Kisah Kanyara, gadis belia yang mempunyai adik bernama Hana, sementara Bimasa berada di Swiss menempuh pekerjaannya sebagai pakar juruan hukum.
Elle dan Alex, berada di Swiss bersama kedua anak kembarnya yang saat ini bersama mereka, sementara Hana sang bungsu ada di ibu kota, apalagi anak bungsunya itu terlihat sangat gemoy dengan berat badan over dari gadis biasanya.
"Kok enggak di buka buka ya? Aneh, ini pintunya terbuka sedikit. Apa aku masuk aja ya?"
Hana berdiri di depan pintu masuk, dan masih sedikit meragu. Pintunya juga terbuka sedikit tak terkunci. Namun seseorang menghubungi agent, dan ia di minta untuk memberi pelayanan kebersihan pada langganan vvip. Apakah ini tandanya, orangnya sudah tau kalau ada house keeper yang membersihkan kamar, ruangan ini?
"Permisi! Bersih - bersih!" sapa Hana dengan bernada, yang ingin mencoba bekerja dan menyamar demi bukan disebut anak sultan.
"Permisi, House keeper. Pak apa anda di dalam, dua puluh menit lalu sambungan telepon genggam bapak menghubungi agent kami?"
Berkali kali Hana memanggil dengan pintu terbuka lebar, ia memasukan troly kebersihan. Dan segera melaju berharap tuan rumah di dalam. Meletakkan beberapa alat, dan memegang benda kecil untuk menyedot kotoran dan debu.
"Kayaknya ruangan ini kosong deh! orang kaya mah bebas, semewah ini gak ada orang." ucap Hana yang tiba saja ingin keluar, bermaksud menghubungi managernya.
Namun pesan manager segera bersihkan dan cepat keluar adalah tugasnya. Karena nomor 9001 adalah langganan tetap vvip yang memakai jasa. Jujur saja, ini adalah hari pertamakali Hana magang bekerja, sementara pegawai yang biasa, yakni mbak Naji sedang cuti di rumahkan karena sakit. Maka lantai dan nomor ini juga, termasuk Hana yang menggantikan selama mbak Naji belum masuk.
Hana mulai membersihkan dari Vacuum Cleaner. Melipat bagian sofa bed, dan ini adalah kamar terakhir yang harus ia bersihkan. Sudah lelah ia bekerja selama delapan jam, Hana tersenyum karena akan segera selesai.
"Kau sudah datang juga, ssssssh! Lama sekali sih! Kau tau tubuhku sudah panas. Hanya menunggumu?!"
Sapaan dari pria terdengar sangar di belakang Hana. Ia mulai bingung akan kata panas, apakah ia juga harus menyedot cleaner atau ia meminta ke ruangan lain. Maklum Hana tak pernah masuk membersihkan bagian kamar inti. Hana menoleh, ia menutup mata karena kaget dan gelagapan.
"Maaf Mas! Eeh, kak ! Pak saja deh. Saya .."
"Hadeuh, kenapa yang datang gendut begini sih? Katanya yang di kirim wanita body goals, cantik, tinggi. Kau ini, wajahnya juga jelek sekali. Bintik hitam itu apa tidak bisa di kondisikan, di pindahkan gitu! buruk sekali pandanganku."
Belum sempat Hana bicara menjelaskan, ia sudah malu dengan pernyataan pria itu. Apa lagi saat ini Hana memegang pipinya yang semu merah. Fisiknya selalu saja di perhatikan dan dibuat bahan ejekan setiap kali ia mulai bekerja.
"Maaf, pak. Saya yang bertugas hari ini, mbak Naji yang biasa sedang cuti " jelas Hana.
"Ah! Gilaaaaaa!! aku akan minta ganti rugi untuk ini!" mendekat langkah ke hadapan Hana.
Hana tersentak kaget, menjatuhkan benda kerjanya. Melihat tatapan pria itu kesal dengan wajah memerah seperti menahan sesuatu.
"Kayaknya gak masuk akal deh pak! Hanya saya gendut, apalagi mempermasalahkan face saya jelek karena banyak bintik hitam di area pipi hidung. Anda tidak bisa berlaku begitu pada atasan saya. Lihat ruangan bapak, sudah saya bersihkan!" jelas Hana semakin berjalan mundur.
"Sudah jangan banyak bicara!"
"Tunggu bapak sakit? mau saya ambilkan obat, atau air putih?"
"Jangan banyak tanya!Cih! kalau bukan rasa panas, yang tak tertahankan. Aku tidak akan memakaimu gendut!"
"Haaaahk! Anda mau apa pak, Tunggu jangan!"
BUUUGH!!
Hana menjatuhkan benda Vacuum Cleaner yang harganya puluhan juta, dan melakukan perlawanan ketika tangannya di sentuh. Ia tidak peduli, karena di dalam otaknya ia harus ganti rugi. Bekerja dengan penampilan gendut dan jelek.
"Hey! Beraninya kau menendangku, Genduuut?" teriak pria itu mengejar Hana.
Spontan Hana kembali menendang, ke arah pria yang baru saja mengejar, mendekatinya ke area sensitifnya, tepat pada dua area pangkal pahanya. Hana semakin ketakutan ketika pria itu telah meraih dan membuka bathrobe-nya. Tubuhnya tak bisa berlari kencang, membuat dirinya lengah tak bisa kabur.
"Tapi .." dibekap mulut Hana saat ingin menjelaskan.
"Siapa bilang kau bisa pergi dariku, Gendut!" tubuhnya berhasil meraih tubuh Hana, meski ia masih tersenggal sakit akibat tendangan itu.
"Tapi pak, saya ..Bppppph,"
Belum sempat Hana kembali melepas dan bercerita, jika ia bukanlah wanita seperti itu. Bibirnya sudah dilahap habis, Pria tadi sudah lama tak tahan dan Hana menggeliat, tetap saja tak membuat Pria itu lelah, ia sudah kokoh membuka seluruh handuknya hingga meruntuhkan pertahanan Hana, meski ia sudah berkali kali mendapat pukulan dari tangan besar wanita ini, tetap saja tak menyurutkan pria itu untuk menghentikan aksinya.
"Lepaskan! Kau pria brengs..!" ditutup mulut Hana dengan tangan kokohnya, sementara tangan satu lagi, yang terlihat penuh daging itu di ikat kencang pada besi ranjang. Hana merasakan kesedihan mendalam, ketakutan itu membuat Hana menangis meski sudah meronta untuk meminta pria itu berhenti.
Pria itu sudah meruntuhkan, mengkoyak tubuhnya tanpa ampun. Merusak kehormatannya dengan kasar dan paksa, setelah memiting tubuh gempalnya, Hana melemas dan pasrah setelah pria itu berhasil menembus pertahanan yang harus ia jaga untuk masa depannya kelak.
"Akh! Akhirnya selesai juga, rasa panas tadi sudah tak ku rasakan lagi." ucap Pria itu memakai piyama.
Pria itu mengangkat tubuhnya dari tubuh Hana, rasa senyum itu terasa membuat ia puas karena semuanya telah lepas. Hana merasa basah dan membuat jijik ketika melihat tubuhnya dan masih mode menangis dengan apa yang terjadi.
"Kau! aku akan menuntutmu karena kau telah menendangku, dan meninjuku tadi!"
"Pria brengsek! kau itu aku bukan wanita seperti itu. Huhuuu."
"Sudahlah! pergi, jangan sok suci kau. Seperti baru di pakai saja." ucap Pria itu yang baru saja melihat tubuh Hana dengan balutan selimut berdiri dengan mode kesakitan dan menahan sesuatu seperti mengejan. Ia menatap Hana berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan.
Sementara Hana masih menangis dan menutupi tubuhnya, setelah kembali memunguti pakaian dan kembali ingin pergi. Rasa sakit menjalar itu, membuat ekspresi Hana semakin tidak enak di lihat. Melihat bentuk tubuhnya saja sudah gempal, dan aahk! Tak usah di bicarakan lagi, pria itu sesudah memakai Hana ia langsung mencaci dan meminta ganti rugi karena Hana menendangnya dan membuat memar pada pipinya.
Hana masih menangis setelah ingin meraih tas, dan trolly kebersihannya.
Toook!! Took!!
"Permisi Tuan Alfi! Saya yang di minta madam Zei untuk melayani Tuan." ucap wanita yang bertubuh ramping, rambut lurus dan semampai itu mengetuk pintu kamar.
"Apa jadi kau yang harusnya datang,?"
"Benar Tuan. Apa saya harus masuk dan berganti dengan lingerie warna yang tuan inginkan?"
Alfi, melihat noda merah di kasur spreinya. Lalu memijit rambut seolah bingung. Ia yang tadinya selalu merasakan sakit kepala tak tertahan karena sebuah vertigo dan operasi dahulu. Harus sering meminum obat dari dokter, dan rasa sakit itu menjalar pada keinginan hasratnya. Rasa panas itu tak bisa di pungkiri, hal itulah yang membuat Alfi menjadi pusing tujuh kepala.
"Dasar Pria brengsek! aku sudah bilang, itu bukan aku. Aku bukan wanita murahan!" ungkap Hana.
"Diamlah! aku pusing, jangan banyak bicara! kau ini tubuhmu saja sudah tidak sempurna, biar aku lakukan sesuatu. Agar kau diam!" mengambil uang dollar dari berangkas kecilnya, sementara masih menatap Hana menangis dan membungkuk.
"Bagaimana Tuan, apa saya jadi melayani tuan?" tanya wanita yang di minta seorang mucikari. Alfi melupakan wanita cantik berdiri mematung.
"Pergilah! Aku sudah selesai, jangan kembali lagi!" Alfi menutup pintu.
Sementara Hana berdiri, ia berjalan dengan tertatih tatih.
"Lihat saja, kau yang aku tuntut?" ketus Hana.
"Kau juga akan aku tuntut, kau tau siapa aku?" gertak Alfi pada wanita gempal jelek itu. Bisa bisanya ia meniduri wanita buruk dan memakainya.
Hana melihat sebuah benda hitam, dengan sadar dan IQ rendahnya ia bertanya lagi.
"Kau memasang kamera, jadi yang tadi kita lakukan?" panik Hana.
"Ya! aku akan menuntutmu. Bagaimana jika Orangtua mu tau, jika anak gadisnya menggoda pria seperti ku. Kau tau aku siapa?" Alfo melempar beberapa uang ganti rugi pada wajah Hana.
"Anggap saja itu pengganti rugi karna tadi, jika tidak aku akan melaporkanmu."
Benak Hana merasa bingung, ia yang telah rusak kenapa harus di laporkan. Bagai durian runtuh, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Baiklah, anggap saja tadi kita tak terjadi sesuatu. Jika kita berpapasan diluar! jangan memanggil, kita tak saling mengenal dan bertemu!" lirih Hana pergi meninggalkan kamar Alfi dengan pintu yang terbuka lebar.
JDEEEER!!
"Hey! kau belum menutupnya kembali, syial bagus saja pintu ini tidak rusak. Bukan hanya wajah dan tubuhnya juga yang jelek. Tapi IQ nya juga sangat rendah, bagus saja aku terbebas."
Dengan cepat, Alfi menghubungi asisten pribadinya. Dan meminta data petugas kebersihan.
"Kau cari data wanita yang ku kirim di foto tadi, ku beri waktu empat jam!"
Emo terdiam, kala bosnya itu meminta data wanita jelek dan gendut tapi menurutnya dia itu cantik namun wajahnya eropa sekali kebarat baratan akan bintik pipi yang manis.
'Untuk apa juga sang bos, meminta data wanita aneh ini?'
To Be Continue!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments