Bab 5 ~Semalam Bersama Cakra

Cakra beranjak duduk, padahal baru sepuluh menit dia berbaring.

“Banyak nyamuk banget sih.”

Laki-laki itu sibuk mengibaskan jaketnya untuk menghalau nyamuk. Beruntung pagar rumah Arini agak tinggi dan ada tidak ada celah serta banyak tanaman sehingga tidak terlihat keberadaan Cakra dari luar. Juga lampu beranda yang memang dimatikan hanya ada lampu jalan.

Arini di dalam kamarnya pun tidak tenang dan tidak bisa tidur. Was-was dengan keberadaan Cakra di depan rumah, juga khawatir dengan ancaman bocah itu.

“hufttt.”

Lagi-lagi Arini menghela nafasnya dan beranjak duduk.

“Aku jadi menyesal memilih magang di sekolah,” gumam Arini yang sudah memegang ponsel dan mengirimkan pesan pada Cakra.

[Bisakah kamu pergi, sekarang!] ~ 081xxx

[Astaga, Ibu tega amat. Gimana kalau saya babak belur di luar sana?] ~ Cakra

“Tapi menolong kamu juga beresiko untuk hidupku,” ujar Arini lirih di dalam kamarnya setelah membaca balasan pesan dari Cakra.

Tidak lama kemudian, ada pesan lagi dari Cakra.

[Bu, saya boleh masuk gak? Di sini banyak nyamuk, saya tidur di ruang tamu ibu ya. Please] ~ Cakra.

“Cakra pasti ngaco ya, masa dia minta ke dalam. Eh, kalau dia di dalam tidak akan berulah dan tetangga nggak akan tahu.”

Arini pun beranjak dari kamarnya dan menuju pintu depan. Membuka kuncinya perlahan dan Cakra sudah berdiri di depan pintu dengan senyum mengesalkan.

“Masuk, cepat!” lirih Arini.

“Hahh, akhirnya.” Cakra langsung merebahkan dirinya di sofa panjang ruang tamu Arini.

“Ehh, bangun dulu,” titah Arini.

“Apa yang harus bangun?”

Arini mengernyitkan dahinya, “Ck, duduk!”

Saat ini Arini melipat kedua tangannya di dada menatap Cakra yang selalu dengan wajah tidak bersalah, bahkan duduk dengan merentangkan kedua tangan di sandaran sofa menatap keliling ruang tamu rumah Arini.

Dalam hati dia heran dengan luasnya rumah itu, karena kamar mandi kamarnya saja bisa seluas ruangan di mana dia berada saat ini.

“Heh, lihat sini!”

Atensi Cakra pun beralih pada wajah Arini. Penampilan gadis itu saat ini mengenakan piyama dengan rambut terurai dan wajah polos tanpa make up membuat Cakra menyunggingkan senyumnya. Menyadari kecantikan alami dari perempuan di hadapannya.

Dia polosan aja cantik, gimana kalau make over, gumam Cakra

Sudah biasa melihat perempuan yang cantik karena make up totalitas dan sekarang menatap wajah Arini ternyata tidak membosankan.

“Dengar ya, aku memperbolehkan kamu masuk karena khawatir kamu berulah di depan dan dilihat oleh tetangga karena akan membuat masyarakat salah paham. Sekarang kamu tidur dan segera pergi besok pagi,” titah Arini.

“Hm, boleh saya minta air Bu. Haus nih.”

Arini menarik nafasnya berusaha menahan sabar menghadapi bocah berandal di hadapannya yang dikasih hati tapi minta jantung (Untung saja tidak minta duit).

“Nih.” Arini memberikan gelas dan botol air yang diterima Cakra dengan senyum.

“Nah gitu Bu. Kalau ibu baik bakal tambah cantik,” puji Cakra.

“Aku nggak perlu cantik dihadapan kamu atau mendapatkan pujian kamu,” sahut Arini.

Cakra sudah menghabiskan hampir dua gelas.

“Setelah ini tidur jangan aneh-aneh apalagi minta makan.”

“Nah, usul bagus tuh. Kebetulan saya juga lapar, Bu.”

“Cakra!!!!”

...***...

Sudah lewat tengah malam, Arini belum bisa tidur dan masih terdengar suara Cakra yang bergumam karena asyik dengan game onlinenya.

“Bocah itu bener-bener deh.”

Arini yang merasa Cakra cukup mengganggu akhirnya kembali beranjak.

“Cakra, kamu bisa diam? Aku butuh tidur.”

“Emang saya nggak bisa diam? Perasaan saya dari tadi nggak ngapa-ngapain atau Ibu mau saya nggak bisa diam?"

“Kamu berisik.”

Cakra meletakan ponselnya yang kebetulan sudah memenangkan game yang tadi dimainkan.

“Ibu nggak bisa tidur kok malah nyalahin saya. Wajar sih Ibu nggak bisa tidur karena ada cowok ganteng di rumah ibu dan kita hanya berdua,” tutur Cakra sambil mengerlingkan matanya.

“Jangan ngaco kamu. Walaupun seisi sekolah memuja kamu tapi tidak dengan aku. Ganteng kalo nyebelin dan berandal kayak kamu nggak bikin hati aku tergugah,” tutur Arini.

“Ehm, belum tau aja. Jangan begitu Bu, nanti Ibu terCakra-cakra loh,” goda Cakra sambil terkekeh. “Duduk bu, mending kita ngobrol-ngobrol.”

Cakra yang memang sedang duduk di lantai malah mempersilahkan tuan rumah. Meja sofa sudah digeser sejak tadi. Arini pun duduk di sofa panjang dan Cakra masih di lantai.

“Ibu kenapa jadi guru sih, perasaan masih muda?”

“Aku masih kuliah dan sedang magang di sekolah kamu,” jelas Arini.

“Oh, pantesan. Terus ini kenapa sepi Bu? Pada kemana yang lain?”

“Kamu kepo banget sih,” gumam Arini.

Cakra mengedikkan bahunya, sebenarnya sejak tadi dia begitu penasaran kenapa rumah itu terlihat sepi.

“Aku hanya tinggal dengan Ibu dan beliau tidak pulang hari ini.”

“Kerja?” tanya Cakra lagi.

“Iya.”

Cakra menganggukkan kepalanya.

Obrolan mereka terus berlanjut bahkan akhirnya membahas hal random, termasuk membicarakan film dan Cakra yang menceritakan kejadian dia dikejar oleh geng motor lawan.

“Makanya nggak usah ikut komunitas nggak guna itu, yang ada nyawa kamu terancam.”

“Ibu nggak asyik, seru loh bu. Mau nggak saya bonceng terus kita kebut-kebutan?”

“Nggak. Saya masih sayang dengan nyawa saya."

Entah bagaimana ceritanya yang jelas Arini sudah tertidur berbaring di sofa sedangkan Cakra masih duduk di lantai dengan punggu bersandar pada sofa di mana Arini berada. Menjelang subuh Arini terjaga dan terkejut dengan Cakra yang terlelap dengan kepala bersandar tidak jauh dari wajah Arini.

“Cakra,” ujar Arini yang sudah beranjak duduk. “Hei, bangun.”

“Hm. Masih ngantuk Bik, aku nggak sekolah aja ya.”

“Bik? Eh, Cakra bangun,” ujar Arini sambil mengulurkan tangan untung mengguncangkan tubuh Cakra.

Cakra pun terjaga lalu meregangkan otot tubuhnya dan menoleh ke belakang di mana Arini masih berada di atas sofa.

“Baru jam lima pagi Bu, kirain udah jam sembilan,” keluh Cakra yang sedang menguap.

“Kamu pergi sekarang, sebelum tetangga pada bangun. Jangan hidupkan mesin di depan rumahku agak jauhan dikit.”

Cakra pun berdiri dan memakai jaketnya. Arini sudah membuka pintu bahkan memastikan keadaan aman dan tidak ada orang di luar. Memberi tanda pada Cakra agar segera keluar dan membuka pelan pintu pagar. Motor didorong keluar pagar oleh Cakra kemudian Arini kembali menutup pintu pagar.

Agak jauh dari rumah Arini, terdengar deru mesin motor dan perlahan suara  itu pelan lalu hilang. Arini kembali ke kamarnya dan ponsel yang berada di atas bantal bergetar.

[Thanks ya Bu Arini yang cantik 😁 ] ~ Cakra                 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

anak mengong🤫🤫🤫🤫

2023-10-06

1

Defi

Defi

kan tadi diingatin ya kan Cakra 🤣

2023-05-06

1

khalisa

khalisa

lanjyttt dong

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!