Perjalanan Pendekar Pedang Abadi

Perjalanan Pendekar Pedang Abadi

Prolog - Serangan

Peperangan antara kubu aliran putih dan hitam di Kekaisaran Tang yang berada di Benua Bintang Timur, membuat puluhan ribu nyawa manusia melayang setiap harinya. Tidak peduli mereka seorang anak kecil, pemuda atau orang tua, semua yang berada didalam jangkauan perang antara kedua aliran itu akan luluh lantah dengan tanah.

Di sebuah kota kecil bernama Shenjing, tepatnya di sebuah sekte aliran putih bernama Sekte Pedang Bambu, pertempuran hebat antara Sekte Pedang Bambu dan Aliansi aliran hitam terjadi.

Kota yang semulanya aman seperti biasanya, kini terlihat kacau. Warga sipil yang seharusnya tak terlibat dalam perang antara kedua aliran itu, kini harus terlibat dan mati atau ditangkap oleh tangan-tangan pendekar aliran hitam. Bangunan-bangunan yang semulanya terlihat elok, kini terbakar oleh api yang membara. Kota Shenjing yang beberapa waktu lalu masih menjadi tempat yang terlihat aman, kini berubah menjadi mimpi buruk setiap penduduknya.

Didalam Sekte Pedang Bambu, perlawanan keras dilakukan anggotanya, meskipun perlawanan mereka tidak terlalu berdampak pada aliansi aliran hitam. Ini terjadi karena sebagian tetua sekte dan anggota-anggota terbaik mereka pergi untuk bergabung dalam aliansi aliran putih, sehingga hanya menyisakan anak-anak, perempuan-perempuan yang tak terlalu menguasai bela diri dan orang tua yang sudah renta, sisanya para para pendekar yang tidak terlalu kuat.

Suara besi yang beradu dan suara-suara teriakan kesakitan terdengar memekakkan telinga pendengarnya.

Disebuah rumah sederhana didalam sekte Pedang Bambu, seorang anak berumur lima belas tahun terlihat bersembunyi dalam sebuah lemari, tubuhnya bergetar ketakutan, "Apa yang harus aku lakukan? Mengapa ini terjadi? Sialan, aku seharusnya tidak bercita-cita menjadi sarjana dan berlatih agar menjadi seorang pendekar"

Dirinya kini mulai menyesali pilihan hidupnya yang menginginkan kehidupan yang damai dengan menjadi sarjana di masa depan. Dia kini sadar, jika dirinya memilih pilihan yang bodoh.

Siang itu, ratusan nyawa melayang di Sekte Pedang Bambu, sisanya ditahan untuk dijadikan budak dan beberapa lainnya masih bersembunyi.

"Semua yang ada diluar sini sudah beres, cari sisanya di dalam rumah-rumah!" Teriak seorang pria yang sepertinya pemimpin aliansi itu.

"Baik!"

Pendekar-pendekar aliansi aliran hitam kemudian mencari kedalam rumah-rumah yang ada didalam sekte Pedang Bambu, tidak perlu waktu lama jeritan-jeritan putus asa kembali terdengar.

Didalam lemari, anak itu semakin berkeringat dingin. Dirinya mendengar langkah seseorang yang masuk kedalam rumahnya dengan jelas, hal itu membuat rasa takut dan benci yang teramat terlihat jelas menghiasi wajahnya.

"Ayo keluar dimanapun kau bersembunyi! Jika kau ingin hidup, menyerahlah! Orang-orang disekte ini sudah kami taklukkan! Jika kau menyerah, setidaknya kau tak akan mati dan hanya akan menjadi seorang budak." ucap pendekar aliansi aliran hitam.

Anak dalam lemari yang mendengarnya, kini menggenggam erat belati yang ada ditangannya. Giginya menggertak keras, emosi dan dendamnya memuncak. Ketakutan yang sebelumnya dirasakan tak lagi terlihat diwajahnya.

"Aku harus membunuhnya... Bunuh... bunuh..." gumamnya berulang kali dengan mata yang penuh dendam dan berurai air mata.

Pendekar aliran hitam yang mendengarnya mendekat kearah lemari, "Wah... Wah... Kau kutemukan. Keluar sekarang atau kau tidak akan melihat hari esok."

Anak itu keluar dari lemarinya dan melihat pendekar aliran hitam itu dengan benci, "Kau akan mati..."

Dengan seluruh kemampuannya, anak itu berlari dan menyerang pendekar aliran hitam itu dengan membabi buta, "MATI! MATI! MATI!"

Dengan mudah pendekar aliran hitam itu menghindar, "Wah... Ada Anak imut disini. Apa kau ingin membunuhku dengan kemampuanmu ini?" ucapnya sambil tertawa.

Tanpa mempedulikan ucapan pendekar aliran hitam, Anak itu terus menyerangnya dengan membabi buta menggunakan seluruh kemampuannya, meskipun dengan mudahnya dihindari oleh pendekar itu.

Tawa perlahan menghilang dari wajah pendekar aliran hitam itu, "Setidaknya kau memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan, aku senang. Namun kau harus mengerti, jika kau ini tidak berdaya."

Setelah berkata seperti itu, Pendekar itu mempersempit jaraknya dengan si anak dan mencekik lehernya.

"Kasihan sekali kau, tidak berdaya seperti ini." ucapnya sambil merebut belati dari si anak.

Dengan perlahan, Pendekar itu menggoreskan belati itu pada pipi si anak berulang kali, kemudian dia melempar belatinya. Dia tersenyum lebar, setelah itu dia memukul wajah anak itu beberapa kali dan mematahkan satu per satu jarinya.

Anak itu tak berdaya, dirinya kesakitan namun teriaknya tak mengeluarkan suara karena cekikan dari sang pendekar.

"Kau harus menyadari, jika kau tidak bisa berbuat apapun tanpa kekuatan." ucapnya dengan tawa kecil.

Anak yang tercekik itu, perlahan-lahan kehilangan kesadaran karena rasa sakit kepala yang hebat setelah mendapat pukulan dikepalanya dan tak bisa bernafas karena dicekik dan juga tak kuat menahan rasa sakitnya, hingga akhirnya tak sadarkan diri.

"Sudah selesai? Aku baru saja mematahkan tiga jarimu. Kau ini lemah sekali." ucapnya dengan nada kecewa. Dia kemudian membawa tubuh anak itu untuk diikat dan membakar rumah yang sebelumnya ditinggali oleh si anak.

Beberapa jam berlalu setelah kejadian itu. Kini siang berganti menjadi malam, kota Shenjing kini hanya tinggal nama. Disana hanya tinggal puing puing berserakan dibarengi mayat-mayat yang kondisinya mengenaskan.

Di tempat lain, anak dengan goresan-goresan belati di pipinya kini membuka matanya perlahan. Yang pertama kali dia rasakan saat membuka matanya adalah rasa sakit disekitar lehernya dan jari-jarinya, juga rasa perih dibagian pipinya.

Beberapa saat kemudian dia sadar sepenuhnya dan mengingat kejadian terakhir yang bisa dia ingat. Mengingatnya membuat emosinya kembali memuncak, namun dirinya tiba-tiba merasa putus asa setelah melihat sekelilingnya.

Kurungan-kurungan yang berisi manusia-manusia dengan keadaan yang terlihat mengenaskan. Dirinya juga melihat puluhan anak-anak seusianya yang berada dikurungan yang sama dengannya. Kebanyakan dari mereka terlihat kurus kering dan sakit sakitkan, beberapa bahkan terlihat sekarat, namun tidak terlihat ada yang peduli.

Dia melihat kedua tangannya yang terlihat beberapa jarinya patah, "Apa aku akan seperti mereka? Apa ini akhir hidupku? Apa yang harus kulakukan dengan kedua tanganku ini? Aku tak memiliki kekuatan" gumamnya dengan raut wajah yang terlihat putus asa. Namun dirinya tiba-tiba terpikir wajah kedua orang tuanya.

"Ayah... Ibu... Kuharap kalian baik-baik saja disana. Kalian tidak perlu khawatir denganku, aku akan berusaha untuk hidup dan kembali pada kalian." dirinya berkata sambil merangkul kedua pahanya dan mulai menangis tanpa suara.

**

Di tempat lain, dua pria dewasa dengan kekuatan yang hebat tengah bertarung satu sama lain. Yang satu pria dengan rambut hitam panjang dengan senjata pedang dengan bilah yang sepenuhnya hitam dan yang satunya pria dengan rambut Putih pendek dengan senjata sarung tangan emas yang bisa menyebabkan kerusakan yang besar dan suara keras di setiap pukulannya.

Pertukaran serangan antara pedang dan sarung tangan terus terjadi tanpa henti, keduanya berimbang dalam teknik, kecepatan dan juga kekuatan.

Setengah jam berlalu, mereka berdua akhirnya mengambil jarak satu sama lain. Meskipun dalam pertarungan hidup dan mati, wajah mereka terlihat tersenyum. Tak terlihat dendam di wajah mereka.

"Pertarungan kita sepertinya tanpa sadar telah membawa kita jauh dari medan perang. Shen Zhi! kau memang satu-satunya lawan yang sepadan denganku. Meskipun aku merasa sedih salah satu dari kita akan mati hari ini." ucap pria berambut Putih sambil tertawa, meskipun tawanya terdengar menyedihkan.

"Jika kau memang merasa sedih, mengapa kau tidak bergabung kembali dengan Sekte Pedang Surgawi saja? Aku yakin, dengan pengaruhku mereka akan mengizinkanmu bergabung kembali. Asalkan kau mau menebus dosa-dosamu." Shen Zhi dengan senyum tipisnya.

Mendengar pernyataan Shen Zhi, pria berambut Putih itu tertawa dengan keras, "Kau ini tidak pernah berubah, pikiranmu selalu saja memudahkan segala hal. Kau sendiri pasti tahu, apa alasanku menjadi pendekar aliran hitam, kan? Meskipun selama ini, entah mengapa, aku tidak pernah merasa menjadi bagian dari aliran hitam" Dia menghela nafas panjang, "Aku senang mengenalmu, kawan lama. Tapi maaf, aku tidak bisa menerima tawaranmu. Dosa sektemu padaku terlalu besar, lagipula aku tidak lagi percaya pada orang-orang aliran putih yang naif sepertimu."

"Begitu, ya? Kalau begitu maafkan aku juga, Ling Shu" setelah berkata seperti itu Shen Zhi bergerak dengan cepat dan menyerang lawannya kembali.

Pertarungan antara kedua pemimpin aliansi aliran hitam dan putih itu menyebabkan kerusakan berat pada area disekitar mereka, dan akan terus berlanjut hingga salah satunya mati.

Terpopuler

Comments

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

Bisa sampe tamat ga ya?

2023-06-11

0

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

🤔🤔🤔🤔🤔

2023-06-11

0

~Kaipucino°®™

~Kaipucino°®™

🔥🔥🔥🔥🔥

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!