"Ada apa," pesan itu tampil begitu saja, membuat Alex memeluk El. Dimana El tak percaya, dengan tangisan histeris.
"Enggak .. ini enggak mungkin kan?"
"El sayang, jangan seperti ini! kita akan datang pagi sekali, dokter pasti salah diagnosa. Semua sudah aku urus, untuk melanjutkan pemasangan dijari tetap dilanjut, kita berdoa saja!"
El dalam pelukan lex, masih mode menangis. Dimana kabar pesan bibi Roh dan pak Supra saat ini lebih kritis, dimana pasien yang secara fisiologis tidak stabil, sehingga mengalami respon hipermetabolik komplek.
"lex apa itu hipermetabolik?"
"Kita akan tahu besok pagi sekali ya, bibi dan pak Sup tetap dalam awasan suster, kita besok segera datang ke rumah sakit mengecek keadaannya sebenarnya ya! yang aku tau, itu adalah by trauma pasca terakhir yang membuat ikut ke dalam masa saat ini."
"Aku ga mau kehilangan mereka Lex."
"Aku tahu ini berat untukmu, aku pun berharap begitu karena kita banyak berjasa padanya, tapi kita harus percaya dan yakin. Semesta lebih sayang dari kita! sabar ya sayang!" pelukan hangat lex, perlahan membuat Elle tenang dan tak terasa El pun lelah menangis akhirnya tidur.
Pagi Harinya.
Saat El dan lex akan bersiap ke kantor polisi dimana kabar kasus Shela sudah diputuskan dan meminta El dan lex datang, hal ini membuat mereka mungkin akan sibuk. Dimana pada saat itu juga El merasakan kepalanya kembali pusing. El yakin, jika dirinya bukan hamil. Namun entah kenapa, saat Lex memintanya bersiap ke rumah sakit sebelum menyambut anak anak dari tour dubai, ini membuat El tak kuasa dan ketakutan, belum lagi pikirannya terbagi pada keadaan sang bibi dan suaminya.
'Udah lama sakit kaya gini, kok sekarang muncul lagi ya?' deru batin El, penuh kekhawatiran memijit kening kanan, dan kepala belakang sedikit ditekan.
Tak lama Lex datang, memastikan suhu tubuh istrinya namun El bicara ia baik baik saja, sehingga mereka keluar menuju kantor polisi lebih dulu sebelum ke rumah sakit.
"Ayo sayang, kita akan terlambat."
"Iya, aku sudah selesai." senyum El, nampak sekali menyembunyikan sakit vertigo nya yang sudah tidak kambuh, tapi muncul beberapa jam sekali.
Hingga sampailah mereka di kantor polisi, dimana El hanya mendengarkan lex dan ketua polisi berbicara banyak hal, dimana rasa sakit kepala El kembali muncul, meski tidak sesakit berada di the duke suite Ridz.
"Jadi begitulah! terpidana di hukum penjara seumur hidup, akan tetapi kemungkinan hukuman mati karena dia terlibat cukup jauh Terpidana anggota barang terlarang dan mafia organ, penjual beli kulit manusia aktif, dan ini ada surat darinya, dia menitipkan ini."
Surat?
lex pun mengambilnya dan tertera disana untuk El Albe Saputra. "Sayang ini untukmu, bacalah!"
Heuumh.
Nampak sekali El saat ini menatap diam, ketika bait demi bait sesak membuat El iba, namun keputusan Shela yang diluar batas, itu sudah jadi resiko yang harus ia pertanggung jawabkan.
Dear El, sepucuk surat permohonan maaf dari wanita berhati iblis sepertiku.
Aku minta maaf atas perbuatan ku, jika kelak aku dihukum mati, semoga kamu bahagia selalu bersama lex, karena pria itu aku menjadi gila, karena kenyataannya kamu adalah putri kandung papa, aku merasa kecewa. Namun semua menyadarkan aku, sejauh apapun aku lakukan hasilnya kecewa, keberuntungan ada di pihak kamu El atau ini sebuah karma dari hasil merebut yang bukan milikku.
Ketimbang aku di penjara seumur hidup dengan kulit dan wajah hancur, lebih baik aku pergi dari dunia ini, dan semoga kamu bahagia selalu. Dan sampaikan salam permintaan maafku pada ibu Roh, karena aku bertemu dengannya, namun aku menendang dia, mempermalukannya karena aku tidak rela dia jadi ibuku.
Maaf ..
Maaf.
From : Shela.
Bukan tanpa alasan, mantan istri lex itu akhirnya seperti buah batu yang mendapatkan karma, karma dari merebut miliknya kembali ke pemilik aslinya. Sejauh ia membuat rencana memisahkan, tetap saja El dan Lex tetap bersatu, membuat Shela iri saja dan menyesal dilahirkan ke dunia.
"Oh, malang sekali. Bibi pasti hancur." lirih El, kembali menangis menutup matanya.
Dimana lex meraih tubuh remuk El setelah membaca surat itu. Setah tenang dan menandatangani proses untuk terpidana dalam proses sidang, maka lex dan El menandatanganinya, hidupnya kini harus berlalu dari masa lalu yang pernah membuat El sakit.
"Sayang, udah siap? kita ke rumah sakit sekarang." bisik lex.
"Iya, maaf ya! aku sudah jauh lebih baik." senyumannya, sehingga lex dan El pamit pada pihak kantor polisi.
"Tunggu pak lex!" ujar polisi, yang baru saja menerima telefon, dimana el dan lex akan beranjak pergi.
"Ada apa pak?" tanya kembali lex karena ia rasa sudah selesai.
"Terpidana melakukan bunuh diri, dia dilarikan ke rumah sakit namun .." ujar polisi yang masih memegang gagang telepon dan menutupnya.
El dan lex saling terdiam, kaki El bahkan lemas atas kata kata polisi terakhir, untuk bisa menjenguknya.
"Tidak lex, kita ke rumah sakit. Bibi membutuhkan kita, biarkan orang papa yang membawa jasadnya!"
Deg.
El pamit, memutar tubuhnya berjalan. Kakinya terasa lemas, serasa dirinya kesepian ketakutan ditinggal orang yang ia sayangi.
'Kenapa bibi dan pak Supra ikut kritis harus dinyatakan tiada, jika Shela juga akan ikut dengan cara menyedihkan?' batin El penuh sesak.
Sementara lex meraih tangan El dan pergi menuju rumah sakit, seolah menguatkan hati El karena ia tahu bagaimana perasaan istrinya saat ini.
Beberapa hari kemudian.
El tak pernah membayangkan, di saat hari yang sama. Dokter mengatakan jika pasien kini dalam keadaan tidak baik, meski peralatan canggih sekalipun, kenyataannya pun sama.
"Jadi, bibi saya dan suaminya bagaimana dok ..?"
"Kami mohon maaf bu El, kami sudah melakukan yang terbaik. Kami turut berduka. Kami sudah melakukan sebaik mungkin, namun semesta ..." terdiam.
Deg.
Ada rasa lemas di kaki El, berdiri tak punya tenaga. Beringsut begitu saja, membuat lex meraih tubuh istrinya untuk sabar, setengah memeluk bahu, dengan derai air mata tak tertahankan. Dimana orang yang merawat seperti sang ibu, suka maupun duka harus pergi begitu saja.
"Kenapa harus mereka?"
"Bukan salahmu sayang! ini sudah takdir. Hanya saja kamu harus lebih kuat dan tabah, dimana mereka pergi tanpa satu kata."
"Rasanya aku lemah Lex, kenapa keluarga yang aku miliki harus pergi."
"Ini adalah gambaran setiap mahluk semesta akan kembali padanya, bahkan kamu juga kelak akan kehilangan papa, ibu, pasangan dan anak anak dengan cara sendiri." ujar Saputra, yang menatap El yang saat itu berpangku pada lex, dari mana rasanya tak percaya sang Ayah dari dubai langsung ke rumah sakit.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments