baru

Naya yang sedang berbunga-bunga pun masuk kerumah dengan senang. Ayahnya yang masih marah pun segera menghampiri nya dan hendak memastikan bahwa Darren benar-benar telah pulang "tenang pah, dia udah pulang kok" ujar Naya sembari tersenyum dan memeluk tangan ayahnya "kamu kenapa? Kayak orang lagi jatuh cinta" ujar ayahnya yang sempat Bingung. Tak lama, ayahnya tersadar kembali akan hubungan Naya dan Darren "kamu udah putuskan sama anak itu!!" Jelasnya dengan tegas. "Udah pah, mangkanya Naya seneng" jawab nya sembari kembali ke kamar

"Naya kenapa ya pah? Tadi pagi murung dan sekarang happy banget" ujar ibu Arum sembari menamgandeng tangan suaminya dan melihat Naya naik tangga sembari bernyanyi dengan riang

"Jangan-jangan dia bohong sama papa! Yakin kalo dia sama anak itu belum putus" ujar pak Ilham hendak menghampiri Naya. Namun, ibu Arum menahan tangannya yang membuat langkah kaki nya terhenti

"Udah pah, percaya aja sama anak kita. Toh, selama ini dia gak pernah bohong sama kita" ujar ibu Arum sembari tersenyum. Melihat wajah istrinya yang berseri-seri membuat pak Ilham mengurungkan niatnya untuk mencari tau hubungan Naya dan Darren lebih dalam.

Singkat cerita, hari telah pagi kembali. Seperti biasa, Naya pergi ke sekolah lebih awal untuk menambah nilai plus nya agar terpilih mewakili sekolah dalam lomba sains antar provinsi yang di adakan di sekolahnya

"Yes, seperti biasa. Gue orang pertama yang datang ke sekolah setiap pagi" ujar Naya sembari melompat-lompat dengan girang. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat seseorang tengah duduk di taman sekolah sembari menghisap rokok nya

"Siapa tuh! Besar juga nyalinya ngerokok di sekolah" ujar Naya sembari menghampiri siswa tersebut. "Heh, berani banget Lo ngerokok di tempat terbuka gini" ujar Naya sembari menepuk pundak nya dan Ia pun terkejut saat melihat siswa tersebut menoleh ke arahnya

"Lo kan!!" Ujar nya secara bersamaan. Karena malu, Naya pun menutup mulutnya

"Lo cewek yang nabrak gue kemaren kan" tambah Hans sembari berdiri menghadap ke arah Naya. "Lo ngapain disini! Mana ngerokok lagi" ujar Naya sembari mengibas asap rokok agar tak terhirup oleh nya.

Mendengar hal tersebut, Hans hanya tersenyum kecil dan hendak menjawabnya. Namun, seorang guru berteriak dari kejauhan karena melihat asap rokok. Hans yang melihat guru semangkin dekat pun bergegas membuang puntung rokok nya

"Ets, Ets! Kamu ngerokok kan! Mana puntung nya" ujar pak toni sembari memutar mutarkan tubuh Hans untuk memeriksa nya. "gak ada kok pak! Tadi saya bakar kertas" ujar Hans sembari mengangkat kedua tangannya. "Bohong! Orang ini bau rokok kok" ujar pak toni sembari mengeledah tas Hans dan mengeluarkan semua isi nya.

Naya melihat puntung rokok yang dibuang oleh Hans. Ia pun bergegas menginjak puntung tersebut agar pak toni tak dapat menemukan nya. "Gimana pak? Ada gak? Gak ada kan! Orang bau rokok itu dari mulut bapak sendiri" ujar Hans dengan tenang sembari duduk di kursi. "Ah, gak mungkin! Orang jelas-jelas tadi saya lihat ada asap di dekat kamu" ujar pak toni sembari mengaruk kepalanya dan mencari ke sekitar

"Tanya aja sama dia pak" tambah Hans sembari menunjuk Naya yang mematung. Sedangkan Naya hanya menadahkan kedua tangannya yang berarti tidak tau "Naya, kamu kan ketua OSIS. Dan bertanggung jawab tentang kedisiplinan para murid! Kamu harus jujur. Apa tadi dia ngerokok?" Ujar pak toni menghampiri Naya yang mematung karena bingung harus apa. "Eh, iya pak, dia gak ngerokok kok. Tadi saya cuma tegur dia karena bakar kertas di taman. Naya takut apinya ke mana-mana" ujar nya sembari tersenyum paksa yang membuat pak toni merasa sedikit tak percaya

"Udah ya pak, saya mau ke ruang guru" ujar Hans dengan dingin dan pergi meninggalkan pak toni berserta Naya

"Heh bocah! Ruang guru disana" ujar pak toni sembari menunjukkan arah. Hans yang salah arah pun bergegas pergi ke tempat yang telah ditunjuk oleh pak Toni

"Jadi dia sekolah disini juga? Kok gue baru liat ya" ujar Naya bergemerutu melihat Hans dan pak Toni pergi ke ruang guru. Namun, Darren diam-diam meniup telinga Naya yang membuat nya terkejut "ah, Darren ngagetin aja" ujar Naya sembari mencubit perut Darren dengan manja. "Haha, ya abis ngapain disini sendiri" ujar Darren sembari tersenyum lebar dan membelai rambut Naya dengan lembut

"Nggak ada, udah yuk ke kelas" ujar Naya sembari mengandeng tangan Darren dan hendak pergi ke kelas bersama. Namun, Darren menghentikan langkah kakinya yang membuat Naya terdiam sesaat. "Kamu lupa ya? Kita kan beda kelas" ujar Darren sembari mencolek hidung Naya. "Oh iya, haha lupa" ujar Naya melepaskan tangannya dan segera pergi ke kelas masing-masing

"Dih, sok banget sih" ujar Raya yang melihat pemandangan tersebut dari kejauhan bersama teman-temannya

"Iri, bilang bos" ujar sisil sahabat Naya yang muncul tiba-tiba dari belakang Raya. "Uluh-uluh, ada yang kepanasan nih haha" tambah Maya sembari mengipasi dirinya dan pergi ke kelas bersama Sisil . "ugh, awas kau ya!!" Ujar raya yang kesal dan hendak menyerang Sahabat Naya. Namun, ia ditahan oleh Noni sahabatnya. "Udah, Ray. Kita berantem di luar sekolah aja Biar gak di skors lagi" ujar Noni sembari mengipasi raya agar tenang

Disisi lain, Naya tengah mengeluarkan alat tulisnya dengan riang. Para sahabatnya yang melihat hal tersebut pun segera menggoda nya "cie, yang lagi berbunga-bunga" ujar Sisil sembari mencolek pinggang Naya

"Apaan sih" jawab Naya yang tersipu malu. Tak lama, seorang guru masuk ke kelas bersama Hans yang merupakan siswa baru di sekolah tersebut. Naya terpaku saat melihat Hans begitu pun para siswi lainnya. "Oh my god, itu crush gue selanjutnya" ujar raya sembari mengigit ujung jari nya

"Halo, perkenalkan nama saya Hans Al Bara. Saya pindahan dari SMA Nusa bangsa. Terimakasih" ujar Hans dengan dingin dan segera pergi ke kursi kosong tanpa aba-aba dari guru tersebut. "Anak zaman sekarang kampret semua" ujar ibu Rini mengemerutu karena Hans yang tidak menuruti aba-aba nya

Sesampainya di meja, Hans menoleh ke arah samping tempat duduk Naya sembari tersenyum dan menaikkan satu alisnya. Raya yang melihat hal tersebut pun tanpa sengaja menepak meja sehingga membuat seisi kelas terkejut

"Raya! Ada apa?" Tanya ibu tini sembari mengelus dadanya. Namun, raya hanya tersenyum paksa dan menggelengkan kepalanya

"Ganjen banget si Naya! Jijik deh" ujar Noni membisikkan sesuatu di telinga raya. "Iya, kita kudu kasih pelajaran biar kapok" jawab raya sembari melirik Naya dengan sadis

Tak lama, Alice  pun tiba. Ia melihat ibu tini sedang menulis di papan tulis. Ia pun mengambil kesempatan dengan mengendap-endap agar ibu tini tidak mengetahui bahwa ia telat masuk ke kelas. Namun, Hans yang melihat hal tersebut pun segera berteriak untuk memberitahu ibu tini bahwasanya Alice terlambat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!