Sesuai kesepakatan, Maira kemudian mengendarai mobil sport milik Yudhistira yang berwarna hitam garang. Sementara pemuda yang tadi menabrak mobil Maira, mengendarai mobil berwarna merah muda yang cantik seperti sang empunya.
Sepanjang jalan mengikuti mobil Maira untuk pulang ke rumah gadis tersebut dan meminta maaf kepada orang tua Maira seperti titah sang oma, Yudhistira selalu saja menggerutu tidak jelas dan meluapkan kekesalannya karena merasa dikerjai oleh Maira dan sang oma.
Sementara Maira di dalam mobil milik Yudhistira, tersenyum-senyum sendiri. "Rasain, makanya jadi cowok jangan suka nyolot! Aku aduin sama oma kamu, langsung menciut, deh," gumam Maira, senang.
"Eh, tapi tunggu-tunggu. Cowok ketus dan brengsek kayak dia, kenapa patuh banget, ya, sama omanya? Salut aku sama dia," lanjutnya bergumam sendiri.
Lamunan Maira buyar, kala Yudhistira membunyikan klakson mobil dan kemudian mensejajarkan mobil yang dia kendarai di samping mobil miliknya yang dikendarai oleh Maira.
Pemuda berwajah tampan, tapi dengan tatanan rambut yang acak-acakan tersebut membuka kaca jendela sebelah kiri dan kembali membunyikan klakson, memberi kode pada Maira agar membuka kaca jendelanya.
"Ada apa, sih?" tanya Maira sedikit berteriak, setelah membuka kaca jendela di sisi kanannya.
"Aku ke rumah kamu besok saja, ya. Aku buru-buru soalnya, mau bertemu teman-teman!" ijin Yudhistira.
"Kamu kirimkan saja alamat rumah kamu. Besok begitu mobilnya sudah jadi, langsung aku anterin ke rumah," lanjutnya, memohon pengertian Maira.
"Aku, sih, enggak masalah, tapi kalau sampai oma kamu tahu, jangan salahkan aku, ya," balas Maira.
"Ck!" Yudhistira berdecak kesal seraya memukul setir mobil yang tidak tahu apa-apa. Pemuda begajulan itu kemudian memelankan laju mobilnya dan kembali mengiringi laju mobil di depannya.
Maira tersenyum dalam hati. 'Benar-benar takut dan patuh dia sama omanya. Hem, good boy, sih, sebenarnya.'
Mobil sport yang dikendarai Maira memasuki pintu gerbang yang tinggi menjulang dan kemudian parkir di halaman rumah yang luas kediaman keluarga Alamsyah, diikuti oleh Yudhistira yang kemudian parkir tepat di sebelahnya.
"Mau menemui orang tuaku di dalam, apa menunggu di sini?" tanya Maira, setelah pemuda yang menabrak mobilnya itu turun.
"Di sini aja, aku buru-buru!" balas Yudhistira yang masih terdengar ketus.
Maira mengedikkan bahu dan kemudian segera berlalu tanpa berkata-kata lagi.
Tak berapa lama, Maira kembali bersama sang daddy dan mommy-nya yang juga diikuti oleh saudari kembar Maira, Maida.
"Busyet, nemu di mana, Mel, cowok cakep kayak gitu?" bisik Maida, di telinga Maira ketika menuruni tangga di halaman rumah.
"Idih, si Kakak butuh kaca mata kuda kali, ya. Cowok macam dia, dibilang cakep." Maira geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan cara pandang Maida terhadap seorang cowok.
"Cakep kali, Mel, kalau sedikit aja di rapihin," kekeuh Maida, jujur.
Ya, Yudhistira memiliki garis wajah tegas, hidung mancung dengan rahang kokoh sempurna. Tatapan matanya tajam dan bibirnya yang seksi, merah alami.
Hanya saja, penampilan pemuda tersebut berantakan. Rambutnya acak-acakan dan pakaiannya, jauh dari kata rapi. Celana jeans sobek-sobek, dipadukan dengan kaos hitam bergambar group band metal.
"Ya udah, ambil aja sana kalau Kak Mai doyan," cibir Maira. "Aku, sih, ogah, ya!" lanjutnya menatap tak suka pada Yudhistira.
"Yey, aku 'kan dah punya gebetan, Mel. Lagipula, jangan bilang ogah dan sok-sokan enggak suka. Ntar kalau kamu jatuh cinta beneran, biar enggak malu." Maida tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang putih bersih dan rapi.
"Selamat malam, Om, Tante. Perkenalkan, saya Yudhis, Yudhistira," sapa Yudhistira seraya memperkenalkan diri dengan sopan, membuat bisik-bisik kedua saudari kembar tersebut, terhenti.
Pemuda tersebut kemudian menyalami daddy dan mommy-nya Maira.
"Lihat, Mel. Meskipun penampilannya urakan, tapi dia sopan banget," bisik Maida mencoba mempengaruhi sang adik kembar yang masih jomblo.
"Akting 'kan bisa aja, Kak," balas Maira, apriori.
Pertemuan pertama yang kurang menyenangkan, membuat Maira kehilangan rasa simpatinya terhadap Yudhistira dan menganggap pemuda tersebut tak lebih dari pemuda berandalan, anak jalanan.
Sementara Yudhistira kembali mencuri-curi pandang ke arah Maira dan Maida, dengan menyimpan tanya dalam hati.
'Jadi, dia anak kembar? Lucu juga kali ya, kalau bisa memacari keduanya,' batin Yudhistira, terkekeh sendiri dalam hati.
'Kalau sampai oma tahu isi pikiranku ini, bisa dicincang dan dimasak menjadi rendang tubuhku.' Yudhistira bergidik, ngeri, membayangkan kemarahan sang oma jika sampai dirinya mempermainkan seorang wanita.
"Apa Nak Yudhis ini, temannya Mela?" tanya Mommy Billa dengan suara yang lembut, mengurai lamunan Yudhistira.
Mendengar suara lembut Mommy Billa, pemuda yang berdiri di hadapan wanita paruh baya tesebut, melongo, dan tiba-tiba merindukan suara sang mama yang telah tiada.
"Mela siapa ya, Tante?" tanya Yudhistira setelah berhasil mengembalikan kesadarannya.
"Ma-i-ra, Mommy. Bukan Mela!" protes Maira, mengeja namanya sendiri.
Yudhistira tersenyum, mengetahui kartu As kelemahan gadis berhijab yang membuat dia dalam masalah karena harus membawa mobil yang girly jika nanti menemui teman-temannya.
"Maksud tente, Maira, anak tante," balas Mommy Billa, meralat ucapannya.
"Bukan teman, Mom," sahut Maira yang tidak mau diledekin oleh saudari kembarnya.
"Tadi di jalan, dia menabrak mobil Rara, Mom, dan dia ikut ke sini mau minta maaf sama Mommy dan Daddy," terang Maira.
"Benar, Tante, Om. Saya minta maaf karena tadi tidak sengaja menabrak mobil Dik Mela, sehingga mobilnya mengalami kerusakan yang cukup serius," sesal Yudhistira, sungguh-sungguh.
"Ma-i-ra, Mas Yudhis, namaku Maira, bukan Mela!" protes bungsu keluarga Rehan Alamsyah tersebut, dengan bibir mengerucut.
Gadis kecil menggemaskan yang kini telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita tersebut memang tidak suka jika ada yang memanggil dirinya Mela, kecuali keluarganya karena memang nama itu sudah terlanjur melekat di dirinya.
Jika berbicara di depan teman-temannya, Maida juga biasanya akan memanggil Dik Rara, atau Dik Maira. Hanya saja, tadi Mommy Billa sempat keceplosan sehingga Yudhistira menjadi tahu nama panggilan Maira sewaktu kecil.
"Cie, baru kenal dan katanya enggak suka, tapi manggilnya sudah Dik Mela dan Mas Yudhis," ledek Maida yang membuat bibir Maira semakin mengerucut.
"Ck!" Maira berdecak kesal. 'Tahu gini, tadi aku tolak aja permintaan omanya yang menyuruh dia untuk minta maaf sama daddy dan mommy.'
Sementara Yudhistira senyum-senyum sendiri, seraya menatap Maira dengan tatapan penuh arti.
🌹🌹🌹 bersambung ... 🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
zian al abasy
hehe mela kn udh besal mom.bukan ank kecil lg dlu mela skalang maira hehe.maira sm yudis pngnten baru yng akhirny nyusul maida bulan mdunya rme" 3psang pngnten baru.
2023-12-28
1
Bilal Muammar
mela gemesin....☺
2023-09-08
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙡𝙪𝙘𝙪𝙣𝙮𝙖 𝙈𝙚𝙞𝙧𝙖 🤭🤭🤭🤭
2023-08-07
1