Mulai Menjaga Jarak

Malam ini tak seperti malam-malam pada beberapa hari yang lalu. Setelah dua tahun lamanya Rani selalu tidur dengan seorang pria, kini ia tidur sendiri di kamarnya yang baru. Sedari tadi, Rani tak bisa memejamkan mata. Kejadian pada hari ini seolah tak bisa luput dari pikirannya. Bayang-bayang tentang Temy yang meminta agar berpisah darinya terus terngiang-ngiang di otak Rani.

Entah kenapa, hati Rani seakan menolak perpisahan yang akan terjadi, meski akan sangat pahit baginya jika saja menjalani hari-hari dengan seorang pria yang tak mencintainya. Dilema, itulah perasaan yang Rani rasakan. Ia bingung harus mempertahankan yang mana, rumah tangganya atau hatinya.

Apa kekurangan yang ada di dalam hatiku hingga membuat Temy enggan bersamaku?

Pertanyaan itu selalu berputar di otak Rani. Ia tak berhenti mengintrospeksi diri, mencari-cari kesalahan di dalam dirinya. Rani bangkit dari posisi baringnya, berjalan menuju ke jendela. Dibukanya gorden yang menutupi kaca itu, hingga terpampanglah pemandangan malam hari yang sangat indah. 

Rani duduk di kursi dekat jendela, mengamati semua hal yang ada di balik kaca. Malam ini, Rani menghabiskan waktu untuk merenung, mengingat setiap momen-momen yang ia lalui bersama Temy untuk dua tahun ini. Kini, Rani segera sadar bahwa sebentar lagi semua momen itu tak bisa dirasakannya lagi. Tak bisa menahan perasaan sedih ini, setetes air mata mengalir dari kedua pelopak matanya. Rani menangis sunyi, merasakan kesepian di dalam hatinya. Tak lama lagi, kesendirian ini akan senantiasa dirasakan olehnya.

***

Temy membuka kembali matanya, mengacak-acak rambut sembari mengerang pelan. Sama seperti istrinya, pria itu tak kunjung pergi ke alam mimpi, tetap tertahan di kasurnya sembari membolak-balikkan badan. Selama satu jam telah Temy habiskan hanya untuk berusaha tidur. Namun, semua usaha yang dilakukannya tak pernah berhasil.

Temy bangkit dan duduk di ranjang, memusatkan perhatiannya ke arah bagian kosong yang ada di samping kasurnya. Sebuah senyuman terukir di bibir Temy, mengingat seorang wanita yang selalu tidur di sebelahnya itu. Yang tersisa sekarang hanyalah sebuah bantal kosong yang tak berpenghuni, membuat Temy merasakan sesuatu yang berbeda malam ini, seperti ada yang kurang.

“Tidak, tidak, tidak!” Temy menggelengkan kepala beberapa kali, menepis semua pikirannya itu. Mau bagaimana pun, Temy sudah sangat yakin dengan keputusannya. Temy tak boleh menyesal atas itu semua. Sedari awal, ia memang tak pernah mencintai Rina, apalagi berpikiran untuk menikahinya. Semua ini adalah tuntutan orang tua, membuat Temy terpaksa harus menjalani hubungan hambar ini.

Temy kembali membaringkan tubuhnya, menutupi kepalanya menggunakan bantal, mencoba meredam semua ingatan-ingatan yang ada di dalam kepalanya. Selang setengah jam kemudian, kesadarannya kian memudar. Akhirnya, Temy berhasil pergi ke dunia mimpi.

***

Perlahan, pria itu membuka kedua matanya, menyadari jika sinar matahari telah merambat melalui ventilasi kamar, mengenai wajahnya. Temy bangkit dari baringnya, menatap ke arah sebelahnya dengan tatapan bingung. “Rani?” Tak kunjung menemukan sang istri di sebelahnya, Temy menjadi penasaran.

“Argh ...!” Buru-buru ingatannya kembali. Temy sadar, Rani sudah berpisah ranjang dengannya. Tentu saja, setelah dua tahun Temy menikah, ini adalah pertama kalinya ia tidur sendirian di kamar, tanpa ditemani oleh Rani. Hal itu membuat Temy masih merasakan kehadiran Rani, meski raganya tak bisa dilihat secara nyata.

Tak mau memikirkannya lama-lama, Temy segera bersiap keluar untuk bekerja. Pagi ini, Rani tak melayaninya seperti sebelumnya. Biasanya, gadis itu selalu membangunkan Temy. Namun, kali ini Temy melihat jika gadis itu bahkan tak memasuki kamarnya. 

“Mau sarapan dulu?” Sesampainya di dapur, Temy langsung mendapatkan tawaran Rani untuk sarapan bersama. Awalnya, pria itu ingin menolak. Namun, entah kenapa rasa lapar yang ada di perutnya menuntun Temy untuk menerima ajakan itu. 

Mereka berdua pun sarapan bersama, dihiasi suasana hening yang mengelilingi. Tak mau merasa begitu canggung, Temy segera mencari sebuah topik untuk pagi ini. Pria itu tak sengaja melihat Rani yang berpakaian rapi. “Mau ke mana kamu, Ran?” tanyanya.

“Mau cari kerja. Sebentar lagi, aku akan hidup sendiri. Jadi, untuk mencukupi kebutuhan hidupku, aku harus mencari kerja,” jelas Rani singkat. Entah kenapa, semua kalimatnya itu membuat tenggorokan Temy tercekat. Sontak nafsu makannya pun menjadi hilang. Temy tak lagi melanjutkan makannya. Pria itu segera berpamitan untuk bekerja. Kemudian, berjalan meninggalkan Rani sendirian di ruang makan. 

Terpopuler

Comments

Partiah Yake

Partiah Yake

langsung vote, semangat up

2023-05-16

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

Kalau sudah tiada baru terasa bahwa kehadirannya sungguh berharga🎶🎶🎶

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!