Bab 3 ~ Dia Manis dan Menggemaskan

Arini berdiri tidak jauh dari Pak Yusron sambil mengarahkan siswa yang sudah hadir di ruangan.

“Ayo cepat, kalian ini kerjanya berulah saja. Mau jadi apa hah?”

“Pahlawan super, pak,” gumam Iqbal tapi masih bisa didengar oleh Yusron dan Arini.

“Diam, menjawab saja,” hardik Pak Yusron.

“Lah gimana ceritanya, tadi nanya tapi dijawab salah,” ujar Ucup.

"Kamu nanyak ....," ujar Kama.

Arini bahkan tersenyum mendengar perdebatan Yusron dan siswa. “Eh, ada guru baru nih," seru Kama lagi.

“Sudahlah, ayo kita mulai.” Pak Yusron duduk di meja depan diikuti oleh Arini. “Kalian sudah tahu ya, tujuan kalian dipanggil dan dikumpulkan. Yang mana lagi-lagi saya harus melakukan bimbingan dan pengarahan karena ulah kenakalan kalian. Hati-hati, karena diantara kalian ada poin yang semakin menipis dan konsekuensi ketika poin sudah habis atau minus maka kalian bisa dikeluarkan dari sekolah ini.”

“Boleh top up poin nggak pak?” tanya Kama.

Tentu saja pertanyaan tersebut membuat teman-temannya bersorak bahkan mendukung usulan tersebut.

Brak.

“Diam, ini sekolah bukan pasar.”

“Yang bilang pasar ‘kan Bapak, bukan kita,” sahut Ucup.

Arini hanya menggelengkan kepala, melihat interaksi antara siswa-siswa tersebut dengan ketua BK yaitu Pak Yusron. Padahal Pak Yusron terlihat sudah cukup berumur dengan penampilan cukup tegas tapi ternyata tidak membuat takut para siswa, artinya dia harus memikirkan ide lain untuk membuat para siswa itu serius dan mendengarkan.

“Tunggu dulu, sepertinya ada yang kurang.” Pak Yusron membaca daftar nama dan memperhatikan satu persatu wajah siswa yang sudah hadir. “Lah, Cakra tidak ada. Ke mana si Cakra?”

“Di sini, Pak.”

Semua atensi beralih ke pintu di mana seorang siswa yang santainya memasuki ruangan dan duduk di salah satu kursi.

“Terlambat lagi?”

“Nggaklah Pak, masa tiap hari saya harus terlambat. Malas pula ketemu Bapak terus, saya datang lebih awal tapi ketiduran di kelas.”

“Sama saja Cakra, raga kamu di sekolah tapi jiwa kamu mengembara jadinya ya seperti ini.”

Cakra tidak terlalu fokus pada ocehan Pak Yusron yang mulai membahas mengenai tawuran yang mereka lakukan. Namun, dia menatap perempuan yang duduk di samping Pak Yusron.

Dia bukannya perempuan yang kemarin? Ternyata guru baru, tapi kelihatan masih muda banget. Nggak cocok jadi guru, cocoknya jadi sugar baby, batin Cakra sambil tersenyum sinis.

Belum mengalihkan pandangannya dari Arini yang kemudian tatapan mereka bertemu. Bukannya mengelak pandangan, Cakra malah balas menatap Arini membuat perempuan itu mengernyitkan dahinya.

“Kalau kemarin kalian sampai dibawa ke kepolisian, sudah pasti langsung dikeluarkan. Tidak lama lagi kalian akan mengikuti serangkaian kegiatan ujian, jadi jangan aneh-aneh. Coba rubah pandangan hidup kalian agar bisa melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat.”

Kelas hening, tapi bukan karena para siswa meresapi nasihat melainkan sebagian melamun. Apa yang diucapkan oleh Pak Yusron seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

“Setelah ini kalian akan mendapatkan pembimbing. Satu siswa satu orang pembimbing, khusus untuk yang ada di ruangan ini. Bimbingan dilakukan untuk membuat kalian lebih aktif, lebih sibuk agar tidak lagi melakukan kegiatan tidak berguna dan siap menghadapi ujian. Jika memungkinkan, Pembimbing juga akan mendatangi rumah dan orang tua kalian. Hal ini sudah kami sampaikan langsung ke orangtua masing-masing.”

“Orangtua saya nggak ada di Jakarta, Pak. Kapan Bapak menyampaikannya?” tanya Cakra.

“Iyakah?” tanya Pak Yusron yang kemudian membuat lembaran informasi mana saja orangtua yang sudah mendapatkan informasi. Ternyata orangtua Cakra memang belum mendapatkan informasi, Pak Yusron menggaruk kepalanya yang tidak gatal.  

Arini menghela nafasnya.

“Sekedar mengingatkan, ada yang namanya teknologi komunikasi. Jadi kami bisa menyampaikan informasi ini tanpa bertemu dengan orang tuamu,” tutur Arini.

“Ah betul itu. Nah, untuk kamu Cakra yang akan menjadi pembimbing adalah Ibu Arini.”

“Hahh,” pekik Arini dan Cakra serempak.

“Cie, kompak. Biasanya yang kompak kayak gini bakalan jodoh nih,” ejek Ucup.

“Jodoh apaan, bukan tipe gue banget,” gumam Cakra kembali tersenyum sinis.

“Hati-hati, benci dan cinta itu beda tipis,” ujar Kama. “Tapi kalau Cakra nggak mau, Ibu Arini boleh kok jadi  pembimbing saya. Ikhlas banget deh,” usul Kama.

“Saya yang tidak ikhlas, bisa-bisa Ibu Arini kamu pacari,” ujar Pak Yusron yang melanjutkan menyebutkan siapa pembimbing dari masing-masing siswa bermasalah di ruangan tersebut.

“Ingat, pembimbing boleh merekomendasikan siswanya untuk dikeluarkan. Terutama kamu, Cakra. Poin kamu sudah banyak berkurang dan tidak ada top up poin,” ujar Pak Yusron kemudian menutup pertemuan tersebut.

“Cakra,” panggil Arini sebelum laki-laki itu keluar bersama rekan-rekannya.

Cakra berbalik dan mendengus kesal kemudian menghampiri Arini.

“Jam istirahat, temui saya. Di ruang BK,” titah Arini.

“Harus?”

“Menurut kamu?” tanya Arini membalas tatapan Cakra.

“Kalau nggak lupa, kadang saya suka amnesia tiba-tiba kalau dipanggil guru.” Cakra kemudian berlalu dan meninggalkan Arini.

“Sepertinya, aku harus bekerja keras.”

...***...

Jam istirahat sudah hampir habis, tapi Cakra belum memperlihatkan wajahnya di ruang BK.

“Mau main-main denganku, oke kita ikut permainan kamu.”

“Bu Arini, mau kemana?” tanya salah satu guru BK lainnya.

“Hm, mencari Cakra Pak.”

“Hati-hati Bu, dia siswa berandalan. Ibu sudah hubungi orangtuanya?”

“Sudah tadi pagi setelah pertemuan,” sahut Arini.

“Yang sabar aja bu kalau menghadapi Cakra. Kasihan ya, masih magang malah harus dapat Cakra,” ujar guru lainnya.

Arini hanya tersenyum kemudian melanjutkan niatnya menemui Cakra. Menyusuri koridor kelas, tentu saja menuju kelas Cakra.

“Eh, ada ibu cantik. Mau cari siapa Bu?” tanya Ucup menghalangi jalan Arini saat melewati kelasnya.

“Minggir, saya mencari Cakra.”

“Yaelah Bu, cari gara-gara itu mah.”

“Kamu tahu di mana Cakra?” tanya Arini sambil melipat kedua tangan di dada.

“Kalau nggak ada di kelas atau kantin, biasanya dia di taman belakang,” jawab Iqbal.

“dan taman belakang itu ada di ….”

Iqbal dan Ucup menunjukkan arah menuju taman belakang. Arini pun bergegas menuju ke sana.

“Penasaran gue, apa bisa dia mengatasi Cakra. Pasti bocahnya lagi ngerokok dah,” ujar Ucup.

Arini melewati gerbang menuju taman belakang yang dimaksud. Taman tersebut sepertinya jarang digunakan karena areanya agak tertutup tapi siswa dapat mengakses wilayah tersebut. Tanaman yang ada seperti kurang terawat, bahkan ada tiga kelas kosong yang sudah terbengkalai dan rusak.

Gadis itu menatap sekeliling mencari keberadaan Cakra dan …

“Cari siapa Bu?” tanya Kama.

“Cakra, di mana dia?”

“Nggak cari saya bu.”

“Nama kamu Kama ‘kan?”

Kama menganggukkan kepalanya.

“Sebaiknya tunjukan Cakra di mana dan kamu urus saja masalah kamu.”

Kama mengusap tengkuknya, dia baru saja mendapatkan pesan dari Pak Yusron agar segera menemuinya.

“Cakra di sana,” tunjuk Kama pada kursi di bawah pohon.

Arini pun melangkah mendekat ke arah kursi tersebut, di mana Cakra berbaring dengan tangan kanan memegang rokok dan mulutnya menghembuskan asap.

“Cakra!” pekik Arini tentu saja mengagetkan Cakra yang langsung beranjak duduk dan menoleh ke arah suara.

Arini memasang wajah garang menatap Cakra yang sedang melihat ke arahnya. Cakra tidak terlihat takut, malah menatap penampilan Arini yang mengenakan blouse rapi dimasukan ke dalam rok dan flat shoes juga rambut yang diikat ekor kuda.

Ujung bibirnya tertarik dan membingkai senyum.

Kalau diperhatikan, dia manis juga dan menggemaskan, batin Cakra.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

dasar anak nakal🤭🤭🤭😣

2023-10-06

0

kafa ainshod

kafa ainshod

awas bocah nakal bu...

2023-05-20

0

Defi

Defi

Cakra sadar, Bu Arini guru kamu. masak mau dipacari 😄

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!