“Kakak,” sapa Banyu, adik Syasa yang juga seorang dokter yang ikut menangani Dewa.
“Banyu.”Syasa melihat Banyu datang lalu menghapus air matanya.
Mereka berdua berpelukan.“Tenang, Kak. Banyu akan menangani kak Dewa langsung. Dokter Wildan sudah memberitahu semua kondisi kak Dewa padaku,” ucap Banyu menghibur Syasa sedangkan dokter Wildan memeriksa kondisi Dewa.
“Bantu Kakak Banyu, tolong kakakmu Dewa. Kakak percaya padamu kamu yang lebih tahu apa yang terbaik untuk Dewa,” ucap Syasa sambil kembali meneteskan air matanya lagi.
“Iya,Kak. Sekarang tenanglah, besok Banyu dan tim dokter lainnya akan melakukan tindakan operasi kak dewa, karena ada pembekuan darah yang harus cepat ditangani. Walau kemungkinan tipis, jika kakak setuju, Kakak tanda tangan surat pernyataannya,” ucap Banyu sangat hati-hati
“Kemungkinan tipis? Maksud kamu?”
“Lima puluh persen berhasil, Lima puluh persen bisa gagal. tapi, kak Dewa harus cepat mendapat penanganan, jika dibiarkan bisa koma selamanya. jika memang gagal maaf setidaknya kita sudah mencoba dan mungkin semua sudah takdir," jelas Banyu begitu hati-hati dan menyampaikan dengan logis.
"Kamu menyampaikannya seolah tidak ada beban dan memikirkan perasaan kakakmu Banyu, " ucap Syasa sedikit mendorong tubuh Banyu karena membuat Syasa takut kehilangan.
“Kak, kami para dokter memang harus mengatakan yang sebenarnya, agar kakak juga tahu kondisi kak Dewa yang sebenarnya, " jelas banyu meraih kedua pundak syasa lalu memeluknya.
Tangis Syasa pecah dipelukan Banyu. Banyu hanya bisa menenangkan Syasa.“Sabar Kak, berdoa saja agar kak Dewa cepat sembuh.”Banyu tahu Syasa takut kehilangan suaminya
"Dokter Banyu, kondisi tuan Dewa masih sama belum ada perubahan, tapi detak jantungnya sudah normal. Nyonya, saya harap jangan bersedih, sebisa mungkin berbicara lah dengan tuan Dewa , itu akan membantu mengembalikan kesadarannya,” jelas dokter Wildan saat Banyu melepaskan pelukannya.
Syasa hanya mengangguk pelan lalu meraih tangan suaminya.“Berikan yang terbaik pada suamiku, Dok.” Tatapan Syasa begitu memohon pada dokter Wildan dan sang adik.
Keesokan harinya Dewa akhirnya menjalani operasi di kepalanya. Syasa dan keluarganya harap-harap cemas menunggu Dewa di depan ruang operasi. Syasa berdiri begitu cemas, berjalan kesana kemari sampai ia melupakan makan siangnya. Tidak terasa enam jam sudah 6 jam Dewa berada di ruang operasi. syasa pun tak henti berdoa dan menangis untuk keselamatan suaminya.
Abi dan Bram menghela nafas panjang melihat kecemasan Syasa.“Kak, tenang, operasinya pasti berhasil, ” ucap Abi yang merangkul Syasa.
“Bagaimana aku tenang, Abi. Suamiku sedang bertaruh nyawa di dalam.”
“Kita berdoa dan percayakan pada Banyu.” Abi membantu Syasa duduk di kursi tunggu.
“Kak, kalau boleh tahu, bagaimana kronologi kak Dewa kecelakaan?” tanya Abi penasaran.
"Kejadianya begitu cepat. Waktu itu Dewa mengantar Metha ke sekolah sekaligus berangkat ke kantor. Saksi mata mengatakan jika ada truk dari sisi kanan menabrak mobil Dewa, dan–” Syasa tidak sanggup menceritakan semuanya.
“Abi, sudah,” sela Bram
‘Ceklek.’ Suara pintu ruang operasi dibuka oleh suster. dan keluarlah Banyu dan tim dokter yang lain. Seketika Laras bangkit dan menghampiri Banyu.
“Banyu, bagaimana operasi kakakmu?” tanya Syasa dengan ketidaksabarannya
“Alhamdulliah lancar, Kak. Semua berkat doa kita semua, dan sebentar lagi kak Dewa akan di pindahkan ke ruang observasi dulu untuk memantau keadaannya pasca operasi," ucap banyu percaya diri dan menenangkan syasa.
Abi dan Bram pun mengucap syukur operasi Dewa berhasil. “Syukurlah,” gumam Bram mengusap punggung Syasa.
“Apa kakak nanti bisa langsung menemui Dewa, Banyu,” tanya syasa
“Boleh, tapi sebelumnya Kakak ikut ke ruangan dokter Wildan, akan banyu jelaskan sesuatu pada kakak,” ujar Banyu yang memang membantu dokter wildan untuk mengoperasi Dewa. Syasa mengangguk lalu mengikuti banyu dan dokter Wildan keruangannya, sedangkan abi dan bram menunggu dewa di pindahkan ke ruangan observasi.
Syasa duduk di kursi dihadapan dokter Wildan ditemani Banyu duduk di sampingnya. Dengan rasa cemas khawatir ia menunggu dokter Wildan menjelaskan semuanya.
“Nyonya, mungkin sudah sedikit mengetahui efek dari operasi bagian kepala, dan pemulihan juga sedikit memakan waktu, ” jelas dokter Wildan hati-hati.
Syasa pun menatap kearah Banyu seolah mencari jawaban. Banyu hanya mengedipkan matanya tanda agar dokter Wildan menjelaskan lagi.
“Kemungkinan terjadi adalah hilang ingatan, kelumpuhan, dan jika terjadi komplikasi pasca operasi mohon maaf kemungkinan meninggal dan itu yang sering terjadi, tapi kita akan terus memantau kondisi tuan Dewa selama pemulihan, " jelas dokter Wildan membuat Syasa hampir syok.
“Lumpuh? Jilang ingatan? Meningga ? Tidak mungkin?” Syasa mulai menangis.
Banyu seketika merangkul Syasa.“Sabar, Kak. Ini baru kemungkinan. Banyu sendiri nanti yang memantau perkembangan kak Dewa,” ucap Banyu menenangkan Syasa.
“Kakak hanya belum siap kehilangan suami Kakak, Banyu. Bagaimana dengan Laras nanti. Laras begitu menyayangi papanya.”
“Banyu tahu, tapi kita harus berdoa, hanya ini yang bisa kita lakukan setelah kita berusaha.” Banyu mengusap punggung Syasa.
“Kami akan memberikan yang terbaik, Nyonya. Nyonya jangan khawatir,” sambung dokter Wildan.
“Iya, Dok. terima kasih atas usaha dokter dan tim lainnya. Terima kasih.” Hanya itu yang bisa terucap dari Syasa, karena ia juga tidak tahu harus berbuat apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Dewa Ayukerti
semoga si dewa bisa sembuh sehat kembali😇
2024-08-30
0
flower
nyawa di tangan kaka othor nya
2022-03-04
0
Seirioss
bingung bnget,klok dewa hidup si bryan kasian klok dewa ninggal si syasya kasian😭😭
2021-06-10
1