"Perhatian-perhatian semuanya."
Suara dari seorang presenter pembawa acara pesta pernikahan mulai terdengar. Semua mata tertuju kepadanya. Wanita berbalut dress panjang berwarna silver itu mulai berbicara menggunakan mikrofon dan menyita waktu para tamu.
"Sebelum kita memulai pesta dansa, alangkah baiknya jika kita memberi selamat terlebih dahulu kepada pasangan pengantin kita. Tepuk tangannya silahkan untuk Alvian Miller dan Asya Miller." ujar wanita itu sambil tersenyum lebar.
Tepukan tangan dan sorakan mulai terdengar. Para tamu terlihat senang dengan pernikahan Alvin dan Asya. Asya membalas senyuman dari para tamu dengan senyuman yang lembut. Berbeda dengan Alvin yang hanya diam sambil memperhatikan sekeliling.
"Bagaimana jika pengantin pria kita alias Tuan Alvian Miller untuk naik kesini dan memberikan pidato sebentar. Silahkan,"
Wanita tersebut menatap ke arah Alvin dan mempersilahkan laki-laki itu untuk menaiki panggung. Alvin yang sedang di genggam oleh Asya pun melangkahkan kakinya mendekati panggung dan mulai menaikinya.
Laki laki itu kini berada di hadapan semua orang dan semua mata pun tertuju kepadanya. Pujian demi pujian terdengar meskipun samar-samar, begitu banyak kaum hawa maupun kaum adam yang memuji ketampanan seorang Alvian Miller.
"Ehem,"
Alvin berdehem sambil memegang mikrofon sambil melirik ke seluruh tamu. Namun tatapannya terhenti pada seorang gadis yang sedang tersenyum menatapnya, seorang gadis yang sangat ia cintai.
"Saya sangat berterima kasih kepada seluruh tamu yang telah hadir dalam pesta acara pernikahan saya dengan istri saya, Asya. Lalu saya juga berterima kasih kepada Arasya Zaelia karena telah mempercayai saya untuk menjaga dan menjadikan saya sebagai pendamping hidupnya hingga maut memisahkan."
Alvin menatap wajah Asya dengan serius, Asya tersenyum bahagia mendengar kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh Alvin.
"Tidak pernah terbayang oleh saya bahwa saya akan menikah secepat ini. Saya awalnya sudah tidak percaya dengan adanya cinta sejati. Namun semenjak adanya kehadiran Asya yang membuat hidup saya lebih berwarna, saya menjadi percaya bahwa cinta sejati itu benar-benar ada dan nyata. Dan saya yakin bahwa cinta sejati saya adalah istri saya, Asya." lanjut Alvin dengan nada serius meskipun raut wajahnya sangat datar.
"Sekali lagi saya sungguh berterima kasih kepada Asya karena telah mempercayai saya untuk menjadi pendamping hidupnya hingga maut memisahkan kami berdua. Saya harap kehidupan kita semua akan berjalan dengan lancar dan berbahagia. Sekian, terima kasih."
Alvin turun menuruni panggung dan berjalan mendekati Asya yang sedang berdiri terpaku dengan apa yang baru saja Alvin ucapkan. Asya tidak menyangka Alvin akan mengatakan hal seperti itu di depan banyak orang. Di depan konglomerat-konglomerat kelas kakap dan juga beberapa client Alvin.
Tepukan tangan kembali terdengar setelah Alvin selesai berpidato. Wanita pembawa acara pesta itu pun kembali menaiki panggung dan meminta tepuk tangan yang meriah dari para tamu untuk Alvin.
"Kenapa?" tanya Alvin kepada Asya dengan nada sedikit khawatir ketika lelaki itu melihat tatapan mata Asya yang mulai terisi air mata.
Asya menggeleng sambil tersenyum, akibatnya air mata yang sejak awal ia pendam pun keluar. Asya menangis haru, ia tidak menyangka Alvin akan mengatakan hal se-romantis itu di depan banyak orang penting.
Alvin menghapus air mata yang mulai membasahi pipi Asya dengan jari tangannya yang sangat lembut. Tatapan khawatir mulai terlihat di wajah Alvin, ia sangat tidak suka melihat Asya menangis.
"Asya, kamu kenapa?" tanya Alvin sekali lagi.
"Pidato kamu bikin aku nangis, aku terharu banget. Gak nyangka kamu bakalan ngomong begitu di depan orang banyak, apalagi sekarang banyak orang penting." ungkap Asya dengan jujur sambil menatap wajah Alvin.
Alvin kembali menghapus air mata yang keluar dari mata Asya. "Aku minta maaf karena udah bikin kamu nangis."
Asya menggeleng, "Aku nangis haru, bukan nangis karena sedih."
"Bagiku itu sama aja. Aku minta maaf, Asya."
Alvin merasa dirinya sudah membuat Asya menangis, ia tidak peduli apakah itu tangis haru, sedih, atau bahagia. Intinya adalah Asya menangis karenanya. Alvin menyesal karena telah membuat gadis yang ia cintai mengeluarkan air mata.
Samuel, Leon, dan Edward yang berada di sebelah Alvin pun mendengar percakapan sepasang kekasih tersebut. Mereka bertiga saling berpandangan dan menaikkan salah satu alisnya.
"Apa perasaan gue tapi si Alvin malah makin bego?" bisik Edward kepada Samuel dan Leon.
Samuel menaikkan kedua bahunya seolah ia tidak tahu. "Masa dia gak bisa bedain nangis haru sama nangis sedih sih?"
"Itu Alvin yang kita kenal atau siapa sih?" tanya Edward lagi.
"Itu Alvin, si bucin. Bucin itu bikin bego," Leon menjawab pertanyaan Edward.
"Sebucinnya gue, gue gak pernah se-bego itu." ungkap Samuel sambil menatap kedua sahabatnya.
"Emangnya lo pernah pinter?" tanya Edward dengan nada mengejek menatap Samuel.
Leon menaikkan salah satu alisnya, "Bucinin cewek atau mainin perasaan cewek?"
"Ish! Nyebelin lo berdua." kesal Samuel kepada kedua sahabatnya.
Edward dan Leon hanya tertawa kecil menertawai Samuel. Samuel hanya bisa menahan amarahnya dan berusaha bersikap keren, seolah tidak ada masalah. Ia tidak ingin dipandang sebagai laki laki pemarah oleh para wanita, itu akan merusak nama baiknya.
Samuel berusaha melirik ke sekeliling, mencari seseorang untuk di mangsa dan ia jadikan korban php-nya selanjutnya. Samuel tersenyum miring saat ia sudah menemukan mangsa baru untuknya.
Lampu-lampu mulai berubah warna, lampu panggung mulai mengeluarkan cahayanya yang sangat terang namun terkesan tenang nan damai.
Musik orkestra mulai terdengar dengan sangat jelas. Alat musik strings atau alat musik yang digesek seperti biola, cello, dan viola mulai terdengar. Lalu alat musik perkusi seperti drum dan piano, serta alat musik woodwinds, seperti terompet, flute, dan trombon juga ikut terdengar.
Cahaya mulai menyorot pasangan suami istri baru itu, Alvin dan Asya yang bersampingan pun kini saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain.
Sepasang kekasih itu mendekatkan diri mereka masing-masing. Asya tersenyum kecil memandangi wajah Alvin, begitupula sebaliknya.
Alvin mulai meraih pinggul Asya dan menaruh tangannya disana, lalu meletakkan telapak tangan kanannya di tulang belikat kiri Asya.
Lelaki itu menggenggam telapak tangan kanan Asya dengan tangan kirinya sambil mengangkat siku kanan laki laki itu setinggi bahu Asya. Tentu saja Alvin melakukannya di iringi senyuman tipis yang terlukis di wajahnya.
Asya membalas senyuman tipis dari Alvin dengan senyuman lebar. Gadis itu meletakkan tangan kirinya di bahu kanan Alvin, telapak tangan kanan Asya digenggam lembut dengan tangan kiri Alvin.
Mereka berdua saling bertatapan dengan serius, kini jarak wajah mereka bisa dibilang cukup dekat meskipun Asya tidak setinggi Alvin.
Alvin mulai melangkahkan kaki kirinya ke depannya sebagai awal permulaan berdansa. Asya justru bergerak berlawanan dengan Alvin, gadis itu melangkahkan kaki kanannya ke belakang sambil mengikuti irama lagu.
Sorotan cahaya terus menerus menyorot sepasang kekasih itu. Beberapa menit kemudian, beberapa sepasang kekasih mulai ikutan berdansa mengikuti ritme irama lagu yang dimainkan.
Saat sedang berdansa, Alvin dan Asya saling berbicara dan tertawa kecil memandangi satu sama lain. Asya yang sedikit kesusahan dalam berdansa pun berulang kali menginjak sepatu yang digunakan oleh Alvin. Bukannya marah atau kesal, Alvin justru tertawa pelan menatap wajah istri tercintanya itu.
"Akh! Keinjek lagi deh," tutur Asya dengan wajah murung.
Alvin tertawa kecil sambil memandangi wajah istrinya. "Gak apa-apa, sini aku ajarin lagi."
"Depan.., belakang.., kiri.., kanan.."
Alvin mulai mengajari Asya cara menyesuaikan langkah kaki sesuai dengan tempo musik. Asya berusaha keras untuk tidak menginjak sepatu Alvin lagi, gadis itu tersenyum lebar saat ia sudah mulai menguasai langkah-langkah dasar berdansa.
"Gak susah kan?" tanya Alvin dengan lembut kepada Asya. Asya menggeleng pelan, "sedikit susah sih, tapi gak terlalu lah yah sekarang."
Asya dan Alvin berdansa cukup lama sambil berbicara dan memandangi satu sama lain. Kini Asya sudah mulai mahir dalam menguasai teknik berdansa.
Gadis itu merasa begitu senang karena ia sudah tidak menginjak kaki Alvin lagi. Alvin tersenyum kecil memandangi tingkah Asya yang begitu menggemaskan baginya.
Kini Asya mulai bergerak seperempat putaran dibantu oleh Alvin. Alvin memajukan kaki kanannya dan Asya melangkahkan kaki kirinya ke belakang. Alvin berputar seperempat putaran ke kiri lalu Asya merapatkan kaki kirinya ke kaki kanan sebagai langkah terakhir.
Lalu Alvin menurunkan tangan kanannya dan melepaskan Asya lalu mengangkat tangan kirinya untuk memutar Asya ke kiri searah dengan jarum jam. Alvin menyebut teknik ini dengan teknik underarm.
Asya membulatkan kedua matanya dan terlihat sangat bahagia ketika ia sudah mulai pandai dalam hal berdansa. Alvin tersenyum simpul sambil memperhatikan tingkah dan ekspresi menggemaskan istrinya itu.
...—Bersambung—...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments