Pagi buta seperti biasa aku beraktivitas rumah, terutama menyiapkan makan untuk adik-adikku. Setelah kesepakatan giliran kerjaan rumah dengan adik-adik berkurang juga beban pagiku. Hari ini setelah waktu sepertiga malam berakhir kusiapkan baju yang akan kupakai melamar kerja, memilih dan memilah seadanya baju yang kumiliki yang tersimpan rapi di lemari. Berkas lamaran yang sudah kusiapkan sejak kemarin siang kumasukkan ke dalam backpack ungu kesayanganku. Sepatu sneaker hitam tak lupa kusiapkan, setelah dirasa semua lengkap aku keluar kamar, beranjak ke dapur menanak nasi juga menjerang air untuk minum. Ya meskipun di masa sekarang semua serba praktis dan modern, ayah dan ibu tidak lantas mengikuti trend masa kini, ayah mampu membeli galon dan dispenser nya tapi tidak dilakukan karena ayah lebih menyukai air minum yang didihkan manual. Maka tiap pagi sepanci atau seteko 3 liter air kudidihkan, kusiapkan termos juga teko. Ayah bilang terasa lebih bersih dan sehat. Bukan tanpa sebab sebenarnya apa yang ayah sampaikan, suatu hari ayah diminta membersihkan dispenser di tempatnya bekerja setelah mencari informasi bagaimana cara membersihkan dispenser lantas ayah mengerjakan titah bossnya. Rupanya banyak yang tidak tahu di balik kepraktisan menyisakan sekelumit tentang kebersihan juga kesehatan. Sejak saat itulah niat membeli dispenser dibatalkan ayah. Dengan kata-kata yang mudah di pahami kami sekeluarga keputusan ayah tidak menimbulkan protes dari kami anak-anaknya yang mengharap kepraktisan dan gaya modern.
Ah, terasa sendu mengingat Ayah, baru sekedar pendapat dan temuannya tentang air minum belum yang lainnya bagaimana kami terutama aku tidak merasa kehilangan ayah bahkan sekaligus dengan ibu yang tak pernah memarahi kami dengan suara bentakan sekalipun kami melakukan kesalahan.
Tak mau berleha dan terkungkung kesedihan yang panjang, segera aku beranjak ke kamar mandi membersihkan diri.
Menjelang adzan subuh berkumandang kubangunkan adik-adik ku. Alhamdulillah sekarang tidak susah lagi membangunkan mereka, dan tugas-tugas mereka akan dikerjakan setelah mereka selesai subuh berjamaah di masjid. Sebuah musibah memang menimbulkan luka dan kesedihan tetapi seringkali ada hikmah yang menyertai. Sejak kepergian ayah dan ibu, setelah bertiga mengungkapkan perasaan masing-masing sejak saat itu adik-adik menjadi lebih dewasa dari usianya.
.
.
.
Menggunakan angkot ke arah kantor yang dituju, jam 7.30 aku sudah ada di depan kantor tersebut. Bangunan sederhana jauh dari kesan mewah, tapi aku yakin jika perusahaan ini sedang berkembang buktinya sekarang dibutuhkan karyawan baru. Doa-doa yang kupanjatkan di setiap akhir shalatku, di sepertiga malam-malam ku, entah kenapa rasa tenang merayapi hatiku padahal ini kali pertama aku melamar kerja secara langsung. Sebelumnya aku melamar melalui pos tanpa datang langsung ke perusahaan.
Sudah beberapa orang yang hadir, laki-laki juga perempuan, kuperkirakan usianya rerata diatasku. Bismillah dalam hatiku kalau memang sudah rejekinya ya nggak akan kemana, kalau ternyata belum rejekiku tentunya ada tempat lain yang lebih baik untukku. Tutur batinku dengan tenang.
Jam 8 pagi batasan melamar, kuhitung ada 30an orang. Rupanya ada 2 bagian perekrutan, 1 staff administrasi dan 1 lagi staff keuangan. Itu penjelasan dari staff personalia yang menyambut kami di depan dan ruangan, disampaikan nya juga jika pimpinan perusahaan terlibat langsung dalam wawancara perekrutan karyawan kali ini.
Setelah surat lamaran dikumpulkan sesuai bagian yang dilamar, kami duduk di ruangan yang lumayan luas sepertinya aula kantor. Tepat jam 08.30 semua pelamar mengerjakan psikotes, 2 jam lamanya bergelut dengan soal-soal psikotes khusus untuk perekrutan karyawan. 30 menit berikutnya istirahat, dilanjutkan dengan wawancara. Ku lalui semua prosedur perekrutan karyawan dengan tenang. Yang sudah selesai wawancara diperbolehkan pulang, sebelum adzan dhuhur berkumandang baru lima orang yang di wawancara. Tidak ada penomoran pemanggilan peserta, sepertinya sengaja untuk menguji sejauh mana kesabaran pelamar kerja. Karena dari gelagat yang kuperhatikan ada beberapa pelamar yang menggerutu ketika namanya belum juga dipanggil, belum yang berkeluh kesah, terdengar dari obrolan mereka. Ada juga yang menghela nafas dengan kasar ketika namanya belum juga disebut. Aku hanya tersenyum mencoba lebih tenang dan sabar, shalat dhuhur bisa dilaksanakan dengan mudah karena di sisi kiri kantor yang memanjang terdapat masjid yang terjaga kebersihan juga kesuciannya. Selesai dhuhur aku hanya menikmati sebungkus roti yang selalu kubawa dalam backpack ku. Pukul 12.45 segera ke tempat menunggu wawancara, tak lama kemudian wawancara di lanjutkan. Pukul 14.05 aku di panggil, tersisa 3 orang lagi, artinya aku adalah orang ke 27 di wawancara.
Seorang pria paruh baya yang banyak bertanya padaku. Jujur ada sedikit jengah dan tidak nyaman kurasakan, karena pria paruh baya itu melihatku tanpa jeda. Menatap lekat dari mulai jilbabku sampai sneaker yang kukenakan. Namun rasa jengah itu luntur ketika seulas senyum juga ucapan salam diucapkannya. Ramah, batinku. Bertanya mulai tentang nama, usia, alamat, jabatan yang di lamar, sampai pada akhirnya bertanya tentang keluarga. Sempat tertegun dengan pertanyaannya, namun tetap harus ku jawab. Ku sampaikan segala kondisiku dengan sebenarnya, aku tak mau berbohong. Sekali berbohong akan muncul kebohongan berikutnya, itu yang pernah disampaikan ibu sewaktu aku pernah berbohong padanya. Ketika ditanya berapa gaji yang kuharapkan ini yang membuatku bingung, bagaimanapun ini baru pertama aku melamar kerja, akhirnya aku jawab sesuai dengan pendidikan juga UMR yang berlaku.
"Terima kasih sudah mau melamar ke perusahaan saya." Pungkas pria paruh baya itu.
Apa? perusahaan saya? Jadi aku diwawancara oleh pemiliknya langsung? Aku hanya mengangguk dalam diam, sampai pada akhirnya akupun bersuara
"Saya yang berterimakasih, Bapak memberikan kesempatan pada saya untuk melamar juga di wawancara padahal saya minim pengalaman." Ucapku seraya menangkupkan kedua telapak tanganku di depan dada.
"Semoga hasil Nak Saskia sesuai dengan harapan saya." Anggukan kepala mengakhiri sesi wawancara.
Akupun pamit padanya, di meja depan sebelum keluar ruangan seorang pegawai menginformasikan jika di terima akan segera di informasikan dalam kurun waktu kurang lebih sepekan. Akupun berlalu dari perusahaan tersebut dengan harapan aku bisa di terima disana, agar segala persoalan yang kuhadapi berkaitan dengan ekonomi keluarga mendapatkan jalan keluar. Kalaupun tidak ya sepertinya aku harus bersabar juga berusaha dan berjuang lagi. Kutarik nafas kasar dan kuhembuskan. Ayah ibu, semoga aku mendapat yang terbaik. Aamiin. Batinku. Tepat di depan pos satpam kuhentikan sebuah angkot yang akan membawaku ke arah pulang.
.
.
Di kantor bagian personalia, Angga pria paruh baya itu mengamati berkas lamaran juga nilai yang baru saja masuk melalui email kantor.
"Bagaimana Jaka?" Tanya Angga penuh harap.
"SepertI dugaan Bapak, nilainya maksimal." Senyum tulus mengihiasi wajah Jaka staff personalia yang ditugaskan Angga dalam perekrutan karyawan ini.
"Alhamdulillah, semoga apa yang jadi harapan dapat terwujud. Aamiin." Ucap Angga dengan senyum bahagia, yang diaminkan oleh Jaka pegawai kepercayaannya.
.
.
Semoga Saskia diterima ya...😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
ig : skavivi_selfish
covernya bagus yang pertama mbak. 🥰🥰💗
2023-05-23
2