"Jangan diambil hati, Nak Maira. Yudhis pasti cuma bercanda. Iya, kan, Yud?" sang oma melirik tajam pada Yudhistira.
"Benar, Dik Mela. Enggak mungkin-lah, aku sama kamu. Kata Oma 'kan, kita seperti Tom and Jerry," timpal Yudhistira seraya tersenyum miring, meledek gadis centil di depannya yang pasti akan ngambek jika dipanggil Mela.
Benar saja, Maira langsung protes mendengar panggilan Yudhistira terhadap dirinya barusan.
"Panggil aku Maira atau Rara, Mas!" Tatapan gadis itu begitu tajam, tetapi tidak membuat Yudhistira gentar.
Pemuda tersebut malah semakin tersenyum lebar. "Baik, Dik Rara Sayang," balas Yudhistira yang membuat Maira semakin kesal.
"Ih, nyebelin!" kesal Maira.
Wanita tua yang duduk di samping Yudhistira, hanya senyum-senyum saja melihat kelakuan muda mudi tersebut.
"oh, ada tamu." Suara lembut Mommy Billa yang menghampiri, mengalihkan perhatian mereka.
"Mom, Mai langsung jalan, ya," pamit Maida yang mengekor di belakang sang mommy. Gadis yang penampilannya anggun itu kemudian menyalami Mommy-nya.
"Hati-hati di jalan, jangan kemaleman pulangnya, Nak!"
"Siap, Mom," balas Maida. Gadis itu sempat mengangguk sopan pada omanya Yudhistira dan berbisik pada Maira.
"Jangan sok-sokan judes, Dik!" Maida langsung kabur sambil tertawa, sebelum mendapatkan cubitan dari adik kembarnya.
Mommy Billa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua putri kembarnya yang masih saja saling menggoda, padahal mereka berdua telah beranak dewasa.
Mommy cantik itu kemudian menyalami omanya Yudhistira. "Saya Billa, mommy-nya Maira," ucapnya memperkenalkan diri.
"Oh, istrinya Nak Rehan, ya?" tanya sang oma dengan netra berbinar.
"Sudah lama sekali saya tidak bertemu dengan Mas Sultan dan anak-anaknya. Terakhir kali bertemu, ketika orang tua kami meninggal dan waktu itu Nak Rehan masih SMP."
"Lama sekali, Tante. Kalau boleh tahu, memangnya Tante tinggal dimana?" tanya Mommy Billa yang memang belum pernah melihat wanita yang seusia dengan Nenek Lin tersebut.
"Saya ikut suami ke Surabaya dan belum lama ini, baru kembali ke sini karena harus mengurus cucu," balas wanita tua tersebut seraya menepuk lembut lengan sang cucu.
"Mamanya meninggal lima tahun yang lalu dan Yudhis seperti kehilangan arah apalagi setelah papanya memutuskan untuk menikah dengan wanita yang ternyata tidak dapat menerima Yudhis," lanjutnya, bercerita.
Raut wajah tua tersebut, kini berubah menjadi sendu.
"Oma, cukup," bisik Yudhistira yang tidak suka sang oma menceritakan tentang dirinya pada orang lain.
Mommy Billa mengangguk-angguk. Sedangkan Maira melirik Yudhistira mengamati pemuda tersebut.
'Pantas aja, kayak cari perhatian gitu. Rupanya dia dari keluarga yang broken. Kasihan juga ya, Mas Yudhis. Padahal kalau dilihat-lihat sebenarnya dia baik dan cukup sopan sama orang tua, terbukti dia selalu patuh sama omanya.' monolog Maira dalam diam.
"Assalamu'alaikum." Suara Daddy Rehan yang baru saja datang, mengalihkan perhatian semua orang.
"Oh, ada Nak Yudhis," sapa Daddy Rehan, hangat.
Yudhistira segera beranjak dan kemudian menyalami daddy-nya Maira tersebut, dengan takdzim.
"Iya, Om. Saya mau mengembalikan mobilnya Dik Mela," balas Yudhistira yang entah mengapa dia merasa lebih nyaman memanggil Maira dengan panggilan tersebut.
Maira kembali cemberut.
"Oh ya, Om. Perkenalkan, Oma saya." Yudhistira menunjuk ke arah omanya.
Daddy Rehan yang merasa sudah pernah melihat wajah tersebut, mengerutkan dahi.
"Istrinya Om Bisma, bukan?" Daddy Rehan mengulurkan tangan untuk menyalami wanita tua di hadapan, dengan dahi berkerut dalam.
Daddy tampan itu seperti mengingat-ingat sesuatu, ke masa puluhan tahun yang lalu.
Ya, samar Daddy Rehan dapat mengingat wanita tua itu adalah istri Om Bisma yang dulu dekat dengan Oma Sekar. Daddy Rehan juga ingat, bahwa putra wanita tua tersebut adalah teman bermainnya sewaktu masih kecil dulu, Pandu.
Perpisahan yang sangat lama karena alasan bisnis yang mengharuskan keluarga Bisma pindah ke luar kota, membuat hubungan pertemanan mereka renggang bahkan karena kesibukan masing-masing, pertemanan tersebut menjadi hilang.
Mereka sempat bertemu kembali semasa Daddy Rehan remaja, tapi hanya sebentar karena keluarga Bisma harus kembali ke Surabaya.
"Benar, Rey. Kamu masih ingat Tante?" Wanita tua tersebut berkaca-kaca.
"Om Bisma sudah lama meninggal, Rey. Ketika Pandu baru saja menikah," lanjutnya bercerita.
Daddy Rehan yang kemudian duduk di samping wanita tua tersebut, menepuk lembut punggung tangan omanya Yudhistira.
Selanjutnya wanita tua itu banyak bercerita. Menceritakan hubungan pertemanan Opa Sultan dengan almarhum suaminya dan kedekatan dirinya dengan Oma Sekar.
"Pandu dan almarhumah istrinya, lama tidak memiliki putra. Dan begitu putra pertama lahir, dia memberinya nama Yudhistira karena Pandu berharap dapat memiliki banyak anak, minimal lima seperti pandawa."
"Tapi Allah berkehendak lain. Pandu hanya diberi satu amanah anak, yaitu hanya Yudhis." Omanya Yudhistira tersenyum pada sang cucu, mengakhiri ceritanya.
"Oh, jadi Nak Yudhis anaknya Pandu. Pantesan, ada mirip-miripnya." Daddy Rehan tersenyum, menatap Yudhis.
"Berarti sekarang, Pandu juga pindah ke sini, Tante?" tanya Daddy Rehan.
Wanita tersebut menggeleng. "Tidak, Nak. Pandu tetap di Surabaya bersama istri mudanya."
"Oma, sudah hampir maghrib. Pulang, yuk!" bisik Yudhistira yang tidak ingin sang oma membahas tentang sang papa dan istri mudanya yang jahat, menurut pemuda tersebut.
Sang oma menatap sekilas ke arah Yudhistira dan kemudian kembali berbicara pada Daddy Rehan dan Mommy Billa.
"Tante membawa Yudhis kembali ke sini karena dia di sana salah pergaulan akibat kurangnya perhatian dari Pandu dan istri mudanya itu, Nak Rehan, Nak Billa."
"Tante berharap, begitu Yudhis masuk kuliah di sini, dia akan berubah, tapi ternyata sama saja. Dia susah dikasih tahu dan masih saja suka keluar malam. Bahkan yang terakhir tante dengar, dia diangkat menjadi ketua di geng motornya."
Sang oma kemudian menoleh ke arah Yudhistira yang tengah garuk-garuk kepala, salah tingkah karena sang oma menceritakan tentang kisah Yudhistira pada keluarga yang baru dia kenal.
Apalagi sedari tadi Yudhistira menyadari, bahwa Maira selalu memperhatikan dirinya.
"Tante berharap, Yudhis dapat berteman baik dengan Nak Maira agar aura positif putrimu itu dapat menular pada cucu tante," harap wanita tua tersebut yang kemudian menatap Maira, dengan tatapan penuh makna.
🌹🌹🌹 bersambung .. 🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
zian al abasy
hehe gk komen lh udh ktinggalan jauh hehe🙏 thor
2023-12-28
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙖𝙙𝙖 𝙪𝙙𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙡𝙞𝙠 𝙗𝙖𝙠𝙬𝙖𝙣 𝙮𝙖 𝙤𝙢𝙖 😅😅😅
2023-08-07
1
Qaisaa Nazarudin
Waahh mendalam sekali maksud sang oma..😀😀😜
2023-06-22
1