Alvin menggendong Asya hingga mereka berdua berhasil keluar dari gedung. Terlihat sebuah mobil sport sedang berada tepat di depan gedung. Mobil berwarna putih yang terlihat cukup mahal telah dihiasi karangan bunga.
Terlihat seorang pemuda keluar dari mobil tersebut dan langsung menyerahkan kunci mobil kepada Alvin. "Ini kado dari Tuan Samuel, Tuan."
Pemuda tersebut memberikan kunci mobilnya kepada Alvin namun Alvin tidak menerimanya. Laki laki itu justru memberikan lirikan kepada pemuda tersebut, tepatnya melirik ke arah mobil.
Pemuda itu seolah sudah tahu maksud dari lirikkan Alvin, ia pun langsung kembali ke mobil dan menghidupkan mesinnya.
Pemuda tersebut lalu keluar dari mobil putih tersebut dan membiarkan pintunya terbuka. Alvin berjalan mendekati pintu tempat dimana Asya akan duduk, berdiri tepat dihadapan pintu. Pemuda itu lalu membukakan pintu mobil tersebut untuk Asya.
Asya berulang kali menyuruh Alvin untuk menurunkannya namun laki-laki itu menolak. Alvin akhirnya menurunkan Asya ketika Asya sudah berada di kursi tepat di sebelah kursi pengemudi.
Asya berterima kasih kepada pemuda yang barusan membukakan pintu untuknya sehingga membuat Alvin menatap tajam wajah pemuda itu. Alvin menghembuskan nafasnya dengan perasaan marah.
"Makasih yaa tadi udah dibukain pintunya." kata Asya dengan senyuman tulus.
Pemuda itu hanya mengangguk kecil sambil menunduk. Alvin yang kini sudah berada di kursi pengemudi pun menatap tajam pemuda itu. Pemuda tersebut masih tetap menunduk, menunggu kepergian bosnya serta istri dari bosnya itu.
"Ehem,"
Alvin berdehem sehingga membuat pemuda itu menaikkan kepalanya dan menatap wajah Alvin. Tatapan Alvin kini sudah beralih ke depan, ia tak lagi menatap tajam pemuda itu.
Asya membulatkan kedua matanya ketika Alvin mengatakan sebuah kata. Hanya satu kata, namun sangat bermakna terutama bagi pemuda tersebut. Pemuda itu pun ikut membulatkan kedua matanya saat Alvin mengucapkan sepatah kata itu.
"Pecat."
Lelaki itu langsung menancapkan gas dan mengemudikan mobil dengan cepat. Asya terlihat terkejut dengan perbuatan Alvin yang cukup menegangkan itu.
Alvin mengemudikan mobil sesukanya saja seolah jalan raya milik itu nenek moyangnya. Buket bunga yang Asya temukan di mobil itupun terbang tertiup angin saking cepatnya Alvin melaju.
Beberapa klakson mobil dari pengguna jalan lainnya mulai terdengar. Alvin seolah tak peduli dan tetap melajukan mobilnya, ia kini sangat kesal.
Kesal karena Asya dengan mudahnya tersenyum manis kepada pemuda lain selain dirinya, bahkan Asya mengucapkan terima kasih kepada pemuda tersebut hanya karena ia membukakan pintu untuknya.
Asya sama sekali tidak tersenyum ataupun mengucapkan terima kasih kepada Alvin, padahal laki laki itu sudah menggendongnya dari dalam gedung hingga memasuki mobil. Hembusan amarah nafas lelaki itu masih terasa, namun semakin lama mulai mereda.
"Alvin, pelan-pelan." pinta Asya dengan nada rendah, gadis itu berusaha mengingati Alvin untuk ke-sekian kalinya untuk tidak melajukan mobilnya.
Alvin tidak peduli, lelaki itu tetap marah kepada Asya. Hembusan nafas gusar masih terasa, aura gelap melekat pada lelaki tersebut. Asya menggerakkan tangannya mendekati tangan Alvin, gadis itu lalu menatap wajah suaminya dengan tatapan murung.
"Aku bisa muntah kalo kamu begini terus,"
Alvin mulai melambatkan mobilnya saat mendengar perkataan Asya, lelaki itu berusaha meredamkan emosinya saat ini. Asya masih menyentuh tangan Alvin dengan sangat lembut, gadis itu teringat bahwa Alvin memiliki sifat posesif yang sangat mudah cemburu.
Alvin memang sangat cemburuan, bahkan ketika mereka belum menjadi sepasang kekasih Alvin sudah sangat posesif kepadanya. Alvin melarang Asya untuk berinteraksi kepada teman kuliahnya, padahal Asya dan Alvin baru saja bertemu beberapa minggu yang lalu.
Dulu Asya berpikir bahwa Alvin adalah orang gila dan selalu saja menjauhi lelaki itu meskipun ia tahu bahwa Alvin adalah salah satu konglomerat kaya yang kekayaannya tidak akan habis hingga 8 turunan. Namun kini gadis itu justru jatuh cinta dan menikahi laki laki itu.
"Maaf," lirih Alvin menunduk lesu.
Alvin menepikan mobilnya lalu berhenti. Laki-laki mengatur nafasnya berusaha menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Alvin tahu bahwa ia telah berbuat sesuatu yang buruk, ia tidak seharusnya melajukan mobilnya secepat itu.
Seharusnya aku bisa menahan emosiku, kami baru saja menikah dan dia sekarang pasti merasa jengkel kepadaku! kesal Alvin kepada dirinya sendiri.
Asya tersenyum kecil dan menyentuh dagu laki laki itu, Alvin melirik ke arah Asya dengan tatapan sendu. Dilihatnya senyuman manis dari Asya sehingga membuat amarahnya hilang dalam sekejap.
Asya meraba wajah Alvin dengan lembut, menyentuh rambut laki laki itu dan memainkannya lalu tatapannya kembali fokus ke wajah Alvin. "Mendingan?"
Alvin mengangguk kecil. "Maaf, Sya."
"Sshh, udah udah. Jangan emosi lagi ya, gak baik." tutur Asya dengan lembut.
Alvin hanya bisa mengangguk lesu dan mengambil nafas dalam-dalam. Bodoh! Alvin kesal dengan dirinya sendiri karena tidak bisa meredamkan rasa cemburunya, padahal sebelum menikah ia sudah berjanji kepada Asya bahwa ia akan selalu mengontrol emosinya.
Menikahi seorang Arasya Zaelia adalah hal yang sangat sulit bagi Alvin. Asya terkenal akan sifat baiknya kepada orang lain, bahkan kepada orang yang baru saja ia temui.
Laki laki itu harus bisa mengontrol rasa cemburunya yang sudah membara di hati ketika melihat Asya dengan mudahnya memberikan senyuman manisnya kepada lelaki lain.
Alvin sangat tidak rela bila Asya berbuat baik dan dengan mudahnya menampilkan senyumannya kepada lelaki lain, baginya kini Asya hanyalah miliknya seorang.
Alvin kembali mengendarai mobilnya, namun kali ini ia mengendarainya dengan pelan tanpa terburu-buru. Ia tidak ingin membuat Asya khawatir, ia takut bila Asya akan meninggalkannya karena sifat emosional lelaki itu.
Sifat dewasa dan sabar Asya mengingatkan Alvin dengan sifat almarhum ibunda-nya. Bahkan senyuman yang dimiliki Asya sangat mirip dengan ibu dari laki laki dingin itu, terasa tenang dan damai.
Dulu hanya ibunda Alvin yang bisa menenangkan lelaki itu, kini waktu telah berganti dan Alvin telah menemukan pengganti ibunda-nya. Asya.
Semenjak peristiwa mengenaskan yang terjadi beberapa tahun lalu, sifat kejam dan dingin Alvin semakin menjadi. Lelaki itu tak segan menyakiti orang yang membuatnya kesal, bahkan ia pernah beberapa kali membunuh orang yang menurutnya sangat mengganggu.
Namun kini Alvin mulai bisa menetralisir emosinya karena adanya sosok Asya. Asya yang awalnya menganggap laki laki itu gila dan justru menjauhinya meskipun gadis itu tahu bahwa Alvin adalah salah satu konglomerat yang kekayaannya tak akan habis hingga 7 turunan, kini gadis itu telah sepenuhnya dimiliki oleh Alvin. Lelaki yang dulu ia kira gila.
Itu termasuk salah satu alasan utama mengapa Alvin tertarik dengan sosok Asya. Dia tidak tertarik dengan harta kekayaan Alvin, gadis itu lebih tertarik dengan ke-sederhana-an lelaki itu.
Ketika orang lain justru mendekatiku karena kekayaanku, hanya dia yang menjauhiku. Dan ketika aku bersikap sederhana, dia justru semakin mendekat kepadaku. Dia pasti bukan manusia biasa, dia jelmaan makhluk aneh. Kira-kira begitulah tanggapan Alvin dulu mengenai Asya.
"Vin?" panggil Asya menyadarkan Alvin dalam lamunannya.
Alvin segera sadar dan melirik ke arah Asya dengan tatapan penuh tanya. Asya tersenyum kecil dan menunjuk ke arah lampu lalu lintas yang sudah berwarna hijau, bahkan Asya memberitahu bahwa mobil di belakang terus menerus membunyikan klaksonnya.
"Maaf," lagi lagi Alvin meminta maaf.
"Maaf terus daritadi, bosen aku dengernya." rajuk Asya kepada Alvin.
Alvin melirik ke samping, tepatnya ke arah Asya yang sedang merengut. "Ma—”
Alvin tak lagi melanjutkan kata-katanya, ia mengurungkan niatnya untuk meminta maaf. Lelaki itu memilih untuk menghembuskan nafasnya sembari kembali mengendarai mobil sport pemberian sahabatnya.
Hanya kepada Asya, seorang Alvian Miller meminta maaf. Bagi Alvin meminta maaf adalah perbuatan yang sangat rendahan, namun semua itu tak berlaku bila dirinya bersama perempuan yang ia cintai.
...—Bersambung—...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments