Taupan terus melesat sampai ke dalam hutan. Ya, selama ini ia tinggal di dalam hutan lindung yang jauh dari kota tempat ia suka merampok bersama bapaknya. Tapi sekarang ia pulang sendiri. Ia tidak punya siapa-siapa lagi selain bapaknya itu. Konon cerita bapaknya, ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Saat itu sedang terjadi badai topan di laut selatan. Malahan, karena itulah ia dinamai Taupan (Topan). Tapi Taupan merasa dirinya adalah anak pungut. Ia merasa begitu karena selalu tidak sepaham dengan bapaknya itu.
Ia sudah sampai ke muka rumahnya. Lebih pantasnya itu disebut gubuk reot. Padahal bapaknya adalah seorang perampok dan punya banyak uang. Bisa saja ia pindah ke desa terdekat dan membeli sebuah rumah. Tapi aneh, bapaknya itu selalu membagi-bagikan uang hasil rampokan pada penduduk miskin di desa-desa sekitar hutan itu dan hanya mempergunakan uang seperlunya saja. Tapi sekarang, bapaknya tidak ada dan Taupan sendiri yang menentukan, mau diapakan uang itu?
Semalaman ia merasa gusar dan seperti tidak sabar. Besoknya Taupan bangun dengan semangat. Membersihkan diri dan makan lahap sekali.
Taupan menyeringai nakal. Ia punya rencana. Ia ingin menikah seperti sahabatnya dari kampung Unggul. Jamin namanya, perawakannya gempal dan hitam legam.
"Kalo si Jamin jelek saja bisa menikah, kenapa saya tidak?" protes Taupan dalam hati. Ia mengenakan pakaiannya yang menurutnya paling bagus. Ia menyesal punya seorang bapak yang kuno dan tidak pernah membelikannya pakaian yang bagus.
Kini Taupan sudah mengenakan celana jeans dan jaket jeans pemberian warga yang dibantu biaya mendirikan rumah oleh bapaknya.
Taupan hanya punya karib seorang Jamin. Sedari kecil, Jamin suka bermain dengannya. Awalnya, bapaknya si Jamin itu menderita patah tulang lalu meminta jampi dan obat pada bapaknya. Alih-alih memberikan obat, bapaknya itu malah meludahi kaki bapaknya si Jamin yang tulang lututnya sampai menonjol keluar itu karena terjatuh dari jurang. Tapi ajaib, penyakit bapaknya si Jamin sembuh total hanya dengan ludah dan sedikit ramuan dedaunan. Sejak saat itulah keluarga Jamin suka datang berkunjung. sekedar memberikan sayuran atau singkong. Lewat Jamin juga, bapaknya jadi terkenal sebagai tabib. Waktu itu Jamin dan Taupan masih berusia Sebelas tahun. Mereka seumuran. Taupan tidak sekolah, bahkan membaca, menulis dan berhitung pun Jamin yang ajarkan. Bapaknya hanya mengajarkan bahasa kuno dan simbol-simbol kuno. Dalam hal ini, Taupan yakin dirinya adalah anak pungut. Bahkan ia pikir, bapaknya tidak pernah disukai wanita. Tampangnya seram dan ucapannya kasar.
Jamin sudah menikah dan menceritakan pengalaman malam pertamanya pada Taupan. Taupan sampai terpingkal-pingkal.
"Apanya yang lucu?"
"Kau bilang tadi apa?"
"Istriku suka berciuman? apanya yang lucu??"
"Mulut kau bau petai begitu, mual aku membayangkannya haha?"
Taupan sudah sampai ke rumah si Jamin. Ia membawa dua gepok uang di saku celananya. Niatnya mau menikah seperti si Jamin. Ia dapati Jamin sedang membelah kayu.
"Min! Jamin!! Hey," panggil Taupan. Jamin pun menoleh dan menghentikan kegiatannya.
"hey, kebetulan kamu datang Pan, lagi kere nih, bagi duit dong." Jamin memang sudah biasa diberi uang oleh Taupan. Bahkan cincin kawinnya pemberian Taupan. Tapi Kali ini, Taupan menahan uang yang sengaja ia kibarkan ke muka Jamin.
"Eit! Sabar dulu, kau bantu aku kawin dulu, baru aku kasih uang," tukas Taupan.
"Kawin?" Jamin menatap Taupan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rambut Taupan gimbal, karena memang ia jarang cukuran. sekalinya potong rambut, si Taupan ini memotongnya sendiri dengan golok. Sejenak Jamin memutar otak.
"Sebentar-sebentar, kau mau kawin doang atau menikah?" tanya Jamin. Taupan seperti kesulitan untuk menjawab. Bukan tak paham perbedaan kawin dan menikah seperti yang sudah Jamin jelaskan tempo hari.
"Aku aku, aku mau menikah," jawab Taupan malu-malu. Jamin meraih bahu sahabatnya itu dan mulai berbisik dengan wajah serius.
"Perempuan mana yang mau jadi istri kau?" tanya Jamin.
"Justru itu masalahnya, kau bantu aku carikan perempuan yang mau jadi istri aku," jawab Taupan. Jamin menyerah sebelum mencoba membantu mencarikan gadis untuk dinikahi sahabatnya itu. Gadis mana yang mau menjadi Istri si raja hutan. Ya, Warga kampung menyebut Taupan dengan sebutan Tarzan, si Raja hutan. Taupan bertubuh kekar dan pandai berburu b*bi hutan. Mungkin macan pun bisa ia kalahkan. Buktinya, ia masih hidup dan sehat wal Afiat hidup di dalam hutan sampai detik ini. Masalahnya, sang Raja hutan tidak biasa pake sandal dan tidak pernah menyisir rambut.
"Jadi begini, dari pada susah-susah merayu perempuan buat jadi istri kau, mending kau kawin saja dulu, ayo, aku antar," saran Jamin dengan senyum kecil.
"Bagaimana kalo aku ditolak?"
"Kau punya banyak uang. Kawin hanya perlu uang, bagaimana? Kalau setuju, bilang dulu sama istri aku sana. Bilang kau ajak aku buat berburu b*bi hutan. Bagaimana?"
Sejenak Taupan berpikir, ia pernah tahu arti dosa. Bahkan Jamin sendiri yang jelaskan apa itu dosa. Tapi sekarang, Jamin pula yang menawarinya berbuat dosa.
"Ya sudah, bagaimana kau saja Jamin," jawab Taupan sambil nyelonong masuk ke rumah Jamin.
"Dia ada di dapur, sedang masak!" teriak Jamin.
Istrinya Jamin mengijinkan, awalnya banyak pertanyaan yang diajukan istrinya Jamin itu. Seperti berburu kemana? Dan berburu apa. Taupan tidak mau ambil pusing dan ia pun menutup mulut istrinya si Jamin itu dengan uang. Jamin yang barusan masuk langsung tersenyum lebar.
"Ya sudah sana, tapi awas, jangan pulang malam!"
"Beres sayang, ayo Pan, kita berburu b*bi hutan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Imro'atun NurSa'adah
ceritanya seruuu... masuk akal dan ini bener² ada lho pas jaman dulu tenar²nya
2022-03-08
2
Davis Sampaulus
np
2022-03-03
1
Hadi Ghorib
dosa dosa
like ke 195
2021-06-09
2