Zidan? Dia ganteng banget lho, Ra ...." tanya Dea tak percaya. Kini kedua sahabat itu tengah berada dikantin kampus menunggu pesanan mereka.

"Kalo lu mau, comot aja!" balas Ara enteng.

Sontak pernyataan Ara membuat Dea yang tengah heboh membayangkan wajah tampan pun ambyar seketika. "Eh buset, cowok ini Ra. Bukan gorengan Mbak Nani!"

Ara terkekeh. Namun, tatapannya terus terfokus pada benda pipih ditangannya. Tentu saja hal itu mengundang pertanyaan dikepala Dea.

"Lu lagi ngapain sih, sibuk amat? Sampai-sampai gue dikacangin," kesal Dea, namun tidak ditanggapi sahabatnya itu.

Merasa terus diabaikan, Dea merampas benda pipih dari tangan gadis itu. "Eh, eh, eh! Apaan sih lu?" protes Ara.

Mata Dea membola, saat sadar Ara tengah memperhatikan potret seseorang dilayar tersebut. "Dari tadi lu cuekin gue, cuma gara-gara om-om ini?" tanyanya menatap tak percaya pada Ara.

Ara tersenyum senang seraya merampas kembali ponsel dari tangan sahabatnya. "Ganteng banget gak sih? Ahh ... Melting gue," pujinya cekikikan.

Dea menjatuhkan dagu mendengar celetukan sahabatnya itu. Mungkinkah mata Ara bermasalah? Atau otaknya geser, karena lamanya tidak berpacaran? Pikirnya. Ia mendaratkan punggung tangan didahi Ara untuk memastikan gadis itu baik-baik saja, namun masih juga tidak dihiraukan olehnya.

"Wah, parah! Lu bener-bener kudu dibawa ke psikiater atau paling nggak ke tempat ruqiyah ini mah," celetuk Dea. "Gak bisa lama-lama lagi," lanjutnya menangkup kedua pipi Ara.

"Isshh apaan sih lu?" Ara menepis tangan Dea dari wajahnya. "Gue masih waras. Sangat-sangat waras," protesnya.

"Kalo lu waras, gak mungkin lu suka sama hot uncle. Bener sih om ini ganteng. Tapi, ya lu masa iya suka sama pria seumuran bokap lu. Gila aja!" bantah Dea tak habis pikir.

"Gue emang udah gila," celetuk Ara. "Gue bener tergila-gila sama hot uncle ini. Coba lu lihat! Ganteng banget, berkharismatik, mapan, yang jelas dia paling setia. Lima tahun ditinggal sama istrinya, dia gak mau nikah lagi. Ah ... Kurang apa coba?" jelasnya penuh semangat seraya memperlihatkan kembali ponsel yang terdapat potret pria bersetelan jas rapi tersebut ke hadapan Dea.

Gadis itu hanya menghembuskan napas panjang dengan wajah malas. Entah apa yang membuat sahabatnya berubah selera. Apa benar sumpah serapah Ara tiga tahun lalu, sekarang dikabulkan Tuhan? Ia hanya mampu menggelengkan kepala seraya meminum jus dihadapannya.

'Ya Tuhan, lindungi sahabatku ini dari godaan si hot Uncle!' batin Dea berdoa.

**

"Mikum!" teriak Ara memasuki rumah. Mengalihkan atensi sang Mami yang tengah duduk santai di atas sofa.

"Assalamualaikum, Ra! Assalamualaikum," peringat Kia, sang Mami.

Wanita yang tengah maskeran itu dengan terpaksa menggerakan bibir, kala putrinya selalu saja memberi salam tidak lengkap. "Ya ampun, maskerku!" keluhnya meraba-raba wajah.

Ara tergelak seraya mendaratkan bokong disamping sang Mami yang selalu ingin terlihat perfeksionis itu. Kesal, Kia mendaratkan cubitan maut dipipi putrinya.

"Aww, aww Mi!" rengek Ara berusaha menepis tangan sang Mami.

"Lagian kamu, durhakim banget sama Mami," ledek Kia.

Ara hanya berdecak memegang pipinya yang kemungkinan memerah. "Habis ini ke chubby an ku, di comot Mami," protesnya yang hanya dibalas kekehan oleh wanita paruh baya itu, yang kemudian segera memeluknya gemas dari samping.

"Isshh putri siapa sih, gemesin banget?"

"Ihh, Mami ...." rengek Ara berontak. "Lepasin ... Aku bukan anak kecil lagi!"

"Gak mau. Buat Mami, kamu tetap putri kecilnya, Mami!" balas Kia enggan melepaskan. Hingga pergulatan dan canda tawa terus terlontar dari pasangan ibu dan anak itu.

Ditengah ke gaduhan keduanya, datang seorang pria memasuki rumah. "Wah, pantesan salam Papi gak dijawab. Lagi rame ternyata," ucapnya.

"Papi!" panggil keduanya serempak.

Reihan sang Papi, menghampiri dua wanita tercintanya. Segera keduanya menyalimi takzim pria itu, dan diakhiri kecupan hangat dipucuk kepala masing-masing. Seperti itulah mereka, sebuah keluarga harmonis yang diidamkan siapapun.

"Ya udah, aku ke kamar dulu! Aku mau pensiun jadi obat nyamuk," celetuk Ara bangkit dari posisi dan hanya di balas tawa kedua orang tuanya.

Gadis itu bergegas menaiki anak tangga, meninggalkan sepasang suami istri itu diruang tamu. Seperti perkataannya, ia tidak ingin menjadi obat nyamuk yang sering sekali harus menyaksikan adegan romantis kedua orang tuanya tersebut.

"Putri kita udah gede ya, Kiy?" celetuk Rei menatap arah dimana Ara menghilang.

"Hem, iya Om. Gak kerasa, ya?" balas Kia memeluk tubuh suaminya itu.

Rei tersenyum, lalu menatap wajah sang istri yang masih berantakan dengan masker. "Terus kamu masih gak mau ngilangin panggilan itu?" sindirnya.

Kia membalas senyum itu tak kalah manis. Menggelengkan kepala menolak permintaan suaminya. "Enggak! Panggilan itu dari hatiku yang sudah nempel dari orok."

Rei terkekeh seraya mengacak rambut sang istri, yang kemudian mengecupnya. "Baiklah, terserah kamu aja!" finalnya.

Berpuluh tahun menikah, panggilan 'Om' selalu menjadi panggilan sayang dari Kia kepada Rei. Dan hal itu tidak membuat keromantisan mereka luntur. Rei sama sekali tidak mempersalahkan hal itu. Meski, sering sekali dianggap aneh oleh orang lain. Namun, seperti itulah mereka.

Sementara itu di dalam kamar, Ara merebahkan diri di atas ranjang. Ia meraih ponsel dari saku celananya. Melihat potret pria tampan yang ia jadikan wallpaper. Senyum terus terpancar dari wajah cantik itu.

"Smoga, aku bisa dekat dengamu, Uncle!" gumamnya berdo'a.

**

Ditempat lain, di kota yang berbeda. Seorang pria masih berkutat di depan meja kerja. Pria berumur, namun masih terlihat tampan dan segar itu, masih sibuk dengan layar laptopnya.

Tok! Tok!

"Permisi, Pak!" sapa seseorang dari balik pintu.

"Iya, masuk!" titahnya.

Seorang wanita menghampiri dengan membawa berkas ditangannya. "Ini, Pak! Data mahasiswa magang yang akan training di Resto kita," ucapnya. Lalu menyerahkan berkas tersebut ke atas meja.

"Hem, oke! Nanti saya cek," balas pria itu.

Namun, wanita itu masih memperhatikan kesibukan bossnya tersebut. Tentu saja sang pria sadar akan sekretarisnya yang masih stay di samping.

"Ngapain kamu masih disini?" tanyanya heran.

Sontak wanita itu sedikit gelagapan mendapat teguran itu. "Ah iya, Pak. Ini sudah terlalu sore. Apa gak sebaiknya Bapak pulang?" sarannya.

"Kamu bisa pulang duluan. Saya akan kerjakan ini sedikit lagi!"

"Emm ... Tapi, Pak—"

"Udah sana pulang! Jangan ganggu saya!" pungkas pria itu. Akhirnya, wanita itu hanya bisa pasrah meninggalkan sang boss sendirian.

Lagi-lagi usahanya gagal untuk membujuk pria duda itu pulang bersama. Dengan wajah cemberut dan langkah gontai ia pun keluar dari ruangan itu.

"Pak Rizky ini benar-benar! Aku harus ekstra sabar menghadapinya. Aku akan hubungi Bu Feby, untuk mendapat dukungannya lagi!" ucap Sarah. Wanita itu meyakinkan diri untuk bisa mendapatkan perhatian dari boss tampannya.

Rizky Algibran, pria dewasa yang sudah memasuki kepala empat itu, memanglah terlalu sulit untuk dijamah wanita manapun. Pria beranak kembar, berusia setengah dari usianya tersebut, masih saja enggan membuka hati untuk siapapun. Ia hanya sibuk bekerja, tanpa ingin terikat hubungan asmara dengan makhluk bernama wanita.

"Ternyata masih banyak yang minat menjadi Chef?" gumamnya memperhatikan satu persatu lembar data mahasiswa jurusan Culannary. Hingga pergerakannya terhenti, saat ia menemukan satu data gadis pada lembaran itu.

"Arabella Diazmara? Apa ini Ara?"

******

Terpopuler

Comments

🥀🌻Yanti~Puspita~Sari🌻🥀

🥀🌻Yanti~Puspita~Sari🌻🥀

Ara mau jadi chef kah 😁😁semoga keterima ya ra

2023-05-01

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!