BMS.4

"Baik-baik di rumah ya,"

Kasih mengantarkan suaminya ke depan untuk berangkat kerja setelah tadi makan bersama.

Bersama mertua yang menatap dia seperti musuh.

Kasih seperti lagi menghadapi sidang antara hidup dan mati.

Makan pun rasanya sudah tidak tau bagaimana rasa nikmat setiap sendok makanan.

"Mas hati-hati ya,"

'Seharusnya aku yang hati-hati di rumah ini karena setelah mas Abi pergi maka keadaan aku yang tidak baik-baik saja'.

Kasih ketar-ketir sendiri untuk menghadapi Ibu mertuanya yang mengalahi kekejaman Ibu Cinderella.

Kadang ada terbesit di hatinya untuk melawan dan mempertahankan harga dirinya namun dia hanya sendiri tidak mungkin melawan mertuanya yang berdua bersama iparnya.

"Aku nggak tau nasib ku setelah kepergian mas Abi kerja,"

Kasih melambaikan tangannya mengiringi kepergian mobil suaminya hingga hilang dari pandangan.

Gadis itu masuk kembali ke dalam rumah setelah menutup pintu dan berbalik badan hingga menampakkan dua orang yang sangat tidak ingin dia lihat di rumah ini.

Bukan karena dia ingin kurang ajar tapi dia hanya ingin menikmati waktu tenang tapi tidak untuk mereka dan tidak bisa tenang melihat Kasih bersantai.

"Sudah puas bermanja-manjanya?"

Kasih tidak menjawab ucapan iparnya itu karena setiap pembelaan yang dia lontarkan tidak berarti sama sekali.

Lebih tepatnya selalu salah dimata mereka.

Kasihan hanya bisa menunduk, sebenarnya dia bukan takut tapi lebih tepatnya menghargai mereka sebagai keluarga suaminya.

Ada kalanya dia akan memberontak tapi bukan sekarang waktunya.

"Kenapa masih berdiri di sini? Kerjaan di belakang begitu banyak dan menunggu babu seperti kamu untuk mengerjakan,"

Membentak Kasih dengan suara tinggi hingga gadis itu terlonjak kaget karena suara yang menggema dalam ruangan itu.

Tanpa bicara kasih pergi dari sana sebelum dia dihina lebih sakit lagi.

'Katanya malaikat maut menyeramkan tapi menurut ku mereka berdua yang lebih menyeramkan'.

Kasih bergumam yang hanya bisa didengar oleh dia sendiri karena jika ada mendengar dan melaporkan kepada mertuanya maka akan semakin panjang urusannya.

Melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan dan Kasih harus melakukan itu semua tanpa sepengetahuan suaminya.

Bukan dia tidak rela melakukan pekerjaan ini hanya saja ucapan serta bentakan itu begitu membekas di hatinya.

Untuk masalah pekerjaan bukanlah hal yang berat tapi jika saja mereka bisa sedikit menganggap kehadiran dia di antara keluarga mereka.

"Biar saya bantu non,"

Si mbak yang biasa membantu Kasih diam-diam jika sedang melakukan pekerjaan rumah.

"Nggak usah mbak lakukan yang lain saja,"

Tolak Kasih karena tidak ingin ketahuan dan akan berimbas kepada pekerja yang ada di sana.

Sekarang Kasih sedang mencuci pakaian menggunakan tangan padahal di rumah itu ada mesin cuci, tapi ya itu tadi atas perintah ibu mertuanya yang membuat Kasih harus mengeluarkan tenaga untuk mencuci pakaian.

Siang hari.

"Ini makanan apa?"

Setelah mencoba masakan Kasih yang berakhir di lantai lantaran iparnya yang melempar karena menganggap masakan Kasih tidak layak makan.

Jangan tanya bagaimana keadaan gadis itu, hanya bisa menunduk melihat jerih payahnya tidak di hargai sama sekali.

Jika tidak ingin memakan tapi tidak perlu sampai membuang seperti itu.

Biarkan saja terletak di atas meja dan dimakan oleh yang lainnya daripada terbuang sia-sia.

"Benar-benar tidak berguna,"

Mengambil satu lagi hasil masakan Kasih lalu dicobanya sedikit setelahnya dibuang ke lantai berhamburan bersama pecahan beling.

Seolah makanan itu tidak layak dikonsumsi.

'Apa mereka nggak mikir? bahwa di luar sana banyak orang yang susah mencari makan tapi mereka dengan seenaknya saja membuang makanan dengan alasan nggak layak makan, jika nggak mau memakannya cukup biarkan saja nggak perlu dibuang'.

Kasih hanya bisa berbicara dalam hati karena jika dia membuka mulut bisa saja dia yang ikutan dilempar ke lantai bersama makanan itu.

Mertua dan iparnya ini tidak sengaja untuk menyakitinya walaupun tidak meninggalkan bekas tapi cukup untuk memukul mental dia.

"Udah yuk bu kita makan di luar saja,"

Bangun dari duduknya pergi dari ruangan makan itu setelah berkata ingin makan di luar dan lupa jika baru saja mereka membuang makanan dengan sia-sia.

Menatap sinis ke arah Kasih lalu menuju ke kamar untuk mengganti baju dan setelahnya pergi dari rumah itu.

"Biar kami saja yang membersihkan karena nyonya tidak ada di rumah,"

Kasih mengalah karena kedua orang itu tidak ada di rumah dan tidak akan ada yang membuat pekerjaan mereka terancam.

Kasih makan dengan hasil masakan yang sengaja dia tinggalkan di dapur karena sudah biasa dilakukan untuk berjaga-jaga jika kejadian seperti ini terulang lagi.

Dan ternyata benar tindakan Kasih tidak salah untuk menyisakan sedikit makanan untuk dia.

"Jika bukan karena mas Abi mungkin aku nggak tahan sama mereka,"

Kasih makan dengan tenang-nya, tidak ada yang menggangu dan mungkin hingga malam nanti karena jika mereka berdua sudah keluar pasti akan balik setelah jam makan malam terlewati.

Selesai makan Kasih masuk kamar dan duduk di balkon yang berhadapan langsung dengan gerbang utama.

Drt,,,

Drt,,,

"Mas Abi,"

Melihat HP yang bergetar ternyata suaminya yang menelpon, segera diangkat panggilan itu sebelum berakhir.

"Hallo mas,"

Kasih meletakkan HP itu berdiri karena suaminya sedang melakukan panggilan video.

"Nggak ada mas hanya kangen,"

Balas mas Abi dari seberang sana.

Kasih di seberang sana hanya bisa tertawa pelan.

Dia sangka suaminya nelpon ada keperluan, ternyata hanya ingin menyampaikan rasa kangen.

Hey, mas Abi kalian berpisah baru beberapa jam dan sekarang sudah mengatakan rindu apakah itu masuk akal?.

Setidaknya tunggu nanti jam pulang kantor selesai sampai di rumah dan mengatakan rindu mungkin itu sudah dibatas wajar jika sekarang jauh sekali dari kata wajarnya.

"Mas ini masih beberapa jam kita berpisah, belum hitungan hari,"

Aneh saja suaminya ini.

"Berarti cuma mas yang merindukan mu, sudah lah mungkin kamu nggak mencintai mas lagi,"

Rajuk mas Abi dengan memasang wajah masam mengalahi jeruk nipis.

"Baiklah sebentar lagi aku akan datang ke kantor untuk mengobati rasa rindu mas Abi,"

Kasih mengalah kepada suaminya karena jika dia sudah mengatakan kalimat kangen dan Kasih tidak membalasnya maka sudah bisa dipastikan pekerjaan dia tidak akan selesai.

Setelah mematikan panggilan itu Kasih bersiap untuk mengunjungi suaminya.

Dan ini juga merupakan kesempatan untuk dia menghilangkan rasa suntuk terkurung terus dalam rumah.

Kasih jarang keluar rumah setelah menikah dan jika pun keluar pasti bersama suaminya atau ada keperluan mendadak yang mengharuskan dia meninggalkan rumah yang merasa seperti neraka setelah kedatangan ibu mertua dan iparnya.

Terpopuler

Comments

Cleydra

Cleydra

Kasih ayo bangun jangan merendah terus,balas mereka

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!