'Senang kau ya bisa manja-manja sama anak saya tapi itu tidak akan lama, jadi nikmatilah waktu singkat ini'.
Perempuan paruh baya itu melaporkan tangan aku melihat interaksi keduanya.
Dia seperti ingin menelan Kasih hidup-hidup karena berlaga manja kepada anaknya.
"Ayo kita ke kamar, udah gerah nih,"
Merangkul pinggang istrinya menuju kamar tanpa memperhatikan sekitar jika ada seseorang yang sedang menahan amarah melihat kemesraan mereka.
Sebenarnya sebagai seorang ibu harusnya bahagia melihat anak yang dibesarkan sejak kecil bahagia dengan pasangannya.
Tapi tidak dengan ibu yang satu ini, entah terbuat dari apa ibunya ini mungkin dari tanah sengketa mangkanya selalu punya masalah dengan menantunya.
'Sial benar-benar cari kesempatan'.
Di kamar Kasih.
"Di rumah tadi capek nggak? Nggak melakukan pekerjaan rumah kan?"
Mendengar ucapan itu badan kasih memegang sebentar lalu dia netralkan seperti tadi.
"Enggak kok Abi aku santai aja di rumah tadi, lagian Kasih mau kerja apa? Kan sudah ada mbak,"
'Maaf kan Kasih aby'.
Sesal Kasih dalam hati.
"Baguslah jika nggak melakukan apa-apa, itulah gunanya Mbak dipekerjakan di rumah ini agar sayang nggak harus kecapean mengerjakan pekerjaan rumah,"
Membeli lembut kepala istrinya lalu melabuhkan kecupan di jidat mules itu lalu masuk ke kamar mandi sambil membawa selembar handuk.
Kasih memperhatikan suaminya hingga hilang di pintu kamar mandi lalu menghela nafas lega.
"Kasih nggak seharusnya berbohong sama Aby, tapi Kasih juga nggak mau menjaraki hubungan kalian,"
Kasih mengambil baju ganti untuk suaminya lalu diletakkan di ujung ranjang.
Sambil menunggu suaminya selesai mandi gadis itu memainkan HP untuk mengusir kebosanan.
Hanya di dalam kamar dia bisa menggunakan hp-nya. Jika di luar kamar maka dia tidak bisa sebebas sekarang.
"Lagi sibuk apa sih?"
Kasih tidak menyadari suaminya setelah selesai mandi.
Tanpa menunggu jawaban istrinya laki-laki tampan itu mengambil hp-nya lalu dilihat sedang apa yang istrinya lakukan.
"Lebih tampan aku sayang daripada mereka,"
Mengembalikan lagi HP itu kepada pemiliknya lalu mencubit dagu istrinya tapi bukan cubitan marah ya.
Bukan rahasia lagi jika istrinya suka sekali menonton drama dari negeri seberang yang menampilkan cowok-cowok tampan dengan wajah mulus bahkan bisa menyalahi wajah cewek indo.
"Suami Kasih kan emang paling tampan,"
Kasih bangun dari duduknya lalu merangkul tangan pada pundak suaminya dan tidak lupa melakukan kecupan singkat di bibir seksi itu.
"Jika sebentar mana terasa sayang,"
Tanpa aba-aba suaminya melakukan belum makan dan belum makan di bibir merah muda istrinya dan tidak lupa menggigit kecil.
Cukup lama mereka bertukar saliva lalu mengakhiri ciuman panas itu dengan nafas terputus-putus.
"Sudah sering berciuman masih saja kadang lupa bernafas,"
Kedua pipi mulus itu memerah malu lalu dia menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.
"Berarti gurunya yang kurang pintar mengajari,"
Balas Kasih dengan wajah masih terbenam di dada suaminya.
"Oh masih butuh lest rupanya,, nanti setelah makan malam ya,"
Menyatukan jidat keduanya lalu mengacup singkat diberi istrinya.
"Emang Aby nggak kerja?"
Kasih sendiri malah jadi keterketer padahal dia tadi yang mengatakan jika gurunya yang kurang pintar mengajari namun dia seperti termakan omongan sendiri.
"Yang ini lebih penting dari kerjaan jadi kerjaan masih bisa diselesaikan besok dan persiapkan dirimu malam ini sayang,"
Bulu-bulu halus di tubuhnya merinding seketika saat mendengar mempersiapkan diri untuk malam ini seperti dia akan di eksekusi saja walaupun eksekusinya begitu dia nikmati namun masih saja terasa memang jika mendengar kata persiapan.
"Bisa libur dulu nggak by?"
Nego Kasih yang entah mengapa dia memiliki firasat jika malam ini dia tidak dibiarkan tidur dengan nyenyak.
"Negosiasi ditolak, ayo kita makan untuk mengumpulkan tenaga,"
Menggandeng tangan istrinya keluar dari kamar menuruni tangga menuju ruang makan.
Di sana Ibu mertuanya sudah menunggu bersama dengan adik iparnya yang sama-sama menatap sengit ke arah Kasih.
Apalagi melihat gadis itu mesra oleh suaminya.
Mereka berdua melihat Kasih seperti melihat musuh yang sudah lama tidak bertemu.
"Kok lama-lama aku muak ya Bu melihat itu perempuan,"
Bisik dia kepada ibunya sambil mata tidak lepas dari langkah kaki gadis yang selalu dihina setiap hari.
"Ibu bahkan rasanya ingin meracuni dia supaya tidak ada lagi di rumah ini, sungguh ibu muak melihat wajah sok polosnya itu,"
Keduanya berhenti berbisik saat orang yang dibicarakan sudah dekat dari meja makan.
Mereka berdua harus menjaga sikap selama anak laki-lakinya berada di rumah karena dia tidak ingin anaknya tahu kekejamannya bahkan kepedasan mulutnya terhadap penentu sendiri.
"Mau makan apa sayang?"
Kasih merasa tak enak hati karena suaminya dulu hanya menanyakan dia mau makan apa. Seharusnya dia yang bertanya jika suaminya ingin makan apa?.
"Nggak apa by,,Aby mau makan apa?"
Kasih nilai menyodorkan nasi berdirinya suaminya.
"Sebagai istri itu seharusnya tahu tugas jangan sampai suami yang menanya duluan, benar-benar tidak berguna,"
Mencibir pelan ke arah Kasih.
Benci melihat sikap sok manis Kasih.
"Ibu ngomong apa sih? Nggak baik berkata jelek di depan makanan,"
Menegur ibunya agar tidak melanjutkan ucapan yang bisa saja menyakiti siapa saja yang mendengarkan.
"Bela saja dia,"
Lalu mereka makan dalam diam, kasih hanya bisa geleng-geleng kepala dengan pelan karena Ibu mertuanya sudah mulai berani menunjukkan rasa ketidaksukaan kepada dirinya.
"Coba ini sayang,"
Satu sendok makan sudah berada di depan mulut kasih dan dengan senang hati dia menerima suapan dari suaminya.
Kasih tidak mungkin menyiakan suapan dari suaminya walaupun nanti dia harus mempersiapkan hati akan dicaci lagi oleh ibu mertuanya.
Tapi setidaknya dia mendapatkan sesuatu yang imbang mendapatkan kasih sayang dari suami dan juga cacian dari ibu mertua.
"Seperti orang cacat saja makan pakai disuapin, benar-benar enggak guna,"
"Ibu kenapa sih bicaranya sumbang terus? Ucapan itu mau Ibu tunjukkan kepada siapa?"
Ibunya gelagapan sendiri lantaran mulutnya tidak bisa dibiarkan diam setidaknya sampai anaknya tidak ada di sana.
Namun sepertinya lidah dia gatal-gatal jika tidak menghina menantunya itu.
"Tidak ada, mungkin Ibu tadi menonton sinetron hingga ke bawah sampai sekarang adegan yang membuat Ibu emosi,"
'Aku tidak ingin anakku membela dia dan aku juga tidak ingin anakku tahu jika aku selalu menghina istrinya, bisa bahaya jika ketahuan dan pasti aku bakalan disuruh pulang dengan cepat'.
Dia hanya beralasan ingin menginap di sana tapi dia lebih sering tinggal di rumah anaknya dibandingkan di rumah menemani suaminya.
Lebih memilih mengusik rumah tangga anaknya daripada berbakti kepada suami sendiri.
Lupa kodrat sebagai seorang istri.
'Sepertinya mulai sekarang aku harus menjaga mulut selama kami berkumpul, bisa bahaya karena aku tidak bisa lama menginap di sini, apa aku ajak saja mereka tinggal bersama agar aku bisa bebas memukul mental dia hingga dia sendiri memilih pergi dari rumah'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Cleydra
sungguh ingin aku berkata kasar
2023-06-22
0
Cleydra
yg baca, merasakan sakitnya☹️
2023-06-22
0