"Kami boleh gabung kan?" Ucap Ryan pada kedua gadis itu.
Akira tanpa sengaja mengarahkan tatapnya pada orang yang membuatnya iri tadi namun ada yang aneh, biasanya jika ada yang menyapa saat ia bersama Erika, ini tidak pernah terjadi. Pemuda tampan pemilik nama Ratara itu menatap Akira hingga sorot manik keduanya bertemu.
"Wah.. kenapa mata itu sangat cantik?" Batin Akira.
"Iya boleh gabung aja!" Sahut Erika atas pertanyaan Ryan tadi, lalu melempar senyum dewinya. Ratara pun teralih menatap Erika yang lebih bersinar.
"Huh? Hampir aja gua salah paham, tatapan itu cuman 3 detik! Akira sadar! Jangan terlalu ngarepin yang semu!" Batin gadis yang kembali tampak sendu dan melahap makanannya.
Ketiga remaja selain Akira tampak mengobrol seru, namun seberapapun ingin, Akira hanya menjadi pendengar tidak ada yang bisa ia katakan seolah ia berada di dunia yang berbeda. Iyap tugas figuran hanya sebagai pelengkap, selain itu kepribadian gadis itu berbeda dengan orang pada umumnya. Ia dikuasai sisi introvert yang mengalahkan semua kepercayaan pada dirinya, merasa dikucilkan dan menganggap dirinya bukan apa-apa. Ia telah kehilangan separuh dirinya sendiri.
...
Keesokan paginya, hari dimulai dengan hal biasa tidak ada yang special begitupun hari-harinya sampai saat ini. Mendengar ibunya mengomel adalah makanan rutin bagi Akira, dimulai dari pagi saat ia baru membuka mata, hingga malam hari saat ia menutup kembali kelopak mata itu.
"Mah Kira berangkat ya!" Teriak gadis itu dari pintu depan menuju motor yang diparkir di depan rumahnya.
Akira menaiki motor lalu menoleh ke arah pintu rumahnya, tidak ada jawaban apapun seperti biasa pula. Semua penghuni rumah itu yang lain selain ibunya sudah berangkat lebih awal, tidak ada yang menunggu karena Akira selalu terlambat.
Sesampainya di sekolah, Akira memarkirkan motornya dengan rapi lalu menuju kelas. Helaan nafas berat jelas terdengar, gadis itu duduk di bangkunya dan langsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja namun menghadap ke arah jendela lalu menutup matanya. Gadis itu merasakan sinar matahari yang menyerang wajahnya karena ia lupa menarik tirai jendela. Namun karena terlalu lelah ia mencoba menikmati hangatnya cahaya itu.
Tiba saja bola mata Akira merasakan perbedaan bersamaan dengan terdengar suara tirai yang ditarik membuat dirinya menoleh dan mendapati pemuda ini yang melakukannya. Ratara menutup tirai lalu kembali duduk ke tempatnya, karena cahaya matahari itu juga mengganggu dirinya yang juga mencoba tidur dengan memiringkan kepala membiarkan pipi kanannya menyentuh meja dan menutup matanya.
"Kenapa perhatian gua selalu teralih ke dia ya? Ratara? Kadang gua iri sih dengan orang-orang yang mendapat banyak perhatian dalam hidupnya. Lihat aja! Sekarang tuh cowo tidur aja, berapa banyak mata yang tertuju padanya?" Akira kembali membatin lalu melanjutkan tidurnya.
Bagaimana tidak, kalimat batin Akira sangat tepat, bahkan beberapa siswi kelas lain juga ikut mengintip Ratara yang terlihat tidur di mejanya.
Sepanjang kelas pagi, gadis itu menghabiskan waktunya tertidur di kelas. Bahkan guru yang mengajar pun tidak menyadari ada siswanya yang tertidur.
Bel berbunyi, begitupun gadis itu terbangun, namun anehnya ia hanya sendirian di kelas ketika membuka matanya. Sontak menoleh ke kanan-kiri mendapati kelas kosong.
"Pada ke mana sih?" Tiba saja bola matanya membulat karena ia baru teringat, "Hari ini kelas lab! Duh gua lupa lagi! Kena hukum lagi nih minggu depan!" Akira mengerutkan alisnya dengan mulut terbuka, ia kesal juga sedih di saat bersamaan.
Satu-persatu murid kelasnya masuk dan ia menatap semua orang dengan sorot tajam dan kesal.
"Kenapa nggak ada yang bangunin gua coba?" Teriak Akira saat semua sudah masuk kelas. Semua orang menoleh ke arah Akira.
Erika yang baru di pintu berlari ke arah Akira yang sedang cemberut.
"Sorry gua nggak tau loe di kelas! Tadi gua begitu dateng langsung ke lab, tapi loe tenang aja tadi nggak diabsen kok, absennya sama Ryan, dia yang isi absen. Mending loe kejar Ryan sekarang, dia mau ke kantor guru! Cepetan!" Erika mendesak sahabatnya itu.
Akira pun berlari keluar mencari targetnya.
"Apaan sih Akira? Ngapain tidur tadi coba?" Ucap Ayna sembari memasukkan buku ke dalam tasnya.
"Harusnya loe bangunin dia tadi! Untung gak ketauan guru kimia! Gua pikir dia nggak masuk tadinya!" Sahut gadis cantik berambut panjang, Erika.
"Gua juga mikirnya gitu! Gak ada yang nyadar juga dia nggak ada kan?" Sahut Ayna lagi.
Ratara menatap punggung Erika yang sibuk dengan alat tulisnya, ia juga mendengar obrolan kedua gadis itu. Pemuda ini lalu mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas. Ratara teringat tadi dia juga tidur tapi dibangunkan Ayna ketika hendak masuk Lab. Tapi kenapa Akira dibiarkan tertidur tanpa ada yang peduli?
Tak lama Ryan masuk kelas sendiri. Di sisi lain ada yang menunggu oknum yang mengejar Ryan tadi.
"Loe kok sendiri? Akira mana?" Tanya Erika pada ketua kelas itu.
"Aki lagi dihukum bersihin lab sama buk Tuti!" Jawab Ryan.
"Lah bukannya absennya sama loe ya?" Tanya Ayna.
"Ternyata buk Tuti punya absen sendiri, dan beliau udah ngecek semua yang masuk Lab tadi!" Jawab Ryan.
"Gua mau bantuin Kira!" Erika langsung meninggalkan kelas menuju Lab.
Ryan mendekati Ratara dan bertanya, "Loe mau keliling sekolah lagi hari ini? Biar gua tunjukin di mana perpustakaan dan lapangan basketnya!"
"Oiya Lab yang dibersihin mereka itu.. Lab yang tadi kita masuk atau Lab tua yang loe tunjukin kemarin?" Tanya Ratara.
"Lab tua, kenapa? Yang gua denger sih Akira disuruh angkut barang gitu!" Sahut Ryan.
Ratara teringat atap Lab tua itu yang hampir ambruk, dan jika permukaannya tersentuh sedikit saja atapnya akan langsung jatuh. Pemuda tinggi ini langsung berlari tanpa aba-aba hingga Ryan pun bingung.
"Loe mau kemana?" Tanya Ryan namun terabaikan.
...
Di sisi lain, Akira sudah di dalam Lab dan telah memindahkan barang di atas lemari ke gudang. Kini gadis itu sedang mendongakkan kepala memegang sapu panjang dan mengayunkan tangannya membersihkan atap yang sudah dipenuhi sarang laba-laba.
"Akiraaaa! Aku datang!" Teriak Erika dengan wajah ceria.
Di sisi lain karena terlalu fokus, Akira terkejut dan tersentak hingga tak sengaja mengantukkan sapu ke atap yang terlihat rusak itu. Gadis dengan rambut sebahu itu menoleh ke pintu lalu tersenyum ke arah temannya.
Atapnya mulai bereaksi akibat aksi yang tak disengaja itu, Erika dengan jelas melihat atap yang hampir ambruk itu.
"Kira awas!" Erika berlari ke arah temannya itu dan mendorong gadis itu dengan kuat ke arah yang aman, namun sayangnya ia malah tersandung dan terjatuh tepat di bawah atap itu. Kakinya terasa sakit, namun dia berusaha berdiri. Atap itu sudah mulai terjatuh dan dalam sekejap, Dubraak!!!
Akira menoleh ke belakang, namun atap itu sudah sepenuhnya di lantai. Ia berusaha bangkit karena kakinya juga sakit terlalu keras menghantam lantai. Bola matanya mulai berair dan kedua tangannya gemetar.
"Erika???" Akira tampak panik diselimuti rasa takut, saat belum bisa menemukan sahabatnya karena pandangannya kabur akibat debu yang mendominasi lab itu.
"Erika loe di mana?" Panggil Akira dengan suara yang hampir menangis.
.
.
.
Tbc
Hai semua jumpa lagi di cerita terbaru Author Bomy, jangan lupa ninggalin komen dan likenya yaa..
Happy Reading~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Syahir
aku paham perasaan akira kerana aku pun begitu, aku figuran manakala sahabat baikku watak utama,pandai,aktif n dia merupakan harapan sekolah, tpi aku tak pernah iri kpd sahabatku krn aku sendiri malas membuat perkara yg rumit/Hey/
2024-04-08
1
Dewi
Kadang jadi Extrovert lelah ya
2023-09-13
1
Indriharteu
Duh itu Erika gimana? masak meninggoy sih? apa jangan jangan Akira jadi pemeran utama karna dituduh ya? gatau deh ketinggian imajinasi ku.
Lanjut thorr penasaran. semoga Erika baik-baik aja
2023-05-03
2