"Pa, om Dewa kecelakaan," ucap Siena saat membantu Bryan mengemas baju.
"Apa? Kapan?” tanya Bryan terkejut dan berhenti melipat baju lalu duduk di tempat tidur.
"Sudah satu minggu, Pa. Om Dewa koma dan aku tahu dari Laras, metha juga meninggal karena waktu kecelakaan Metha sedang bersama Om Dewa, " jelas Siena yang ia juga baru tahu kabar tersebut dari sahabatnya, Laras.
"Astaga.” Bryan menghela nafas panjang sambil membayangkan keadaan Syasa, sudah pasti Syasa sangat terpukul.
“Lalu, sekarang di ramah sakit mana? " tanya Bryan cemas
"Rumah sakit harapan.” Siena duduk di samping sang papa.
"Baiklah, sebelum kita berangkat ke New York, nanti papa akan menyempatkan untuk menjenguk om Dewa di rumah sakit," ucap bryan lalu melanjutkan mengemas baju
Siena mengangguk mengerti lalu melihat foto Syasa yang ada dimeja laci nakas.“Pa, ini foto tante Syasa?Kenapa papa bisa bersama tante Syasa?” tanya Siena heran sang papa mempunyai foto Syasa ibu dari sahabatnya yang disimpan di kotak kecil.
Bryan tersenyum, mungkin saatnya ia jujur tentang masa lalunya dengan putri semata wayangnya.“Mungkin ini saatnya Papa jujur, tapi janji kamu tidak marah dengan papa?”
“Siena janji.”Siena lalu tersenyum dan masih memegang foto Syasa.
“Sebelum Papa menikah dengan mamamu. Papa mempunyai hubungan dengan tante Syasa dan sempat bertunangan, tapi karena kebodohan papa yang membuat kecewa tante Syasa, akhirnya kami putus hubungan dan tante Syasa menikah dengan om Dewa dan Papa menikah dengan mama kamu,” jelas Bryan hati-hati karena Bryan tidak mau mengatakan yang sebenarnya karena ulah sasmi MB putrinya.
“Kalau Papa masih menyimpan foto ini, berati Papa masih mencintai tante Syasa?” tanya Siena memandang Bryan yang menunduk melihat kotak kecil berisi kan cincin pertunangannya dulu bersama Syasa.
“Ya,” jawab Bryan singkat
“Mama?” tanya Siena ingin tahu perasaan sang papa pada ibunya.
“Papa mencintai mama kamu karena dia yang melahirkanmu,” ucap Bryan ambigu. Namun Siena sudah tahu dari buku diary Sasmi.
Siena tersenyum tipis. dan berucap dalam hati, “Aku sudah mengetahui semua, Pa. Karena mama sudah menceritakan semua dibuku diary-nya. Aku tahu Papa sangat mencintai tante Syasa, makanya sampai sekarang Papa belum menikah lagi.”
“Sudah, kamu istirahat. Siang nanti kita berangkat,” ucap Bryan lalu menyimpan foto syasa kembali ke dalam kotak dan memasukkan kedalam koper, sedangkan cincin nya ia masukan ke dalam jas yang nanti nya ia pakai.
“Iya, Pa, aku juga mau menulis surat untuk laras, karena aku tidak sempat berpamitan dengannya,” ucap Siena.
“Kenapa tidak kamu telpon saja?”
“Siena tidak berani telpon kalau Laras masih bersedih, Pa.Dia tidak mau diganggu, kecuali Laras telpon lebih dulu.”
“Begitu? baiklah, Papa harap kalian menjaga persahabatan kalian sampai nanti,” Jawab Bryan
“Iya, Pa. Laras teman yang baik, sama seperti tante Syasa.” Siena kemudian keluar dari kamar sang Papa.
Bryan mengambil kembali cincinnya dari kantong jasnya dan melihat cincin tersebut. kenangan kembali saat-saat indah bersama Syasa. Tetapi mengingat Syasa saat ini ia juga sangat sedih.
“Sya, kamu pasti kuat. Aku yakin itu.” Bryan masih memandangi cincinnya. Tak lama ia pun bersiap ke rumah sakit untuk menjenguk Dewa dan memberikan dukungan pada Syasa.
Sementara itu keluarga Syasa datang dari Surabaya ke Jakarta untuk menemani laras dan Krisna, sedangkan Syasa menjaga Dewa ditemani kakak iparnya, Agnes. selain itu Syasa juga disibukkan dengan urusan kantor. Sungguh Syasa begitu lelah.
“Dewa, apa kamu mendengarku? Dewa ayo bangunlah, sudah satu minggu kamu koma. Apa kamu tidak merindukan aku,”bisik Syasa di telinga dewa sambil menangis,
“Anak kita laras dan Krisna membutuhkanmu,”ucap Syasa lagi.
Air matanya tidak bisa dibendung melihat suaminya terbaring lemah dan entah sudah berapa lama ia menangis.
Tanpa disadari Syasa, Bryan ada dibelakangnya."Sabar, Sya. Dewa pasti sembuh,” ucap Bryan memegang pundak Syasa.
"Bryan.”Syasa sedikit terkejut.
"Aku baru pulang dari Singapore kemarin. Maaf aku juga baru tahu dari Siena kalau Dewa masuk rumah sakit. Aku turut berdua cinta atas meninggalnya Metha,” ucap Bryan memandang syasa yang masih menangis
"Terima kasih, kamu sudah menyempatkan untuk menjenguk suamiku,” Balas Syasa sembari mengusap air matanya
“Sama-sama. Maaf, Syavaku tidak bisa berlama-lama,” ucap Bryan lalu mengeluarkan amplop surat pada Syasa.
“Amplop? untuk apa dan apa ini?” Syasa heran mengapa Bryan memberikan amplop
“Surat untuk Laras dari Siena. aku dan Siena mau pergi ke New York,” Jelas Bryan sambil duduk di kursi satunya.
“New York?”
“Ada urusan pekerjaan di sana, mau tidak mau Siena pindah sekolah di sana , mungkin tiga atau empat tahun lagi aku dan Siena baru kembali ke Indonesia,”jelas Bryan memandang Syasa yang tampak tertunduk.
“Sampaikan salamku pada Siena, tetap jadi anak yang baik dan manis, " ucap Syasa lalu sekilas tersenyum melihat Bryan.
“Aku pamit, kamu yang sabar, kamu wanita yang kuat, hm.” Bryan tersenyum tipis sambil memegang pundak Syasa. Berat rasanya meninggalkan Syasa dalam kondisi kehilangan anak dan suaminya masih terbaring koma.
"Kamu hati-hati di jalan dan, maaf rapikan kerah kemejamu,” balas Syasa sambil memperhatikan kerah kemeja Bryan.
Bryan mengangguk lalu merapikan kerah bajunya, ia teringat saat-saat dulu bersama Syasa. Syasa sering kali merapikan kerah, dasi bahkan rambutnya. Bryan kemudian keluar setelah mereka bersalaman.
sebelum melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit. Bryan duduk di kursi tunggu, sekali lagi ia memikirkan Syasa.
"Ingin sekali aku memelukmu Sya. Empat belas tahun rasa ini tidak pernah hilang. Kenapa rasa ini tidak pernah hilang? Kenapa? Dada ku sesak melihat dirimu seperti saat ini,” ucap Bryan dalam hati lalu merogoh saku jasnya dan melihat cincin pertunangannya dulu bersama Syasa. Cinncin itu yang selalu ia bawa untuk menjadi kekuatannya mengenang masa masa indah saat bersama.
Tidak terasa air matanya menetes."Aku pernah mengatakan, aku akan tetap mencintaimu walaupun kita tak lagi bersama. Yah, sampai sekarang dan selamanya aku akan tetap mencintaimu. Aku akan mencintaimu dalam diamku. Iaku selalu berharap ada kesempatan untuk bisa bersamamu, tapi aku sadar kesalahanku di masa lalu membuat mu terluka, dan ini adalah hukuman yang pantas untukku," ucap Bryan dalam hati lagi lalu mengusap air matanya.
“Semoga suamimu cepat pulih. Tuhan jaga selalu Syasa dan keluarganya, jangan engkau ambil kebahagiaan orang yang aku cintai,” lirih Bryan lalu ia segera meninggalkan rumah sakit
Langkah Bryan begitu berat meninggalkan syasa dengan keadaan saat ini. Syasa pasti membutuhkan dukungan tapi, ia tidak bisa berada di dekatnya, ia sadar akan dirinya. Entah sampai kapan ia akan menunggu cinta itu hadir kembali untuk orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Dewa Ayukerti
Bryan memiliki cinta yg tulus😌
2024-08-30
0
Seirioss
bryan buat syasya senang
2021-06-10
1
Mars Infinity
Duh Bryan😍😍 cowok idaman bgt..
2021-06-10
0