Chapter 3

Malam itu Kinanti tidur di kamar Sasa. Tidak peduli dengan suaminya yang terlalu sibuk dengan kerjaannya.

Sejujurnya hati Kinanti sangat lelah dengan sikap suaminya yang sering marah-marah. Sembilan tahun menikah dengannya, sikap suaminya tak pernah bersikap manis terhadapnya.

Apa mungkin ini karma untuknya, karena sudah menyakiti hati orang tuanya. Padahal orang tuanya sudah melarang keras untuk tidak menikah dengan Yoga, tapi ia yang begitu sangat mencintai Yoga tetap bersikeras menikah dengan Yoga.

Sayup-sayup terdengar suara alarm dari ponselnya, Kinanti segera bangun. Lalu melangkah ke kamar mandi. Selesai mandi dan sholat, Kinanti segera membuat sarapan.

Yoga yang sudah bangun, mencari Kinanti. Langkahnya terhenti ketika melihat tubuh Kinanti dari belakang. Seketika has*ratnya mendidih dan ingin segera di salurkan.

Yoga langsung mendekati Kinanti dan memeluknya dari belakang.

"Mas...." Pekik Kinanti kaget.

Yoga mengangkat daster Kinanti dan menurunkan celana segitiganya. Yoga tidak peduli tempatnya, yang jelas saat ini juga has*ratnya tersalurkan.

"Mas, aku mohon hentikan." Bukannya Kinanti tidak mau melayani Yoga, tapi cara Yoga meminta hak-nya tidak ada manisnya, apalagi tidak ada cumbuan yang membuat has*rat Kinanti ikut bergelora, selain itu Kinanti tidak ingin kedua anaknya melihat adegan dewasa.

"Diam! Pokoknya kamu nurut saja," ucap Yoga, yang langsung memasukkan miliknya ke milik Kinanti. Baginya, kebutuhan biologisnya harus terpenuhi, tidak peduli Kinanti merasa puas atau tidak.

Kinanti memejamkan matanya. Ia merasakan perih di bagian intinya, karena Yoga bermain dengan kasar. Kinanti benar-benar tidak menikmatinya, apalagi tidak ada foreplay terlebih dahulu.

Yoga memejamkan matanya dan semakin cepat ia menggerakkan pinggulnya. Tidak lama Yoga mele nnguh panjang.

Selesai hasratnya terpenuhi, Yoga begitu saja berlalu ke kamar mandi. Kinanti menghela napasnya, melihat punggung suaminya.

"Kapan kamu akan bersikap manis terhadapku," lirih Kinanti di dalam hatinya.

***

Siangnya, Kinanti yang baru pulang dari warung, di kejutkan dengan kedatangan ibu mertuanya.

"Ibu...." Kinanti menyalami tangan ibu mertuanya itu.

"Lama banget kamu ke warungnya," ucap Bu Rohayani, yang sudah cukup lama menunggunya.

"Ibu nggak bilang mau ke sini," jawab Kinanti sambil membuka kunci pintu.

"Ibu kan kangen sama cucu ibu," sahutnya, seraya mendudukkan dirinya di kursi.

Kinanti langsung melangkah ke dapur, untuk membuat minum.

"Kapan kalian nginep di rumah ibu? Kalian sudah lama nggak datang ke rumah." Ucap Bu Rohayani, ketika Kinanti sudah datang membawa minum untuknya.

Kinanti menghela napasnya. Ia tidak bisa memastikannya, sebab suaminya itu begitu sibuk bekerja. Jangankan meluangkan waktu nginep di rumah ibunya sendiri, meluangkan waktu untuk anak-anak saja nggak.

"Mudah-mudahan akhir pekan ini," jawab Kinanti asal.

Semoga saja, suaminya itu bisa meluangkan waktunya.

Hingga sore hari, Bu Rohayani masih berada di rumah Kinanti. Bu Rohayani sengaja ingin berlama-lama melepaskan rasa rindunya dengan kedua cucunya.

Tawa riang Amar dan Sasa menggema di rumah sederhana itu. Amar dan Sasa sangat senang neneknya datang ke rumah. Amar dan Sasa juga sangat merindukan neneknya.

Sangat jarang sekali keduanya bisa ketemu dengan sang nenek.

Bu Rohayani kini menggelitik Sasa, karena Sasa kalah bermain tebak-tebakan.

Tidak lama terdengar suara deru mobil. Sasa yang mendengar suara mobil papanya, segera berlari keluar dari rumah dan menyambut papanya pulang.

"Papa...!" Teriak Sasa.

Yoga tersenyum dan mengusap kepala Sasa. "Ayo masuk," ucap Yoga.

Yoga dan Sasa masuk ke dalam rumah. Yoga terkejut melihat ibunya ada di rumahnya.

"Ibu, kapan datang ke sini?" Tanya Yoga sembari menyalami tangan ibunya.

"Dari siang ibu di sini," jawab Bu Rohayani sambil memukul lengan anaknya.

Yoga manggut-manggut. "Aku mandi dulu," sambung Yoga.

***

Selepas Maghrib, Bu Rohayani pulang. Yoga mengantarkan ibunya pulang atas permintaan Kinanti, "Kamu tuh jangan sibuk merja," tegur sang ibu.

"Iya...." sahut Yoga singkat.

"Jangan iya iya aja. Kasihan Amar dan Sasa, anak mu juga butuh liburan."

Yoga tak menyahutinya. Ucapan ibunya itu masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Kurang lebih tiga puluh menit, mobil yang dikendarai Yoga berhenti di depan rumah sang ibu.

"Akhir pekan ini, ibu mau kamu, Kinanti dan cucu ibu bermain ke rumah," ucap Bu Rohayani.

"Aku nggak janji,"

Bu Rohayani mendengus. Baiklah, ia tidak akan memaksakan putranya itu. Bu Rohayani juga berharap kalau sikap Yoga tidak lagi buruk terhadap Kinanti.

Bu Rohayani sangat sedih, jika melihat Kinanti yang selalu di perlakukan kurang baik.

"Aku nggak mampir," ucap Yoga.

"Iya, nggak apa-apa."

Setelah melihat ibunya masuk, Yoga langsung melajukan mobilnya. Seharian bekerja, Yoga ingin secepatnya beristirahat.

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

sabar kinanti ,suatu saat pasti kau bahagia ,doa kan suami mu berubah lbh baik lagi,

2023-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!