"Kasihan si Taupan ya," ucap Sumirah sambil menuangkan air teh pada gelas yang habis Jamin minum.
"Iya, apalagi sekarang bapaknya ditangkap polisi," jawab Jamin sambil menyendok sambal dengan lalap daun jalantir. Lahap sekali Jamin makan. Ikan mas, sayur asem, lalapan dan sambal.
"Tadi juga Abang ajak tinggal di sini, dia-nya tidak mau, kau tidak keberatan kan? Kalo dia tinggal di sini," tanya Jamin pada Sumirah, istrinya.
"Yah jelas gak apa-apa, karibnya cuma Abang, siapa lagi coba?" jawab Sumirah.
***
Pagi kemudian, Taupan terbangun dari tidur. Ia tertidur di atas sebongkah batu besar di tengah sungai. Rupanya ia kecapean setelah semalaman mengejar suara misterius itu.
Batu-batu berdenyut, air bercahaya hijau, biru, jingga. indah sekali. Tapi di balik itu, ia jadi makin khawatir, dunia semakin berubah bagi dirinya. Ia sentuh air sungai itu dengan perlahan. Tetap terasa seperti air biasa, cuma berwarna-warni. Ia pun menciduknya dengan tangan dan meminumnya. Segar terasa dan segera meresap keseluruhan tubuhnya.
Setelah membuang sisa kantuk, ia menatap langit yang biru bersih lalu putuskan untuk pulang. Ia pun meloncat dari satu ujung pohon ke ujung pohon yang lain. Sungguh ia merasa kekuatannya bertambah dan badannya terasa ringan.
***
"Secuil bagian tubuhnya yang kemarin diambil, sekarang sudah lebur jadi abu. Anehnya, walaupun Professor mengatakan dia sudah mati, tapi lukanya menutup dengan cepat. Aneh sekali. Lebih aneh lagi, kata Professor, Dia bukan bangsa manusia," ucap Letnan Anwar membuat Dul Karim heran.
"Maksudnya?" tanya Dul Karim.
"Susunan DNA-nya menyatakan demikian."
"Kalau bukan manusia? lalu dia dari bangsa apa?" lanjut Dul Karim.
"Perlu kamu tahu, jauh sebelum manusia mendominasi dunia, ada beberapa mahluk lain yang mendominasi dunia layaknya manusia seperti sekarang. Berkebudayaan, punya tekhnologi dan sebagainya. Kita tidak ada apa-apanya. Kita ras terlemah. Kamu lihat sendiri, bahkan mayatnya tidak membusuk," ucap Letnan Anwar. Suasana sepi dalam ruangan itu jadi terasa ngeri. Pengetahuan Dul Karim sangat terbatas.
"Kamu tahu cerita Ramayana?" tanya Letnan Anwar.
"Yah, tapi tidak banyak. Ada apa dengan cerita Ramayana?"
"Itu fakta, bukan mitos. Perang besar yang diceritakan dalam Ramayana telah memusnahkan peradaban mereka sendiri. Lebih dahsyat dari perang nuklir yang bisa dibayangkan oleh manusia modern. Bahkan kekuatan yang kamu kuasai adalah salah satu peninggalan mereka. Peninggalan peradaban yang telah musnah. Saya jadi berpikir, bisa jadi, kamu atau dia, adalah manusia biasa. Tapi setelah kalian berhasil menguasai kekuatan itu, kalian jadi mahluk lain. Seperti evolusi atau mutasi. Ilmu Kanuragan yang kalian miliki, tanpa kalian sadari telah merubah diri kalian masing-masing menjadi mahluk yang berbeda dengan manusia biasa," papar Letnan Anwar panjang lebar dengan wajah serius.
"Setahu saya, ilmu Rawarontek bisa diwariskan," ucap Dul Karim.
"Yah, dia punya seorang anak. Kekuatannya hilang. Jadi sangat mungkin, ia telah menurunkannya pada anaknya. Itulah perlunya kamu ada di sini Dul. Kami mengandalkan kamu untuk menangkap anaknya," ucap letnan Anwar lalu bangkit dan menepuk pundak Dul Karim. Dul Karim yang tampak berpikir.
"Pak, tolong jelaskan soal mahluk-mahluk hebat selain manusia itu Pak," pinta Dul Karim. Letnan Anwar yang hendak berlalu pun menghentikan langkahnya.
"Lain kali saja, saya masih banyak kerjaan. Oh iya, kamu juga boleh cuti, belum ada kabar tentang anaknya itu. Pulanglah dulu, seorang suami harus menemani istrinya saat melahirkan, jangan sampai kamu lewatkan."
"Ah, iya pak. Terima kasih."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Davis Sampaulus
lnjt
2022-03-04
1
Davis Sampaulus
lnjt
2022-03-04
1
Hadi Ghorib
, like ke 191
2021-06-09
1