Ch. 3 - Shan Bai

Pagi hari kini berganti dengan siang, matahari menyengat kulit Dong Fang yang sedang memperagakan Jurus Air Mengalir yang diajarkan gurunya Xi Lang. Meskipun begitu, Dong Fang belum menganggap jika Xi Lang adalah gurunya.

Nafas Dong Fang terlihat memburu, keringat mengucur deras di wajahnya. Dari pagi tadi, dirinya tidak pernah melakukan istirahat dan terus menerus mengulangi Jurus Aliran Air. Selama itu, dirinya selalu menemukan kekurangan disetiap gerakannya dan memperbaiki kekurangan pada gerakan yang dirasanya kurang.

Mungkin sudah lebih dari seratus kali dirinya mengulang gerakan Jurus Aliran Air, dirinya pun kini merasa sudah berada di batas kemampuannya. Dia menyelesaikan latihannya dan berteduh disebuah pohon yang lumayan rindang. Dia mengambil kantong air dipinggangnya dan meminum sebanyak yang dirinya bisa.

"Perjalanku masih jauh." gumamnya pelan.

Dong Fang perlahan memejamkan mata, menikmati angin yang tiba-tiba berhembus, tanpa dia sadari dirinya perlahan kehilangan kesadarannya. Sebelum dirinya tertidur, terdengar suara disampingnya.

"Perjalanan kemana? Boleh aku ikut?"

Mendengar itu, jantung Dong Fang tiba-tiba berdetak kencang, dirinya langsung membuka matanya dan melihat kearah sumber suara.

"Eh... Kau tidak terkejut? Kupikir aku akan mengejutkanmu." ucap seorang laki-laki yang terlihat seumuran dengan Dong Fang, dirinya kecewa dengan raut wajah Dong Fang yang tanpa ekspresi.

Laki-laki itu terlihat periang dengan wajah yang bisa dibilang sedikit cantik, matanya hitam dengan bulu mata yang lentik dan rambutnya yang panjang membuat wajah 'feminim' semakin terlihat kental padanya.

Jika laki-laki itu tidak bersuara, pastinya Dong Fang akan menganggap laki-laki yang mengejutkannya itu adalah seorang perempuan.

'Tidak terkejut nenekmu' batinnya berkata demikian, dirinya kini menjadi waspada pada orang disampingnya dan menjauh sejauh yang dirinya bisa.

Melihat sikap Dong Fang yang waspada padanya membuat laki-laki itu tersenyum malu sambil memasang wajah bersalah, "Maafkan aku tiba-tiba datang kemari dan. mengejutkanmu. Aku Shan Bai, kau bisa memanggilku Bai."

Sikap Dong Fang melunak, dirinya mengetahui dari cerita Xi Lang jika hanya ada satu orang laki-laki dengan wajah cantik di sekte ini, yaitu Shan Bai yang merupakan anak dari Patriak sekte ini.

Dong Fang memberi hormat, dirinya sadar harus hati-hati dalam bersikap, "Aku Dong Fang. Maaf jika aku lancang, tapi boleh aku tahu alasan tuan muda datang kemari? Kurasa tidak ada yang menarik disini."

Shan Bai menggeleng, "Aku hanya penasaran dengan murid Paman Lang, karena cukup mengherankan bagiku Paman Lang yang orangnya tak ingin repot-repot mempunyai murid, tiba-tiba mempunyai seorang murid, terlebih dari luar sekte ini dan banyak orang bilang kau tiba di sekte ini dengan penampilan yang sangat buruk, jadi kurasa ada yang unik darimu. Dan ya, kau tidak perlu memanggilku tuan muda, panggil saja aku Bai."

Dong Fang mengangguk, "Sepertinya Saudara Bai terlalu memandang tinggi diriku, Aku bahkan belum menjadi pendekar level tiga." Dong Fang menjawab sambil duduk, kemudian meminum air yang ada didalam kantong air.

Shan Bai menggeleng, "Meskipun kau belum termasuk pendekar level tiga, kau menguasai Jurus Aliran Air yang digunakan Paman Lang. Jelas-jelas kau jenius karena kurasa kau berlatih jurus ini dalam waktu satu minggu, itupun jika dilihat dari awal kau datang ke sekte ini, bisa saja kau menguasai jurus ini sampai pemahaman sejauh ini dalam beberapa hari. Jelas-jelas kau seorang jenius."

Dong Fang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan wajah yang tanpa ekspresi dirinya membalas pernyataan Shan Bai, "Saudara Bai terlalu memuji. Sebenarnya aku sudah menjadi murid dari guru Lang cukup lama, sekitar tiga bulan yang lalu. tapi saat perang antara aliran hitam dan putih, kami berdua berpisah dan kembali bertemu dua minggu lalu. Namun, aku harap ucapan Saudara Bai benar." ucap Dong Fang yang tentu saja berbohong, dia tak ingin bakatnya diketahui siapapun, apalagi seseorang dari aliran hitam.

Anak patriak sekte itu terlihat heran, "Tiga bulan dan masih berada dibawah pendekar level tiga?"

Dong Fang yang mendengar itu menghela nafas, "Benar, guru bilang padaku jika dirinya ingin aku fokus pada teknik dan kekuatan fisik terlebih dahulu yang menjadi pondasi, daripada menaikkan tingkat praktik."

Shan Bai mengangguk, alasan yang disebutkan oleh Dong Fang cukup masuk akal dan meyakinkan, juga tidak terlihat tanda-tanda kebohongan pada wajah Dong Fang, lagipula sulit melihat kebohongan di wajah Dong Fang karena selalu terlihat tanpa ekspresi.

Shan Bai tiba-tiba bangkit dari duduknya, "Bagaimana jika kita baradu pemahaman ilmu tendangan dan pukulan? Aku rasa ini menarik. Tentu saja, aku hanya menggunakan kekuatan fisikku tanpa menggunakan tenaga dalam."

Anak dengan bekas luka di pipinya itu mengangguk, meskipun dirinya masih merasakan lelah dengan seluruh tubuhnya yang pegal-pegal, dirinya tertarik untuk menguji sejauh mana kemampuannya, "Sebelum itu, boleh aku meminta waktu untuk beristirahat? Sekarang aku masih merasa lelah."

Shan Bai yang mendengar itu tersenyum sambil menggaruk kepalanya, dirinya lupa telah menggangu istirahat Dong Fang. Dia kemudian mengangguk dan ikut duduk disebelah Dong Fang.

"Kau memanggil guruku dengan sebutan Paman. Jika boleh tau, apa hubungan guruku dengan ayahmu?" tanya Dong Fang, dirinya tentu penasaran dengan identitas gurunya di sekte ini dan seberapa besar pengaruhnya.

"Paman Lang adalah adik dari ibuku." jawab Shan Bai pendek.

Suasana hening setelah Shan Bai menjawab.

Beberapa menit berlalu, Dong Fang bangkit dari posisi duduknya, dia menghela nafas panjang, "Baiklah. Saudara Bai, aku siap."

Wajah Shan Bai terlihat senang, senyum lebar menghiasi wajahnya yang terlihat cantik. Dirinya bangkit dan mengikuti Dong Fang yang sudah berada beberapa puluh meter didepannya.

Shan Bai melakukan meregangkan tangan dan kakinya, kemudian memasang kuda-kuda yang diikuti oleh Dong Fang.

Shan Bai yang mendekat kearah Dong Fang, tuntutan gerakan pukulan menjadi serangan yang pertama dia keluarkan, namun semuanya bisa dihindari dengan baik oleh Dong Fang.

Merasa tidak cukup, dirinya menambahkan kombinasi pukulan dan tendangan, dirinya melakukan tiga tendangan beruntun yang diarahkan kearah paha, perut dan juga kepala Dong Fang.

Tiga tendangan yang cepat itu berhasil dihindari dan ditangkis oleh Dong Fang, namun Shan Bai memutar badannya dengan cepat dan lincah kemudian melakukan serangan dengan tumit kakinya yang ditangkis dengan tangan Dong Fang. Tak berhenti sampai disana serangan Shan Bai terus bermunculan dan tak memberinya kesempatan untuk melakukan serangan balik.

Pola-pola serangan yang unik itu membuat Dong Fang kesulitan menghindar dan menangkis serangan lawannya. Ditambah kekuatan dan kecepatan pukulan, juga tendangan Shan Bai yang lebih unggul darinya membuatnya merasakan sakit setiap menangkis serangan lawannya.

Mata Dong Fang terus berputar melihat gerakan-gerakan yang dilakukan Shan Bai, hingga dirinya akhirnya menemukan celah yang ada di dada Shan Bai saat Shan Bai melakukan pukulan kearah kepalanya.

Dengan cepat, Dong Fang menghindari pukulan lawannya dan melangkahkan kakinya kedepan —membentuk sebuah kuda-kuda. Dengan seluruh kemampuannya Dong Fang memukul kearah perut Shan Bai dan telak mengenai Ulu hati lawannya.

Tak sampai disana, Dong Fang melanjutkan serangan-serangan lain dengan menggunakan Jurus Aliran Air, tak membiarkan lawannya terus mendominasi pertarungan.

Sepuluh menit berlalu, nafas Dong Fang memburu, staminanya sudah dia habiskan untuk latihan dari pagi hingga siang, sehingga kini Dong Fang sudah hampir berada di batasnya.

Dong Fang mundur beberapa langkah, dirinya mengangkat tangannya, "Aku menyerah." ucapnya dengan nafas yang tak beraturan.

Berbeda dengan Dong Fang, nafas Shan Bai terlihat masih stabil, bahkan tak terlihat keringat. Shan Bai menghela nafasnya kemudian menggeleng, "Tidak, aku yang kalah. Kau mendaratkan tiga pukulan dan satu tendangan padaku, sedangkan aku hanya bisa mendaratkan dua pukulan."

Dong Fang tak membalas, dirinya kemudian membaringkan dirinya ketanah dan memejamkan matanya.

"Hei! Jangan mati terlebih dahulu." Shan Bai terlihat panik, dirinya dengan cepat mengambil kantung air yang berada dibawah pohon dan memberikannya pada Dong Fang.

"Aku masih hidup." Dong Fang dengan pelan, dirinya kemudian menerima kantung air dari Shan Bai.

Dia meneguk semua isi kantung air itu, hingga tidak tersisa, "Sudah habis?" dirinya menghela nafas panjang.

"Sebentar, biar aku ambilkan air." Shan Bai merebut kantung air itu, dan pergi.

Dong Fang melihat kearah Shan Bai, dan merasa aneh dengan sifat dari anak patriak itu.

Terpopuler

Comments

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

Kenapa shan bai baik ya? Apakah ada udang dibalik rempeyek?

2023-06-11

0

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

🤔🤔🤔🤔🤔

2023-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!