#2

Kusimpan ponselku, segera kusiapkan berkas lamaran sesuai informasi dari Bu Mia, tak lupa surat lamaran tulis tangan ku buat juga. Ya, di tengah era digitalisasi aku lebih memilih menulis dengan pena surat lamaranku. Dulu ayah pernah bilang jika tulisan tangan menggambarkan watak atau karakter seseorang. Tapi maksud sebenarya bukanlah seperti itu, hanya karena ketiadaan printer dan untuk ke rental komputer cukup jauh, ku andalkan menulis rapi untuk surat lamaran kali ini, semoga saja menjadi salah satu jalan aku di terima.

Kumandang adan ashar terdengar, segera ku laksanakan kewajibanku. Tak lupa kupanjatkan doa untuk kedua orang tuaku, adik-adikku, serta masa depanku termasuk harapan untuk diterima di perusahaan yang akan ku datangi besok. Selesai solat ku rapikan mukena serta sajadah, tetiba aku ingat, jika pekan ini belum ziarah lagi ke makam ayah dan ibu. Gegas ku bersiap idri. Jarak pemakaman yang tidak terlalu jauh dari rumah jalan kaki menjadi alternatif paling simpel hitung-hitung olah raga juga. Sepanjang perjalanan, aku merenungkan segala yang sudah kujalani. Mengingat kepergian ayah dan ibu, perkara itulah yang membuat dadaku terasa sesak. Tapi aku tidak mau berlarut diri dalam duka. Kupikir, meski air mataku darah tetap saja yang telah pergi tidak kan hidup kembali. Dari itu, masa berduka harus usai, nelangsa harus selesai. Sedih jelas, tapi apakah dengan sedih, nelangsa juga berduka akan menyelesaikan segala masalah dalam kehidupan? Kurasa tidak bukan? Aku tak peduli nyinyiran orang tentangku yang katanya aku anak durhaka karena tidak terlihat berduka, seperti orang yang biasa saja. Ku tanggapi nyinyiran itu hanya dengan senyum samar menekan luka di hati. Ah kenapa seh dengan mereka, apakah dengan berkubang duka mereka akan membantu semua permasalahan yang kuhadapi? Ya mereka hanya akan berpendapat dengan sudut pandang mereka sendiri.

Tak terasa aku sampai di pemakaman, segera ku telusuri paving block yang menjadi rambu arah jalan kemana saja jalur pemakaman ini melajur. Ku pandangi dua gunungan tanah merah yang sudah mulai memadat dan belum di tembok, ya, belum ada anggaran untuk membuat makam ayah dan ibu lebih rapi. Terhalang dua pusara lama sebelah kanan kulihat ada seorang pria paruh baya juga baru datang. Sempat aku bersitatap dengannya. Sesungging senyum terukir dari wajah pri paruh baya tersebut. Kulantunkan doa-doa untuk kedua orang tuaku, diakhir kusiramkan air dari botol bekas air mineral yang kubawa dari rumah, kutaburkan bunga yang tadi di beli depan dekat gapura pemakaman.

Assalamualaikum ayah dan ibu, maaf Sasi baru bisa datang lagi. Adik-adik sehat, bahkan mereka sangat mengerti juga paham apa yang harus di perbuat sejak kepergian ayah dan ibu. Maafkan Sasi, jika belum bisa maksimal menjaga mereka. Bahkan belum bisa mencukupi kebutuhan mereka. Sasi belum bekerja Yah, hanya sekedar jualan kue yang Sasi bisa. Terima kasih ilmu membuat kue juga masakannya bu, maaf dulu Sasi selalu menggerutu dan seperti tak ikhlas membantu ibu masak juga membuat kue. Ternyata itu menjadi bekal buat Sasi. Alhamdulillah tadi Bu Mia ngasih kabar, ada lowongan di perusahaan kontruksi di kota kecil kita, PT. Aditama Tribuana. Sasi sudah siapkan lamaran, walaupun hanya sebagai tenaga administrasi semoga saja bisa mencukupi kebutuhan Sasi juga adik-adik. Yah, sudah sore langit pun mendung, Sasi lupa nggak bawa payung. Sasi pulang ya, Assalamualaikum ayah dan ibu.

*

*

Tanpa Saskia tahu, curahan hatinya di depan pusara ayah ibunya terdengar jelas oleh pria paruh baya yang tidak jauh dari Saskia. Tersungging senyum samar terukir di wajahnya yang masih menunjukkan ketampanannya. Mendengar sedikit kepahitan hidup yang di jalani gadis itu ada rencana tergambar di benaknya, mempertemukan gadis tersebut dan Bima putranya yang masih belum bisa menghargai dan bersyukur atas apa yang Allah karuniakan kepadanya. Ya, pria paruh baya itu adalah pemilik PT. Aditama Tribuana. Ketika Saskia menyebutkan tentang lowongan pekerjaan di perusahaannya, semakin yakin ia akan niatnya untuk memberikan pembelajaran hidup pada putra bungsunya melalui kehadiran gadis tersebut di perusahaannya.

*

*

Akankah Saskia diterima dengan mudah di PT. Aditama Tribuana?

Akankah Bima si putra bungsu akan menerima tugas dari sang ayah untuk bekerja di perusahaan yang baru di buka tiga tahunan dan berada di kota kecil yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota?

Ikuti terus yuks ceritanya.

Kasih support dong....

Terpopuler

Comments

Fay

Fay

mampir baca thor

2024-02-01

1

Ah Reum

Ah Reum

Mantap. Semangatt nulisnya.

2023-11-12

0

「JUTTO」

「JUTTO」

lanjut terus kak. Ceritanya bagus. Semangat

2023-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!