"Mungkin kamu belum mengenal saya sama sekali. Tapi izinkan kali ini saya mengenalkan diri. Saya merupakan pengusaha dari salah satu produk yang cukup terkenal. Saya sudah menikah lima tahun lalu, istri Saya bernama Sakilla. Kita benar-benar pasangan yang sangat bahagia."
Annisa mengangguk. Memang keliatan dari wajahnya Bram yang tipe laki-laki setia.
"Tapi ... prahara pernikahan kami datang saat orang tua saya meminta cucu dengan intens. Saya sedikit nggak enak sama Sakilla. Karena ini diluar kehendak saya. Tapi mau gimana lagi? saya nggak bisa apa-apa selain meminta Sakilla untuk memberikan anak pada saya. Tanpa saya sadari perilaku saya yang sekarang membuat Sakilla jadi tertekan dan dia rela melakukan berbagai cara untuk bisa hamil."
"Singkat cerita dia hamil setelah lima tahun pernikahan kami. Dari awal kehamilan saya sudah melihat gejala yang aneh pada Sakilla tapi semua itu saya hiraukan karena saya yang sangat senang. Tanpa sadar ternyata Sakilla selalu menyembunyikan kesakitan dia selama. kehamilan. Hingga puncaknya, dia menyerah saat melahirkan anak yang kita inginkan selama ini. Ya ... Sakilla meninggal tepat saat Rama lahir di dunia ini."
Annisa menatap terkejut. Ngebayangin betapa sakitnya jadi Bram. Yang harus membagi dirinya. Antara sedih karena kepergian sang istri atau bahagia karena anak yang di tunggu selama ini akhirnya lahir di dunia ini.
"Tapi ... selama ini Rama tidak pernah tahu kalau ibunya meninggal pas dia lahir di dunia ini. Jadi, saya harap kamu juga tidak memberi tahu masalah ini ke dia. Biarlah hanya saya yang sakit saat mendengar tanggal itu. Dan biarlah Rama bahagia dengan kelahirannya tanpa harus sedih alasan dibalik tanggal itu terjadi."
Annisa mengangguk, ia berjanji akan menjaga Rama dengan sedemikian rupa. Termasuk jangan membuatnya sedih. Karena dia nggak mau kalau anak itu menangis setelah melihat betapa lembutnya hati anak itu.
"Okei ... terus alesan mas nikah sama aku tuh karena apa?" tanya Annisa lagi. "Karena .. aku beneran nggak bisa mikir sama sekali. Aku cuman datang dan ngomong nggak jelas sama mas karena emang aku yang lagi terpojok banget dan nggak bisa mikir apa-apa, selain ngomong kayak gitu."
Bram mendesis dan menyentil kening perempuan itu membuat Annisa mengaduh.
"Dasar ... mau sepenting apapun keadaan, nggak baik minta kayak gitu sama orang asing. Untung kamu ketemu sama saya yang baik dan nggak mikir macem-macem. Gimana kalau kamu ketemu sama orang jahat yang malahan jadi memanfaatkan keadaan?"
Annisa dengan mulut majunya hanya bisa mengusap keningnya.
"Ya namanya juga lagi genting. Lagian, nggak usah di masalahin lagi dong. Udah lewat ini kan? jadi mas nggak usah nakut-nakutin aku lagi."
"Dasar ..."
Annisa mengendikan bahu acuh.
"Dan kamu perlu tahu kalau istri saya memiliki kembaran dan mertua saya entah kenapa malah menjodohkan saya dengan kembaran istri saya."
"Terus?"
"Ya ... saya mana mau. Lagian, muka mereka emang mirip. Tapi tetep aja mereka beda orang. Saya nggak bisa rasain cinta di diri kembarann Sakilla dan hampir tiap hari saya di recokin terus sama mertua saya. Jadi, tanpa pikir panjang saya yang pusing langsung aja nerima permintaan kamu. Toh setelah saya lihat-lihat juga kamu bukan orang yang aneh atau mau melakukan hal jahat."
"Iyalah," jawab Annisa sewot. "Muka imut gini mana ada ngelakuin hal jahat. Tenang aja ... aku nggak ada niat buruk sama sekali. Aku juga bukan perempuan matre. Aku butuh uang itu buat—
"Tenang ... saya paham kok. Kamu butuh uang itu untuk membayar hutang keluarga kamu kan? setelah saya setuju sama permintaan tiba-tiba itu. Saya langsung mencari tahu seluk beluk kamu dan keluarga kamu. Ya saya dibuat kagum sama kamu yang ternyata selama ini jadi kepala keluarga di keluarga kamu. Padahal orang tua kamu masih lengkap. Jadi, nggak ada salahnya kan untuk kita saling mengenal satu sama lain? walaupun awalnya agak berlebihan kayak gini."
Annisa terdiam dan akhirnya mengangguk.
"Iya ... nggak ada salahnya sama sekali."
***
1. Belajar saling mencintai satu sama lain, jangan memaksa diri kalau tidak bisa. Ungkapkan saja, supaya jika ada yang tidak nyaman pihak satu akan langsung bertindak.
2. Pernikahan ini ditujukan untuk Rama. Harus fokus sama Rama dan memberi limpahan kasih sayang untuk Rama.
3. Tidak perlu melayani satu sama lain dan bebas lakukan apa aja tanpa izin dari masing-masing.
4. Jalani hidup masing-masing.
5. Ikuti alur kehidupan. Kalau akhirnya saling mencintai, ya nggak masalah sama sekali. Tapi cinta nggak bisa dipaksa.
6. Jangan ikut campur masalah satu sama lain.
7. Pihak satu akan memberi uang bulanan, jadi pihak dua nggak perlu khawatir sama sekali.
8. Pernikahan ini memang diawali dengan suatu keanehan, tapi pernikahan tetap berjalan seperti pernikahan pada umumnya.
Annisa membaca berulang kali dengan saksama. Memang tidak ada peraturan yang memberatkan dirinya. Ini sama aja dia mendapat durian runtuh. Udah dapat suami tampan dan kaya. Dapat anak yang juga super lucu. Nggak perlu mikirin utang orang tua dan sekarang dia menjalani hidup dengan bebas tanpa perlu khawatir sama sekali.
"Mas ... ini beneran?"
Bram mengangguk. "Kenapa? memberatkan di kamu ya? Saya sebenarnya kurang paham sama yang seperti ini. Jadi kalau ada yang memberatkan di kamu. Kamu bisa coret saja. Tidak masalah dan kalau kamu mau nambahin satu hal, silahkan tulis."
Annisa menggeleng.
"Bukan ... tapi ini lugowo banget di aku. Maksudnya, ini mah enak banget di akunya. Aku jadi nggak enak ginj sama mas. Mas udah kasih aku banyak hal bahkan ngeluarin banyak uang. Jadi, aku kayak gimana gitu. Tulis apa kek. Yang memberatkan akunya."
Bram terdiamalu tertawa saat sadar sama omongan Annisa.
"Emang aneh ya kamu, di kasih yang enak malah minta yang nggak enak. Udah, saya nggak minta banyak hal. Tapi saya hanya minta kamu untuk nyiapin mental saja. Karena saya yakin pasti terjadi sesuatu hal setelah mereka semua tau kalau saya sudah menikah. Bahkan dengan perempuan asing."
Annisa menelan saliva, sedikit panik. Tapi untuk saat ini ia hanya mengangguk saja.
"Tapi ... aku boleh minta sesuatu nggak, nggak yang aneh kok. Cuman aku mau ngelayanin mas. Dalam artian nyiapin baju atau kebutuhan mas. Seperti yang biasa di lakuin istri gitu. Walaupun ini pernikanan aneh , tapi aku mau jalanin seperti yang orang jalanin."
"Ah ... hanya itu. Silahkan saja, saya tidak akan protes dan menerima dengan baik. Hanya saja, saya akan mengingatkan lagi kalau fokus utama pernikahan ini adalah Rama bukan saya. Jadi kamu nggak perlu merepotkan diri untuk mengurus saya."
"Nggak repot sama sekali kok."
"Ya sudah kalau itu yang kamu mau, silahkan saja ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Lengkara
wah
2023-10-01
0
Liu Zhi
berarti Rama gak pernah lihat sosok ibunya secara langsung ya, kasihan
2023-05-13
0
Nita Beni Bening
lanjut kak ☺️☺️
2023-05-02
1