BMS.2

**Drt,,,

Drt**,,,

Hp Kasih berdering terus selama dia berada di dalam kamar mandi.

"Kamu harus kuat Kasih, karena di luar sana cobaan akan lebih berat dari ini jadi anggap saja ini merupakan salah satu bentuk siksaan magang yang mana ini belum seberapa,"

"Siapa sih yang menghubungi?"

Hp itu berdering lagi saat dia menyisir rambutnya.

"Aku belum bisa datang dalam waktu dekat dan urus saja seperti biasa dengan pernah membuat aku kecewa,"

Kasih mengirim pesan pada orang yang menelpon barusan.

Dia sengaja tidak mengangkat panggilan itu karena dinding pun punya telinga.

Kasih tidak ingin tindakannya ini menjadikan dia berada di posisi yang sulit jadi lebih baik menghindari daripada mengatasi hal yang akan membuat posisinya bergeser di rumah ini.

"Aku ingin menikmati masa-masa di mana hanya ada aku dan mas Aby,"

Kasih melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda barusan, memakai berbagai skincare kecantikan.

"Hanya di kamar ini aku merasa bebas,"

Sebelum masuk tadi Kasih sudah mengunci pintu terlebih dahulu karena dia tidak ingin terjadi keributan di tempat damainya ini.

Dulu pernah sekali dia lupa mengunci dan ibu mertuanya datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu sehingga terjadi keributan padahal Kasih sedang tidak membuat masalah atau lebih tepatnya dia tidak pernah membuat masalah di rumah ini.

"Lebih baik aku istirahat sambil menunggu mas Aby pulang,"

Gadis malang itu merebahkan tubuh mungilnya di keranjang besar yang menjadi tempat ternyaman serta hangat yang selalu dinikmati berdua bersama suaminya.

Jika sudah masuk ke dalam kamar Kasih tidak pernah keluar lagi hingga suaminya pulang dari kerjaan. dia merasa sudah cukup tadi direndahkan serta dihina apalagi mengerjakan pekerjaan rumah dan sekarang sudah saatnya dia menghindari itu dengan cara mengurung diri di dalam kamar

Dan untuk makan pun ada si Mbak tadi yang akan mengantarkan makanan untuk dia, Bukan dia malas atau ingin sok menjadi ratu di rumah ini tapi dia hanya ingin menghindari sesuatu yang bisa membuat luka hatinya kian lebar oleh perbuatan Ibu mertuanya.

Asisten rumah tangga di rumah ini sudah paham dan tidak merasa keberatan melayani Kasih karena dia tahu sangat sulit berada di posisi gadis itu dan hanya hal seperti ini yang bisa dia lakukan untuk majikannya.

Dan untuk mengantar makanan pun mereka harus tidak terlihat oleh ibu mertua Kasih agar langkah mereka tidak terhalang, apalagi melarang mereka untuk mengantar makanan kepada Kasih.

Waktu berputar begitu cepat dan sekarang sudah mau masuk jam makan malam.

"Jadikan diri kau berguna di rumah ini, jangan cuma tau hidup enak dan makan gratis,"

Suara itu terdengar lagi memenuhi dapur, dimana semua orang tampak lagi mempersiapkan makan malam.

Salah satu di antaranya adalah Kasih, menantu yang selalu dapat perlakuan tak mengenakan.

"Baik bu,"

Balas kasih sambil terus menata hasil masakan di atas meja.

"Sudah berapa kali aku bilang kau tidak boleh memanggil ku ibu, kau bukan menantu ku dan aku sudah mempersiapkan calon istri yang setara untuk keluarga kami,"

Kasih terus melafalkan kata safari dalam hatinya. Sungguh dia merasa cacian mertuanya merupakan makanan sehari-hari.

Sudah beberapa bulan ini dia masuk ke dalam keluarga suaminya dan saat itu juga Ibu mertuanya selalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya.

"Maaf,"

Kasih tidak mampu menatap wajah mertuanya itu, karena jika dia menatap entah cacian apalagi akan dilontarkan kepadanya.

"Kau itu harus tahu diri dan tahu posisi jangan pernah seenaknya apalagi sampai bermimpi nyonya di rumah ini,"

Setelah mengucapkan kata-kata itu perempuan yang telah melahirkan suami yang ke dunia ini pergi dari dapur.

Agaknya mencaci menantunya itu seperti makanan kesukaan yang harus dinikmati setiap saat.

Dia tidak perlu memikirkan apakah menantunya akan sakit hati atau merasa terluka terhadap ucapan yang terus dilontarkan yang jauh dari kata baik.

"Apakah nona tidak ingin melaporkan ini kepada tuan? Ini sungguh sudah sangat keterlaluan perbuatan nyonya,"

Dia saja sebagai seorang pelayan merasa sakit hati atas ucapan nyonya apalagi Kasih yang menjadi korban atas kekejaman mulut mertuanya.

"Kasih nggak mau memperburuk keadaan mbak,, apa lagi merenggangkan hubungan ibu dan anak,"

Kasih tidak ingin asal mengadu kepada suaminya dan dia hanya berharap bahwa biar suaminya tahu sendiri agar dia tidak disalahkan jika kejamnya mertuanya diketahui dari mulutnya.

Bagi Kasih cinta suaminya sudah cukup walaupun mertuanya belum bisa menerima kehadirannya.

Mungkin Kasih harus butuh waktu dan perjuangan meluluhkan hati ibu mertuanya.

"Eh itu tuan pulang, nona pergi rapi-rapi dulu sana ntar tuan marah melihat nona agak berantakan,"

Mbak yang mendengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah segera menyuruh Kasih untuk rapi-rapi karena penampilan Kasih agak berantakan karena habis membantu memasak.

"Iya mbak,"

Kasih buru-buru menuju kamarnya dan tak lupa ganti baju juga memakai parfum.

Walau tidak banyak membantu tapi tetap saja aroma masakan tinggal di bajunya, maka haruslah di ganti.

"Aby udah pulang,"

Kasih turun dari tangga lalu dia melihat suaminya sudah sampai di dalam rumah.

Menghampiri suami tercinta dengan senyuman mengembang meninggalkan luka sejenak yang diberikan Ibu mertuanya lalu mengambil tas kerja suaminya.

"Kalau belum pulang berarti Aby nggak di sini, gimana sih bikin gemas aja,"

Balas suaminya tidak lupa memberikan sentilan manja di ujung hidung Kasih.

Melupakan sepasang mata yang menatap tajam ke arah Kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!