EMPAT

Yuma mengemas seluruh pakaian dan perlengkapan miliknya dari kamar kost. Memang dia akan segera meninggalkan kamar kost yang sudah di huninya selama dua tahunan itu. Dia juga sudah berhenti dari restoran tempatnya bekerja hanya dengan mengabari bos lamanya itu lewat pesan singkat. Dia tahu pasti bosnya itu akan menjelek-jelekkannya karena keputusannya itu, namun dia tidak mau peduli lagi. Setelah semua barang-barangnya masuk ke dalam kardus dan tas, Yuma menunju ke depan kost dan mengembalikan kunci kamarnya itu kepada ibu kost.

Pandangan mata ibu kost masih saja tidak ramah. Hanya saja Yuma pura-pura tidak tahu.

"Kalau nge-kost lagi di luar, jangan kau perlakukan sama, ya! Kau itu bisa bikin kost-kostan bangkrut." Kata ibu kostnya penuh kekesalah. Yuma maklum saja dengan reaksi ibu kostnya itu terhadapnya, mungkin memang dia lah yang bersalah karena menghambat usaha orang lain.

" Saya minta maaf ya bu, sudah buat ibu susah. Saya juga mau bilang makasih karena ibu masih mau saya hutangi selama ini." Kata Yuma tidak enak hati.

Ibu kost yang akhirnya melunak, dia pun tidak lagi mengucapkan kalimat pedas kepada Yuma dan mempersilahkannya untuk undur diri.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah tuan Gerry, mata nya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka, kalau hari ini adalah hari dimana dia akhirnya keluar dari kamar kostnya. Kamar itu bukan hanya sekedar kamar biasa, tapi di sanalah dia menumpahkan segala suka duka yang dia alami dalam hidupnya. Di kamar itu pula air matanya meleleh berganti dengan tawa.

Tanpa terasa angkot yang dia tumpangi kini sudah berada di depan gerbang rumah tuan Gerry, majikannya yang baru. Dia langsung turun setelah membayar ongkos angkotnya kepada supir.

"Permisi pak, saya yang kemarin datang, saya yang akan bekerja di rumah ini untuk tuan Gerry sebagai pengasuh orangtua." Kata Yuma kepada penjaga rumah di pos depan. Sang penjaga mengamati wajah Yuma, setelah yakin benar orangnya dia langsung membuka gerbang sedikit dan Yuma masuk ke dalam.

Seperti kemarin, Yuma melangkah mengikuti ke arah kemarin dengan Feeling-nya. Memang karena rumahnya terlalu luas dan besar, Yuma nyaris lupa arah seharusnya kemana.

"Ah... Ini dia." Ucapnya ketika sudah sampai di depan pintu kamar majikannya yang baru.

"Sudah datang?" Kata mama Gerry begitu pintu kamarnya di buka Yuma.

"Iya, bu, barusan." Jawab Yuma tersenyum ramah.

"Saya mau mandi." Kata mama Gerry.

" Baik, bu." Balas Yuma, dia langsung memapah majikannya itu ke kursi roda di samping tempat tidur. Yuma berusaha selembut mungkin dan setelaten mungkin kepada majikannya itu.

Yuma menuju ke kamar mandi dengan mendorong kursi roda. Dia takjub begitu membuka pintu kamar mandi dan mendapati setiap sudut kamar mandi yang mewah. Luas kamar mandinya bahkan tampak seperti sepuluh kali lipat dari kamar tidurnya di kost. Kamar mandinya juga tampak mengkilap dengan lantai marmer yang menawan. Beberapa ornamen emas juga melekat di perabotan dalam kamar mandi. Bahkan shower kamar mandi itu mengkilap karena terbuat dari campuran emas.

"Gila!" Seru Yuma dalam hati. Dia sampai takut masuk ke dalam kamar mandi itu karena lantainya sangat bersih sedangkan kakinya terasa kotor karena debu di angkot tadi.

"Emm, saya mandikan ibu di mana? Di shower apa di bathtub?" Tanya Yuma gugup sendiri.

"Terserah kamu saja." Balas mama Gerry. Yuma mulai memandikan majikannya itu, mengganti pakaiannya dan kembali menmbaringkan majikannya itu ke tempat tidurnya.

Sepanjang hari itu mama Gerry menceritakan banyak hal tentang keluarganya kepada Yuma. Mulai dari Gerry anaknya itu merupakan anak tunggal, perceraian mamanya dengan papanya yang sempat membuat Gerry menjadi anak yang tertutup dan sulit bergaul, serta awal mula penyakitnya yang ternyata karena terjatuh dari atas tangga.

Yuma dengan seksama mendengarkan cerita majikannya itu, beliau sangat baik dan juga lembut di mata Yuma. Beliau juga terlihat masih sangat cantik meski memang sudah berumur namun nampak awet muda. Yuma tidak di perlakukan layaknya pengasuh, dia merasa di perlakukan selayaknya seperti teman curhat dan teman berbagi waktu. Tanpa terasa waktu juga sudah larut malam. Semua keperluan dan kebutuhan majikannya itu sudah terpenuhi hari itu, Yuma menjalankan tugasnya dengan sangat baik.

"Tidurlah,bu. "Kata Yuma sambil menarik selimut majikannya ke atas dada. Yuma kemudian bersiap pergi dari kamar itu.

"Tunggu..." Lengan Yuma di tahan oleh majikannya.

"Iya, bu. Kenapa?" Tanya Yuma yang sontak menoleh.

"Gerry itu kesepian. Kadang dia mendadak dingin dan berubah sifat sesukanya. Tapi dia tidak jahat, dia hanya seorang anak yang sulit mengontrol emosinya karena masa kecilnya yang di paksa untuk dewasa karena perceraian kami sebagai orangtua." Sambung majikannya itu.

Yuma mengerutkan alisnya, dia tak mengerti arah tujuan pembicaraan majikannya. Namun, belum sempat Yuma bertanya lebih lanjut, majikannya itu sudah memejamkan matanya dan terlelap tidur karena rasa kantuknya.

Yuma mematikan lampu kamar itu dan membuarkan majikannya itu beristirahat. Dia menutup pintu kamar dari luar dan bergegas ke kamarnya sendiri di belakang.

Di dalam kamarnya, Yuma sudah masuk ke dalam selimut karena cuaca malam itu yang lumayan terasa dingin. Namun, belum lama dia terbaring, terdengar suara mobil yang baru masuk ke garasi. Kebetulan memang kamar para pekerja di rumah itu termasuk kamar Yuma berada di belakang dekat dengan garasi mobil.

Pintu mobil terdengar di tutup, sayup-sayup juga terdengar suara seorang wanita dengan sepatu hak tingginya melangkah.

"Kita naik ke kamar atas kan sayang?" Begitu yang terdengar di telinga Yuma.

"Iya. " Balas suara lelaki yang memang adalah tuan Gerry Louise sang majikan.

Siapa?

Gumam Yuma dalam hati. Namun ketika suara itu sayup-sayup menghilang, kedua mata Yuma yang sudah mengantukpun tertutup, dia terlelap tak lama setelahnya.

Angin malam berhembus semakin kencang, membawa gerimis dari langit yang makin lama semakin deras. Beberapa kali kilat juga tampak di langit seperti sedang memotret kedua sejoli di rumah itu yang tengah bermesraan tanpa suara di dalam sebuah kamar utama.

Ya, tuan Gerry sedang bersama seorang wanita cantik dan mempesona. Mungkin sudah bukan hal asing baginya untuk membawa seorang wanita ke dalam kamarnya di tengah malam. Hanya kedua sejoli itu yang bayangannya masih tampak dari balik tirai. Keduanya berpelukan dan bermesraan dengan sangat bebas.

"Kau tidak akan pernah bisa lepas dariku." Ucap Gerry kepada wanita di hadapannya yang sudah berpakaian sangat minim karena beberapa helai pakaian luarnya sudah di lepas.

"Sampai kapan kita akan begini? Kita sudah bercerai tapi ketika kau butuh, kau selalu mendatangiku. Memberikan uang dan segala milikmu dengan sejuta pesonamu yang membuatku menjadi sangat lemah dan sulit menolak." Ucap wanita itu sambil menciumi leher Gerry yang juga dia rindukan.

"Aku masih ingin memilikimu." Ucap Gerry sambil membuka satu per satu kancing bajunya hingga resleting celananya.

Malam itu angin memang berhembus dingin, air hujan juga membawa suasana lembab ke udara, namun bagi kedua sejoli itu, mereka berdua merasa sangat hangat. Sangat!

"

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

rupanya Gery itu laki-laki KK belum terlalu paham alur cerita lanjutlah KK bacanya

2023-05-27

1

Zhu Yun💫

Zhu Yun💫

Lanjut kakak... 👍

2023-05-14

1

lappet toba

lappet toba

semangattt berkaryaaaa😎👍🏻

2023-05-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!