Setelah merebahkan tubuhnya dan menggunakan tasnya sebagai bantal, Elin belum juga bisa menutup matanya, dia masih memikirkan apa yang akan terjadi besok. Setelah beberapa saat, rasa kantuk pun menghampirinya. Elin menguap beberapa kali, dan tak berselang lama, akhirnya Elin pun tertidur.
Jam 4.30 subuh Elin terbangun dari tidurnya, dia segera mencuci wajahnya, sembari menunggu adzan subuh, dia pun membaca Al-Qur'an kecil yang selalu dia bawa kemanapun.
Saat seorang muadzin mulai mengumandangkan Adzan, Elin pun menutup Al-Qur'an nya kemudian beranjak ke tempat Wudhu, untuk mengambil air wudhu dan kemudian bersiap untuk Sholat Sunnah Qobliyah Subuh dan dilanjutkan dengan Sholat Subuh berjamaah.
Elin berdo'a dan memohon kepada Rabbnya semoga hari ini semuanya akan baik-baik saja, semoga hari ini masalah yang dihadapinya bisa selesai.
Setelah melaksanakan Sholat Subuh, Elin pun kembali membuka Al-Qur'an dan membacanya.
Jam 6.30 pagi, Elin ke kantin dulu untuk sarapan.
Setelah sarapan, dia mempersiapkan dirinya untuk menemui pria tampan itu dan keluarganya untuk meminta maaf.
Saat ini Elin sudah berada di depan kamar VVIP A dimana Daffa di rawat. Jantungnya berdegup tak beraturan, dia terus mengatur nafasnya agar bisa rileks.
Tok...
Tok...
Tok...
"Assalamu'alaikum...permisi..." Ucap Elin dari depan pintu.
"Wa'alaikumsalam, sebentar ya..." Sahut orang-orang yang ada di dalam kamar.
"Ya, ada apa? siapa ya?" Tanya Dimas, adik Daffa saat membuka pintu.
"Maaf...apa saya boleh masuk sebentar?" Jawab Elin dengan jantung berdebar.
"Siapa Dimas...?" Tanya Hani.
"Sebentar ya mbak...saya ngasih tau mama saya dulu" Ucap Dimas dan kemudian menghampiri Mamanya.
"Ma...itu ada tamu wanita cantik, katanya apa boleh dia masuk sebentar, ada yang mau dia bicarain ma" Ucap Dimas.
"Suruh masuk aja" Sahut Hani.
"Mbak...silakan masuk" Ucap Dimas mempersilakan Elin untuk masuk ke dalam kamar.
Semua yang ada di dalam kamar begitu takjub melihat Elin saat masuk ke dalam kamar, karena kecantikannya yang paripurna itu. Rambutnya yang dikuncir satu, dengan wajah berbentuk oval, berkulit kuning langsat, hidung mancung dan dengan mata indah dan tajam serta mengenakan outfit kaos oblong putih lengan pendek dan celana jeans hitam serta sepatu kets putih membuat penampilannya terlihat kasual, sederhana tapi elegan dengan senyum manis yang menawan, membuat semua orang terpesona dengan kehadirannya.
Tanpa Elin sadari, Daffa sudah jatuh hati padanya, saat pertama kali dia melihat Elin masuk ke dalam kamar rawatnya.
Sedangkan Elin, dari luar dia terlihat tegar dan tersenyum manis tapi di dalam dadanya saat ini sedang bergemuruh, ntah apa dia bisa tenang menghadapi kenyataan yang ada di depannya setelah dia mengakui semuanya kepada keluarga pria tampan itu.
"Selamat pagi Pak, Ibu, Adek dan Mas Daffa. Kenalkan, nama saya Elin, saya datang kesini bermaksud untuk meminta maaf pada kalian semua, khususnya kepada Mas Daffa" Ujar Elin mulai mengeluarkan kata-kata sembari sedikit menundukkan kepalanya.
"Maksudnya apa ya? Coba di ulang lagi, minta maaf atas dasar apa? Kami kurang faham" Sahut Barata bingung.
Bukan hanya Barata yang bingung, tapi semua yang di dalam ruangan itu juga terlihat bingung dengan perkataan Elin.
"Ma-maaf, apakah Dokter Tama belum memberitahu masalah ini kepada kalian?" Tanya Elin gugup.
"Eemm...Dokter Tama? apa hubungannya dengan Dokter Tama, sebentar biar saya telpon Dokter Tama dulu untuk menanyakan masalah ini" Ucap Barata.
"Maaf pak, mungkin gak perlu menelpon Dokter Tama, mungkin Dokter Tama nya lupa karena sedang sibuk. Lebih baik biar saya saja yang membicarakan masalah ini pak" Ucap Elin.
"Ehmm...sebelumnya saya minta maaf kepada semuanya" Elin langsung berlutut di hadapan mereka semua, dia tak bisa berkata apa-apa lagi karena merasa sangat takut.
"Lho apa-apaan ini? kenapa kamu berlutut? memangnya ada masalah apa? ayo berdiri..." Ujar Hani sembari memegang lengan Elin dan berniat untuk mengangkat tubuh Elin agar kembali berdiri lagi. Tapi, Elin tetap berlutut, dia belum mau berdiri.
"Maaf, saya gak sengaja menyerempet Mas Daffa, sebenarnya itu bukan kesalahan saya, saya hanya hilang keseimbangan karena penjambret" Tukas Elin memberanikan diri untuk berkata jujur.
"Apaa...jadi kamu yang membuat Daffa jadi patah tulang kaki seperti ini? dari mana aja kamu? kenapa dari kemaren saya gak melihat batang hidungmu itu, apa kamu mau lari dari tanggung jawab, haa..." Ujar Hani dengan nada tinggi dan penuh emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
warno siip
kasihan dimarahin
2024-08-18
1
Itha Irfansyah
seru...
2023-04-28
0