Bab 5

Lea menyusul masuk ke dalam rumahnya nan luas itu. Ia mencari keberadaan Sri di segenap sisi bangunan, tetapi tidak juga berhasil menemukannya. Bahkan, di saat ia bertanya kepada para pelayan, tak satu pun dari mereka mengetahui atau melihat kebenaran Sri di rumah itu.

"Di mana kamu, Sri? Apakah kamu sudah pulang? Tapi kok gak pamit sama aku," gumam Lea sambil melangkahkan gontai menelusuri bangunan megah itu.

Hingga akhirnya langkah Lea tertahan di depan salah satu pintu kamar tamu yang terkunci rapat. Ia mencoba membuka kamar tersebut, tetapi tidak bisa sebab pintunya dikunci dari dalam ruangan.

"Ehm, Pelayan! Siapa yang ada di dalam kamar ini?" tanya Lea kepada salah satu pelayan yang tidak sengaja lewat di depannya.

"Oh, itu tuan Sean, Non. Tadi saya membantu nyonya Helena membawa tuan Sean yang sedang mabuk berat beristirahat di dalam kamar ini," jawab Pelayan itu.

Lea pun mengangguk pelan. "Oh, baguslah."

Setelah pelayan itu pergi, Lea pun kembali melanjutkan perjalanannya, mencari keberadaan Sri yang menghilang bagai ditelan bumi.

Setelah beberapa jam kemudian.

Pesta meriah yang diadakan oleh Gail pun berakhir. Semua tamu sudah kembali ke kediaman mereka masing-masing. Bukan hanya para tamu, Gail yang kelelahan pun segera kembali ke kamarnya.

Setelah selesai melakukan ritual mandinya, Gail berdiri di depan cermin rias sambil merapikan kancing piyama yang tengah ia kenakan. Lea yang juga baru selesai melakukan ritual mandinya, segera menghampiri Gail.

"Sayang, apa tadi Sri pamitan sama kamu sebelum pulang?" tanya Lea kepada Gail yang baru saja selesai merapikan piyama tidurnya.

"Sri?" Gail menautkan kedua alisnya heran.

"Sri, karyawanku," jelas Lea sembari mengenakan piyama tidur miliknya.

"Tidak. Memangnya kenapa? Tidak mungkinlah Sri pamitan sama aku. Kan kamu yang boss-nya, bukan aku," sahut Gail.

"Iya, Sayang. Aku juga heran. Tadi aku minta Sri untuk menemui babysitter di sini, eh setelah itu dia menghilang. Entah sudah pulang atau apa, aku tidak tahu. Ia bahkan tidak memberikan kabar apa pun kepadaku," tutur Lea.

"Mungkin dia sudah pulang," sambung Gail.

"Ya, mungkin saja."

Sementara Lea masih sibuk merapikan piyama tidurnya, Gail malah menghampiri kotak obat dan mencari-cari sesuatu di dalam sana. Hingga beberapa menit kemudian, Gail masih berada di sana dengan wajah bingung.

"Apa yang kamu cari, Sayang?" tanya Lea sambil sesekali melirik Gail.

"Ehm, obatku." Gail menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu berjalan menuju tempat tidur dengan raut wajah yang masih terlihat kebingungan.

"Obat apa?" Lea mulai penasaran.

"Ehm, obat ...." Gail menghentikan ucapannya lalu tersenyum kecut menatap Lea yang baru saja selesai merapikan piyama tidurnya. Wanita itu berjalan menghampiri Gail lalu duduk di tepian tempat tidur.

"Kenapa diam, Sayang?" tanya Lea dengan alis berkerut. Karena sudah bersiap untuk tidur, Lea pun melepaskan kaki palsunya kemudian meletakkan benda itu tepat di samping tempat tidur.

"Begini, Sayang. Jangan marah, ya!" Gail tersenyum lalu menatap Lea dengan malu-malu.

"Rencananya aku ingin menjadikan malam ini sebagai malam yang istimewa untuk kita. Aku membeli obat 'itu' biar malam ini kita bisa bermain sepanjang waktu. Tapi ... anehnya obat itu malah menghilang. Apa mungkin kamu yang menyingkirkannya?" Gail melirik Lea dan memperhatikan ekspresi wanita itu dengan sangat hati-hati.

Lea menekuk wajahnya. "Obat itu lagi?"

"Eh, Sayang. Jangan marah dulu. Aku melakukan ini bukan karena apa-apa. Aku hanya ingin menjadi lelaki terbaikmu, itu saja. Sumpah, demi Tuhan!" Gail meyakinkan.

"Trus, mana obat itu?"

Pertanyaan Lea barusan membuat Gail yakin bahwa bukan Lea yang menyingkirkan obat itu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari berpikir.

"Aku ingat. Aku meletakkannya di kotak obat, tapi sekarang malah menghilang. Apa mungkin ada seseorang yang masuk ke sini kemudian mengambil obat itu?" Gail bertanya-tanya.

Tiba-tiba Lea teringat akan Sean yang tadi sempat meminta obat pereda sakit kepala kepadanya dan ia yakin, Sean lah yang sudah menyingkirkan obat milik Gail tersebut.

"Tadi Sean sempat meminta obat pereda sakit kepala kepadaku. Karena aku masih sibuk dengan para tamu undangan, aku pun memintanya untuk mengambil obat sendiri di kamar ini. Apa mungkin menurutmu Sean yang sudah mengambil obatmu itu?" jelas Lea.

Gail mengusap wajahnya dengan kasar. "Hmm, pantas saja. Tidak salah lagi, aku yakin Sean lah yang sudah mengambilnya," ucap Gail.

Gail tiba-tiba terkekeh dan berhasil memecahkan keheningan suasana di ruangan itu. "Sean itu mabuk dan aku yakin dia tidak sengaja mengambil obat itu. Hmm, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Sean di sana. Mungkin saat ini dia sedang bermain bersama sabun mandi."

Ck ck ck! Lea menggelengkan kepalanya sambil berdecak sebal. "Kasihan, Sean."

Gail tertawa pelan. "Biarlah. Setidaknya itu pelajaran buat dia agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi sebuah obat," celetuk Gail.

...***...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝘁𝗮𝗽 𝗦𝗲𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝗽𝗶𝗮𝘀𝗸𝗮𝗻 𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝗿𝗶....𝗦𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗺𝗮𝗻𝗴𝘀𝗮

2023-11-11

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

bukan sabun mandi gail tp sean melampiaskan dgn tante lux yg beneran

2023-05-02

2

Dien Elvina

Dien Elvina

bukan maen sama sabun tapi Sri sdh di rudapaksa..alias di perkaos oleh Sean ..

2023-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!