"Nih minumannya." Alvin memberikannya kepada Asya dan juga Galexa.
Galexa tersenyum dan berterima kasih kepada Alvin, laki-laki itu hanya diam sambil membalas tatapannya. Alvin kemudian melirik ke sekitar lalu menatap seorang laki laki dengan tatapan tajam.
Alvin berbisik kepada Asya bahwa ia akan menemui seseorang, Asya mengangguk lalu kembali berbincang bersama Galexa.
"Asik banget ya, gue gak diajak ngobrol." tutur seorang perempuan mendekat ke arah Asya dan juga Galexa yang sedang asik tertawa berdua.
"ASTAGA GUE KANGEN BANGET SAMA LO, STEFFY!" teriak Asya dan Galexa berbarengan. Mereka bertiga saling berpelukan dan menatap satu sama lain.
"Eh, kok lo sekarang jadi cantik banget sih? Padahal dulu kayak…” Galexa menatap Steffy dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Nerdy!" Asya melanjutkan perkataan Galexa dengan lantang sembari tertawa kencang.
Steffy tersenyum bangga menatap kedua sahabat kecilnya. "Gue perawatan dong, masa iya gue dari dulu sampai sekarang culun aja terus."
"Perawatan apa lo? Pengen dong gue!" ujar Galexa antusias.
Steffy memberitahu beberapa brand kecantikan yang cukup terkenal yang tidak dimengerti oleh Asya, namun gadis itu tetap tersenyum bahagia menatap kedua sahabatnya.
Galexa melirik ke sekeliling saat ia sedang berbincang-bincang bersama Steffy, lalu gadis itu membulatkan kedua matanya. Steffy dan Asya yang sadar akan sesuatu yang aneh langsung melirik ke arah yang sedang Galexa lihat.
Mereka bertiga ikut membulatkan kedua matanya, Asya tiba-tiba saja terbatuk-batuk. Alvin yang melihatnya segera datang menghampiri gadis itu sambil membawa segelas air putih.
Asya pun meminumnya dengan cepat lalu menatap wajah Alvin, laki-laki itu membalas tatapan Asya dengan lembut lalu mengambil gelas tersebut dari tangan Asya. Tak lupa bertanya keadaan wanita yang ia cintai.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Alvin lembut menatap Asya dengan tatapan khawatir. Asya hanya mengangguk kecil menatap Alvin. "Gak apa-apa kok,"
"Congrats ya kalian." ujar seorang lelaki berjalan mendekat kepada Alvin dan juga Asya.
Lelaki berambut hitam dengan postur tubuh yang tinggi. Asya tentu saja mengenalinya, gadis itu tidak percaya bisa bertemu dengan kakak kelasnya itu.
Asya dan kedua sahabat kecilnya hanya diam menatap laki laki itu. Asya memperhatikan sosok Reyhan dengan tatapan menyelidik, bertanya-tanya mengapa laki-laki itu bisa berada disana.
"Kenal?" tanya Alvin menyelidik dengan nada tidak suka.
Asya hanya mengangguk kecil, menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Alvin. Alvin kembali memperhatikan sosok Reyhan dengan tatapan tidak suka.
Galexa mulai membuka suaranya, "Kakak kelas kita dulu."
Alvin hanya diam lalu menatap lelaki lain dengan tatapan tajam. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arahnya sembari menaikkan salah satu alisnya.
Lelaki tinggi nan tampan, musuh terberat Alvin dalam bidang bisnis. Anak dari salah satu perusahaan terkenal, perusahaan Camilton. Laki-laki yang tak lain adalah Kennetzo atau biasa dikenal sebagai Kenzo.
"Selamat." ujar Kenzo dengan nada misterius sambil menatap wajah Alvin dan Asya bergantian.
Asya awalnya menunduk lalu menatap wajah Kenzo dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Alvin hanya diam lalu menatap ke arah lain, Kenzo tersenyum tipis menatap Asya.
Seakan tahu isi kepala Kenzo, Reyhan langsung menarik laki-laki itu untuk menjauh dari sana. Namun Kenzo menahannya lalu tersenyum tipis, Alvin kembali memperhatikan sosok Kenzo terlebih lagi senyuman yang laki laki itu tunjukkan.
"Tunggu dulu, Reyhan. Kita belum berbincang-bincang bersama pengantin pria ataupun pengantin…wanita." ujar Kenzo sambil memiringkan kepalanya, menatap Alvin dan Asya bergantian dengan senyuman tipisnya yang terlihat sangat aneh.
"Kakak kelas kita ternyata datang kesini ya, orang paling terkenal dulu di sekolah. Kak Kenzo." tutur Galexa sambil menaikkan salah satu alisnya menatap wajah Kenzo dengan heran.
Steffy hanya menatap Kenzo dan Reyhan lalu tersenyum kikuk. "Hai, Kak."
Alvin menatap mereka semua dengan tatapan datar dan aura gelap nan menakutkan mulai terlihat di sekitar Alvin.
Aura itu semakin terasa ketika Asya terus memerhatikan sosok Kenzo. Iya, Alvin cemburu. Ia tidak suka bila Asya terus menerus memerhatikan lelaki lain, terlebih lagi musuh terbesarnya. Kennetzo Camilton.
Asya melirik ke arah Alvin yang berada tepat di sebelahnya, gadis itu bisa merasakan bahwa kini Alvin sedang kesal. Gadis itu pun menggenggam tangan Alvin dengan lembut sehingga membuat laki laki itu melirik ke arahnya.
Asya membalas tatapan dari Alvin dengan sebuah senyuman manis. Lelaki itu membalas senyuman Asya dengan senyuman tipis.
Asya kemudian mengeratkan genggamannya dan mengajak Alvin untuk berkeliling. Alvin pun mengiyakan kemauan istrinya itu.
Mereka berdua mulai melangkahkan kakinya untuk menjauh, namun sebelum itu Asya berpamitan dulu kepada teman-temannya.
"Gue sama Alvin duluan ya," pamit Asya kepada kedua sahabatnya beserta kedua kakak kelasnya.
Steffy mengangguk kecil, "Oke."
"Berduaan mulu dah, mentang-mentang udah halal." goda Galexa kepada sepasang suami istri itu. Asya hanya tersenyum kecil mendengar ucapan dari sahabatnya.
Asya melirik sekilas ke arah Kenzo, laki laki itu ternyata sedari tadi memperhatikan Asya. Ia tersenyum kepada gadis itu dan Asya pun membalas senyuman dari Kenzo maupun Reyhan, kakak kelasnya.
Alvin sadar ada sesuatu yang janggal diantara Asya dan Kenzo, namun laki-laki itu hanya diam sembari menunggu Asya sendiri yang akan menjelaskan semuanya kepadanya.
Asya dan Alvin berjalan bersampingan. Mereka berdua terlihat sedang mengobrol sambil berjalan kecil. Saat sedang berduaan bersama Asya, Alvin terlihat sangat dewasa dan sama sekali tidak terkesan cuek. Sangat berbeda ketika laki laki itu tidak sedang bersama gadis yang sangat ia cintai tersebut.
"Steffy tuh emang beneran culun tadinya, tapi tiba-tiba dia sekarang kayak Dewi Yunani yang namanya siapa tuh?" cerita Asya kepada Alvin.
"Dewi Yunani banyak, Asya." balas Alvin sambil tersenyum kecil.
"Iya, maksudnya yang cantikkk banget!" kata Asya berusaha mengingat nama Dewi Yunani yang ia maksud.
Alvin tersenyum kecil menatap tingkah gemas istrinya. "Persephone?"
"Bukan," Asya menggeleng pelan.
"Hera?" jawab Alvin lagi. Asya pun kembali menggelengkan kepalanya. "Bukan aduhh,"
"Athena?" jawab Alvin untuk ke sekian kalinya.
Alvin sebenarnya tahu bahwa yang dimaksud Asya adalah Aphrodite, namun laki laki itu sengaja bertingkah seolah ia tidak tahu karena ia ingin berlama-lama berbicara dengan Asya dan melihat ekspresi wajah gadis itu yang sedang berpikir keras.
"Bukan loh Alvin, aduhh yang cantik banget itu loh. Yang dewi cinta loh," balas Asya menggeleng pelan.
"Ibunya Eros?" tanya Alvin kepada Asya sambil menaikkan salah satu alisnya.
Asya mengangguk sambil menatap wajah Alvin dengan tatapan antusias. "Iya iya!"
"Hmm, Aphrodite?" jawab Alvin sambil tersenyum kecil.
Asya membulatkan kedua matanya sambil berdiri tepat di hadapan Alvin dengan senyuman lebar yang terlukis di wajahnya. "Ah! Iya, Aphrodite!"
Alvin terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan istrinya. Laki-laki itu mengelus-elus kepala Asya dengan lembut, Asya tersenyum puas saat ia mendengar jawaban yang sedari tadi ia cari.
“I love you so much my aphrodite.” kata Alvin pelan. Lelaki itu mengecup kening Asya dengan sangat lembut.
...—Bersambung—...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments