Chapter 2

Malam adalah waktunya quality time bersama keluarga tercinta. Begitu juga dengan Kinanti dan kedua anaknya, yang saat ini tengah menemaninya belajar, sedangkan Yoga sibuk dengan laptopnya.

"Mama ke kamar mandi dulu ya," ujar Kinanti kepada kedua anaknya.

"Iya, ma," sahut Amar, tanpa menolehnya.

Kinanti segera ke kamar mandi.

Amar menggaruk kepalanya, saat ini Amar tengah kesulitan mengerjakan PR matematika. Karena bingung, Amar akhirnya meminta bantuan kepada Yoga.

"Pa, bisa bantu Abang ngerjain nomor 8," pinta Amar, sembari memperlihatkan bukunya ke hadapan Yoga.

Yoga meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke layar laptop. "Sama mama aja ngerjainnya. Papa lagi sibuk," tukas Yoga.

"Tapi mama lagi ke kamar mandi."

"Ya tinggal tunggu saja, apa susahnya sih," omel Yoga ketus.

Dengan perasaan kecewa, Amar membawa lagi bukunya. Amar merasa papanya sudah banyak berubah, padahal dulu sesibuk apapun papanya selalu menyempatkan waktu menemani belajar.

Sasa yang baru selesai membuat gambar, ingin segera menunjukkan ke papanya. Dengan senyum terkembang di bibirnya Sasa mendekati Yoga.

"Papa, lihat gambar buatan adek, bagus kan," celetuk Sasa menunjukkan gambarnya. Akan tetapi Yoga mengacuhkannya.

"Pa...." Sasa mendekati Yoga dan menggoyang tangan Yoga.

"Sasa! Bisa nggak sih, nggak gangguin papa terus!" Sentak Yoga.

"Adek kan mau nunjukin ini," ucap Sasa sedih.

Yoga mendengus kesal. Pekerjaannya terus di ganggu sama anak-anaknya, dengan perasaan marah Yoga merebut buku gambarnya dan merobeknya di depan Sasa.

"Papa jangan di sobek," pekik Sasa. Tapi Yoga sudah terlanjur merobek gambarnya menjadi dua bagian.

"Jangan ganggu papa lagi! Lagian gambarnya jelek," ucap Yoga tanpa memperdulikan perasaan Sasa.

Wajah Sasa seketika mendung, air matanya sudah terkumpul di pelupuk mata. Sasa melihat hasil gambarnya yang sudah sobek terogok di lantai. Padahal Sasa membuatnya dengan susah payah, tapi dengan teganya papanya itu merobeknya. Sasa benar-benar sangat sedih.

"Papa jahat!" Pekik Sasa dengan derai air mata.

Yoga hanya memutarkan bola matanya, jengah.

Sasa berlari ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Amar segera menghampiri Sasa yang tengah terisak, sambil membawa buku gambar milik Sasa.

"Hiks ... Hiks ... Papa jahat...." Ucap Sasa sesegukan.

Amar juga sedih melihat gambar buatan adiknya di robek. Papanya itu sudah sangat keterlaluan. Apa salahnya memuji gambar buatan Sasa.

"Dek ...." Amar menyentuh punggung Sasa yang bergetar. "Jangan nagis. Nanti gambarnya disatuin lagi pakai lakban bening," ucap Amar menghibur Sasa.

Sasa menggelengkan kepalanya. " Nggak mau," tolak Sasa.

Amar menghela napasnya, sambil berpikir caranya menghibur sang adik. "Kalau gitu Abang buatin yang lebih bagus. Mau," tawar Amar dan berharap Sasa mau.

"Beneran?" Sahut Sasa sambil mengelap ingusnya.

Amar mengangguk. "Beneran, masa bohong."

"Adek mau dibikinin nya sekarang," pinta Sasa.

"Oke, tapi jangan nangis lagi."

Sasa segera menghapus air matanya dan keluar dari kamar.

Kinanti yang baru selesai dari kamar mandi, mengernyitkan dahinya melihat wajah sembab Sasa.

"Adek kenapa nangis?" Tanya Kinanti.

Sasa melirik papanya yang masih sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang papanya itu kerjakan sama laptopnya, tapi yang jelas papanya itu jahat.

"Sasa...." Panggil Kinanti lagi. Karena Sasa tak kunjung bicara.

Dengan wajah menunduk Sasa mulai berterus terang. "Papa ... Ngerobek hasil gambar adek," ucap Sasa lirih.

Kinanti langsung menghembuskan napasnya dan menggelengkan kepalanya.

Bisa-bisanya suaminya itu merobek gambar buatan Sasa.

"Ya sudah, Adek buat lagi yang baru," kata Kinanti lembut.

"Iya, ma...."

Mas Yoga sudah keterlaluan. Ucap Kinanti di dalam hati.

Kinanti harus bicara sama suaminya, ia tidak bisa terus menerus melihat anaknya dimarahin sama suaminya.

"Abang...."

"Iya, ma," sahut Amar.

"Belajarnya di kamar Abang. Mama nanti nyusul," ucap Kinanti.

Amar mengangguk, lalu membereskan alat tulis. Setelah itu Amar dan Sasa pindah ke kamar Amar.

Setelah memastikan kalau kedua anaknya sudah masuk ke kamar, Kinanti mendekati suaminya, yang begitu sibuk dengan laptopnya.

"Mas, aku mau bicara sama kamu," cetus Kinanti yang kini duduk di samping suaminya.

"Ya tinggal ngomong lah," sahut Yoga cuek.

Kinanti mendengus melihat sikap suaminya yang cuek dan terlalu sibuk dengan kerjaannya.

"Bisa nggak, berhenti dulu kerjanya."

"Nggak," jawab Yoga singkat.

Kesal karena suaminya terlalu fokus dengan pekerjaannya, Kinanti langsung menutup laptopnya.

"Kinan!" Yoga marah dan melototi Kinanti.

"Berhenti dulu kerjanya. Aku tuh mau ngomong sama kamu," jawab Kinanti tak kalah tingginya.

Yoga mendengus penuh kesal.

"Ya sudah tinggal ngomong!"

"Aku tahu kamu sibuk, tapi bisa nggak jangan marahin anak-anak," ucap Kinanti.

"Aku tuh nggak suka di ganggu. Harusnya tuh kamu ngasih tahu ke anak-anak jangan gangguin aku. Aku tuh lagi kerja, cari duit buat kamu dan anak-anak," jawabnya kesal.

"Tapi setidaknya jangan marahin anak-anak. Mereka juga butuh kamu. Kamu juga kalau sudah di rumah jangan terlalu sibuk sama kerjaan kamu."

"Aku tuh lagi kerja keras, karena sebentar lagi aku tuh mau dipromosikan naik jabatan. Makanya kamu dan anak-anak jangan ganggu aku."

"Tapi setidaknya kamu luangin waktu buat anak-anak," jawab Kinanti, berharap suaminya mengerti.

"Sudahlah, aku malas ngomongin anak-anak." Yoga menyudahi pembicaraannya, yang menurutnya tidaklah penting.

Yoga yang kesal, memilih melanjutkan pekerjaannya di kamar.

"Mas...." Kinanti pun mengikuti suaminya yang pindah ke kamar. Pokoknya Kinanti mau suaminya harus bisa menjaga perasaan anak-anaknya dan tidak lagi mengacuhkan anak-anak, apalagi sampai memarahinya.

"Mas, tolonglah jangan seperti ini."

Kesal karena Kinanti terus berbicara. Yoga yang sudah duduk di atas kasur, melempar batal ke arah Kinanti.

"Kamu dan anak-anak sama aja. Keluar kamu dari sini !" Hardik Yoga. Bola matanya memancarkan kemarahan.

"Keluar!" Hardik Yoga.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

laki kaya gtu di getok aja sekalian 😡

2023-05-31

0

Nar Sih

Nar Sih

suami yg jahat ngak ngerti istri yg penting kerja ayah yg ngak peka sma ank2 nya ,lanjutt kakk

2023-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!